Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence): Sejarah, Komponen dan Cara Meningkatkannya



Sejumlah penelitian kini menyebutkan bahwa kecerdasan emosi (emotional intelligence) merupakan salah satu hal terpenting dalam membawa kita pada kesuksesan. Mengandalkan IQ yang kita miliki tidak lagi cukup untuk membuat kita meraih apa yang diimpikan. Secara sederhana, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengekspresikan emosi, serta memahami kondisi emosi orang yang ada di sekitarnya. 

Kecerdasan emosi bagi para peneliti merupakan bawaan sejak lahir, namun beberapa peneliti meyakini bila kecerdasan emosi dapat dipelajari dan ditingkatkan. 

Lihat juga: 4 cara untuk dapat berpikiran lebih terbuka

Sejarah Istilah Kecerdasan Emosi

Peter Salovey dan John D. Mayer merupakan dua orang peneliti yang sejak tahun 1990 mulai mempublikasikan karya ilmiahnya dengan judul "Emotional Intelligence." Melalui karyanya itu, dua orang peneliti itu kemudian memperkenalkan istilah kecerdasan emosi pada khalayak. Mereka menjelaskan kecerdasan emosi sebagai "kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk mengarahkan dan menggunakan informasi tersebut dalam memandu pikiran dan tindakan seseorang."

Sejak saat itu, minat terhadap konsep dari kecerdasan emosi kemudian berkembang. Penelitian terkait hal tersembut meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini. Selanjutnya, sejak tahun 1930-an, psikolog Edward Thorndike menggambarkan konsep "kecerdasan sosial" sebagai kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Berselang beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1940-an, psikolog David Wechsler mengusulkan bahwa komponen kecerdasan efektif yang berbeda dapat memainkan peran penting dalam seberapa sukses orang dalam kehidupan.

Pada tahun 1950-an muncul kebangkitan mazhab pemikiran yang dikenal sebagai psikologi humanistik, dan pemikir seperti Abraham Maslow memusatkan perhatian yang lebih besar pada cara-cara berbeda yang orang dapat membangun kekuatan emosional. Konsep penting lain yang muncul dalam pengembangan kecerdasan emosional adalah gagasan multiple intelligences. Konsep ini diajukan pada pertengahan 1970-an oleh Howard Gardner, memperkenalkan gagasan bahwa kecerdasan lebih dari sekadar kemampuan umum.

Baru pada tahun 1985 istilah "kecerdasan emosional" pertama kali digunakan dalam disertasi doktoral oleh Wayne Payne. Pada tahun 1987, sebuah artikel yang diterbitkan di Mensa Magazine, Keith Beasley menggunakan istilah "emotional quotient." Beberapa orang berpendapat bahwa ini adalah penggunaan frasa yang pertama kali diterbitkan, meskipun Reuven Bar-On mengklaim telah menggunakan istilah ini dalam versi yang tidak dipublikasikan dari tesis pascasarjananya. 

Pada tahun 1990, psikolog Peter Salovey dan John Mayer menerbitkan artikel penting mereka, "Kecerdasan Emosional," dalam jurnal Imagination, Cognition, and Personality. Hingga kemudian di tahun 1995, Daniel Goleman, menulis sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Akhirnya, topik ini menarik minat publik dan menjadi penting di berbagai bidang. 

Komponen Kecerdasan Emosi

Salovey dan Mayer mengusulkan model yang mengidentifikasi empat tingkat kecerdasan emosi yang berbeda, termasuk persepsi emosional, kemampuan untuk menggunakan emosi, kemampuan untuk memahami emosi, dan kemampuan untuk mengelola emosi.

  1. Merasakan emosi: Langkah pertama dalam memahami emosi adalah dengan melihatnya secara akurat. Dalam banyak kasus, ini mungkin melibatkan memahami sinyal nonverbal seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
  2. Penalaran dengan emosi: Langkah selanjutnya melibatkan emosi dalam memahami pikiran dan aktivitas kognitif. Emosi membantu memprioritaskan apa yang kita perhatikan; kita merespons secara emosional hal-hal yang menarik perhatian kita.
  3. Memahami emosi: Emosi yang kita rasakan dapat membawa beragam makna. Jika seseorang mengekspresikan emosi marah, pengamat harus menafsirkan penyebab kemarahan orang tersebut dan apa artinya itu. Misalnya, jika bos Anda marah, itu mungkin berarti bahwa dia tidak puas dengan pekerjaan Anda, atau mungkin karena dia mendapat masalah dalam perjalanan ke tempat kerja pagi itu atau mungkin dia bertengkar dengan istrinya.
  4. Mengelola emosi: Kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif adalah bagian penting dari kecerdasan emosi dan tingkat tertinggi. Mengatur emosi, merespons dengan tepat, dan menanggapi emosi orang lain adalah aspek penting dari manajemen emosional.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional


Beberapa peneliti meyakini bila kecerdasan emosional dapat ditingkatkan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, dibuka ruang kelas untuk memahami atau belajar mengenai emosi. Di dunia pendidikan, kecerdasan emosional bahkan diterapkan dalam kurikulum. Tentu saja, dalam dunia pendidikan, ini dapat meningkatkan nilai akademik dan mencegah terjadinya bullying. Diharapkan dengan hadirnya ruang tersebut, siswa dapat mengembangkan kecerdasan emosi dan menjadi pribadi yang lebih bisa beradaptasi. 

Lihat juga: Bullying, pengertian, peran, faktor dan jenisnya

Beberapa cara meningkatkan kecerdasan emosional di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Mendengarkan: Jika Anda ingin memahami apa yang orang lain rasakan, langkah pertama adalah memperhatikan. Luangkan waktu untuk mendengarkan apa yang orang coba katakan kepada Anda, baik secara verbal maupun non-verbal. Bahasa tubuh dapat membawa banyak makna. Ketika Anda merasakan bahwa seseorang merasakan hal tertentu, pertimbangkan berbagai faktor yang mungkin berkontribusi terhadap emosi itu.
  2. Berempati: Berlatih berempati dengan orang lain. Bayangkan bagaimana perasaan Anda dalam situasi mereka. Kegiatan semacam itu dapat membantu Anda membangun pemahaman emosional tentang situasi tertentu serta mengembangkan keterampilan emosional yang lebih kuat dalam jangka panjang.
  3. Melakukan Renungan: Kemampuan bernalar dengan emosi adalah bagian penting dari kecerdasan emosional. Pertimbangkan bagaimana emosi Anda sendiri memengaruhi keputusan dan perilaku Anda. Ketika Anda berpikir tentang bagaimana orang lain merespons, nilai peran yang dimainkan emosi mereka. Mengapa orang ini merasa seperti ini? Adakah faktor tak terlihat yang mungkin berkontribusi terhadap perasaan ini? Bagaimana emosi Anda berbeda dari mereka? Ketika Anda menjelajahi pertanyaan-pertanyaan seperti itu, Anda mungkin menemukan bahwa menjadi lebih mudah untuk memahami peran yang dimainkan emosi dalam cara orang berpikir dan berperilaku.



Demikianlah kecerdasan emosi hadir di tengah keseharian kita. Sekiranya, kita dapat belaajr dan terus mengembangkan keterampilan untuk memahami sesama. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel