Pengertian Kebahagiaan dan Spritual dalam Psikologi



Kebahagiaan merupakan keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan adanya kepuasan, cinta, kesenangan, atau sukacita (Cambridge Advanced Learner's Dictionary, 2008). Ada berbagai pendekatan dalam usaha untuk memahami arti kebahagiaan. Misalnya pendekatan biologis, psikologis, agama, dan filsafat yang telah berusaha untuk mendefinisikan kebahagiaan dan mengidentifikasi darimana sumber kebahagiaan tersebut. 

Selain itu, para peneliti juga telah mengidentifikasi beberapa atribut yang berkorelasi dengan kebahagiaan diantaranya adalah hubungan dan interaksi sosial, status perkawinan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan dalam kegiatan agama, pendapatan ekonomi dan kedekatan dengan orang bahagia lain.

Pada sepuluh tahun terakhir ini, dalam ilmu psikologi berkembang suatu pendekatan yang dikenal dengan psikologi positif. Pendekatan ini merupakan reaksi terhadap pendekatan-pendekatan psikologi sebelumnya yang dianggap sebagai psikologi negatif. Seligman (2003) menjelaskan bahwa pendekatan sains modern memandang tabiat manusia dengan sinis. Hal ini sangat berbeda dengan psikologi positif yang mengkaji tentang kebahagiaan. Selanjutnya ia menjelaskan premis-premis kebahagiaan diantaranya adalah 1) kebahagiaan adalah kewajiban moral; 2) ketidakbahagiaan itu mudah, dan kebahagiaan itu sedikit lebih sulit; dan 3) pikiran memegang peranan penting dalam mencapai kebahagiaan.  

Kebahagiaan dan Spiritual

Salah satu faktor penentu kebahagiaan ada pada tingkat spiritual seseorang. Hubungan antara pengalaman spiritual dengan kebahagiaan ternyata hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Holder, et all (2008) yang menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara spiritualitas anak-anak usia 8-12 tahun yang diukur dengan Spiritual Well-Being Questionnaire dengan tingkat kebahagiaan mereka yang diukur dengan Oxford Happiness Scale Short Form. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Maselko (2008) yang menemukan bahwa kegiatan keagamaan dan pengalaman spiritual berkorelasi secara signifikan dengan tingkat kesehatan mental dan kebahagiaan. 

Istilah spiritual berasal dari akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari kata latin Spiritus yang berarti bernafas. Karena itu spiritual bisa diartikan sebagai roh dan nafas karena berfungsi sebagai energi kehidupan yang membuat seseorang menjadi hidup. Selanjutnya, istilah spiritual berfungsi sebagai sifat dari suatu bentuk kecerdasan selain intelektual dan emosional. Karena itu, dikenal istilah kecerdasan spiritual yang diartikan sebagai kemampuan manusia untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai mahluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. 

Menurut Zohar & Marshal (2000) Kecerdasan spiritual diartikan sebagai kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, sehingga kecerdasan ini berfungsi untuk menempatkan perilaku dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, dengan kata lain kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membedakan kebermaknaan tindakan atau jalan hidup seseorang dari yang lain. 

Tischler & McKeage (2002) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dicirikan dengan adanya lima kemampuan inti yaitu: 1) Kemampuan Transendental yang ditandai dengan tercukupinya kebutuhan batin, kedamaian hati, dan ketentraman jiwa dengan merasa bahwa tuhan selalu menyertai dan membimbing hidup individu 2) Kemampuan untuk memasuki kondisi spiritual yang dicirikan pada komitmen individu untuk menjalin hubungan yang dalam dengan tuhan, kekuatan iman, serta kepasrahan individu. 3) Kemampuan menanamkan nilainilai religius yang ditampakkan dalam aktivitas-aktivitas individu selalu merasa dalam koridor agama. 4) Kemampuan untuk memanfaatkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan. 5) Kapasitas untuk berperilaku sholeh yang ditunjukkan dengan sikap yang mudah memberikan maaf, mensyukuri nikmat, kesederhanaan, serta mengasihi sesama. 

Hampir sama dengan istilah kecerdasan spiritual yaitu istilah pengalaman spiritual. Perbedaannya terletak pada indikatornya, Jika kecerdasan spiritual diartikan sebagai suatu kemampuan maka istilah pengalaman spiritual diartikan sebagai suatu persepsi tentang spiritualitas. Underwood & Teresi (2002) pengalaman spiritual sebagai persepsi tentang adanya suatu yang bersifat transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi tentang keterlibatan dengan peristiwa-peristiwa transenden dalam kehidupan sehari.

Memahami kebahagiaan dan spiritual dalam psikologi dapat menjadi kajian atau penelitian menarik. Pengembangan dua hal tersebut masih terus dilanjutkan dan masih terdapat berbagai pertanyaan yang belum terpecahkan sampai saat ini. 

Reference:

Holder, M.D., Coleman, B. & Wallace, J.M., (2008), Spirituality, religiousness, and happiness in children aged 8-12 year, Journal of happiness studies, 11, 2, 131-150

Maselko, J. & Kubzansky, L. (2009), Gender differences in religious practices, spiritual experiences and health: Results from the US General Social Survey Social Science & Medicine, 62,11,2848-2860

Seligman, M.E.P. (2002). Authentic happiness: Using The New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment, New York: Free Press 

Seligman, M.E.P. (2003). The Core of happiness: Remapping The Human Nature, New York: Free Press

Underwood, L.G. & Teresi, J.A. (2002). The Daily Spiritual Experience Scale: Development, Theoretical Description, Reliability, Exploratory Factor Analysis, and Preliminary Construct Validity Using Health-Related Data, The Society of Behavioral Medicine, 24, 1, 22-33 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel