Who Am I? Inilah Konsep Diri Kita Sebenarnya


Konsep diri adalah gambaran yang seseorang miliki mengenai diri mereka sendiri. Lalu, bagaimana gambaran diri ini terbentuk dan berubah seiring berjalannya waktu? Terdapat beragam cara dan kemungkinan sehingga gambaran diri ini berkembang, namun interaksi terhadap orang-orang penting di sekitar kita dapat memberikan pengaruh secara khusus dalam membentuk gambaran diri tersebut.

Pada umumnya, konsep diri adalah pikiran kita, serupa persepsi individual atas perilaku, kemampuan dan karakteristik unik yang kita miliki. Secara esensi merupakan gambaran mental mengenai diri kita sebagai seseorang. Misalnya saja saat seseorang memiliki keyakinan seperti “saya adalah seorang teman yang dapat dipercaya” atau “saya adalah orang baik” dua hal tersebut merupakan bagian-bagian dari sebuah konsep diri yang utuh.

Konsep diri cenderung bersifat lunak di masa-masa muda seseorang dan masih dalam proses penemuan dir dan formasi identitas. Seiring bertambahnya usia, persepsi diri jauh menjadi semakin rinci dan terorganisir, orang-orang akan membentuk ide yang lebih baik mengenai diri mereka sendiri dan apa yang penting bagi mereka.


Buku “Essential Social Psychology” oleh Richard Crisp dan Rhiannon Turner menjabarkan konsep diri dalam tiga bagian, yakni, diri individu, diri relasional dan diri kolektif. Diri individu terdiri dari atribut dan sifat kepribadian yang membedakan kita dari individu lain. Contohnya termasuk dalam introversi atau ekstroversi. Diri relasional didefinisikan oleh hubungan kita dengan orang lain yang signifikan. Contohnya sebagai saudara kandung, teman, dan pasangan. Diri kolektif mencerminkan keanggotaan kita dalam kelompok sosial. Contohnya sebagai warga negara Indonesia, Bugis, atau Muslim. Pada dasarnya, konsep diri adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang seseorang mengenai diri mereka dan bagaimana merespon orang lain. Ia akan mewujudkan jawaban atas pertanyaan “Siapakah Saya?”

Teori Konsep Diri

Terdapat beberapa teori yang diajukan, dengan cara berpikir yang berbeda-bada mengenai konsep diri. Menurut teori yang dikenal dengan teori identitas sosial, konsep diri tersusun atas dua bagian utama yakni, identitas personal dan identitas sosial. Identitas personal termasuk sifat-sifat dan karakteristik lainnya yang menjadikan setiap individu unik. Identitas sosial mengacu pada cara kita mengidentifikasi  diri secara kolektif, seperti menjadi bagian dari masyarakat, agama atau pergerakan politik.

Seorang psikolog, Dr. Bruce A. Bracken mengungkapkan enam domain yang bersangkutan dengan konsep diri:

1. Sosial : kemempuan berinteraksi dengan orang lain
2. Kompetensi : kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
3. Afek : kesadaran akan kondisi emosional
4. Fisik : perasaan atas penampilan, kesehatan, kondisi fisik, dan penampilan keseluruhan
5. Akademik : sukses atau gagal dalam pendidikan
6. Keluarga : sejauh mana seseorang dapat berfungsi menjalankan peran dalam keluarga

Psikolog aliran humanis, Carl Rogers sendiri percaya bahwa terdapat tiga bagian berbeda dalam konsep diri:

  1. Self-image atau citra diri : bagaimana kamu melihat dirimu. Masing-masing citra diri individu merupakan gabungan dari atribut-atribut yang berbeda termasuk karekteristik fisik, sifat kepribadian, dan peran sosial. Citra diri idak harus selalu tepat dengan kenyataan. Beberapa orang mungkin saja melambungkan atau meningkatkan citra diri mereka, sementara beberapa lainnya merasakan atau membesar-besarkan kekurangan dan kelemahan yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.
  2. Self-esteem atau harga diri : bagaimana kamu menghargai dirimu. Banyak faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk bagaimana kita membandingkan diri kita dengan orang lain dan bagaimana orang lain di lingkungan menanggapi kita. Ketika orang lain bereaksi positif atas perilaku kta, maka kecenderungan yang mungkin adalah berkembangnya harga diri yang positif. Ketika membandingkan diri kita dengan orang lain dan menemukan kekurangan yang kita miliki, hal tersebut akan memberikan dampak negatif pada harga diri kita.
  3. Ideal self atau diri ideal: bagaimana menemukan diri yang kamu harapkan.  Seringkali dalam banyak kasus, terdapat kesenjangan antara cara kita melihat diri kita dan bagaimana kita ingin melihat diri kita.


Congruence dan Incongruence

Seperti yang diungkap sebelumnya, konsep diri kita tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Beberapa siswa mungkin percaya bahwa mereka memiliki kemampuan yang baik dalam bidang akademik, namun buku laporan sekolah menunjukkan hal yang lain. Menurut Carl Rogers, derajat kesesuaian antara konsep diri seseorang dengan kenyataan dikenal sebagai congrunece dan incongruence. Sementara kita semua cenderung mengubah realitas ke tingkat tertentu, congruence terjadi ketika konsep diri cukup sesuai dengan kenyataan. Incongruence terjadi ketika realitas tidak sesuai dengan konsep diri yang kita miliki.

Rogers percaya bahwa akar sebab dari hadirnya incongruence terjadi di masa kanak-kanak. Ketika orangtua mencipktakan kondisi afeksi pada anak-anak mereka (hanya menunjukkan rasa cinta ketika anak “mendapatkan sesuatu” karena perilaku tertentu dan terus hidup dalah koridor harapan orangtua) anak-anak mulai mendistorsi ingatan pengalaman yang membuat mereka merasa tidak layak akan cinta orangtua mereka.


Sebaliknya, unconditional love (cinta tanpa syarat) membantu menumbuhkan congruence. Anak-anak yang mengalami cinta seperti itu merasa tidak perlu terus-menerus mendistorsi ingatan mereka hanya agar percaya bahwa orang lain akan mencintai dan menerimanya sebagaimana adanya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel