7 Hal yang Mampu Membentuk Resilensi


Setiap orang tak lepas dari tekanan atau tantangan yang ada Ada yang berhasil melewati beberapa tekanan, tapi tak jarang pula kita temui ada yang berlarut-larut dalam masalah. Salah satu yang dapat mempengaruhi seseorang pada posisi sulit atau penuh tekanan adalah resiliensi. 

Pernahkah anda merasa melakukan resiliensi? Sepertinya, sebelum menjawab hal tersebut. Mari kita membahas pengertian resiliensi terlebih dahulu.


Pengertian Resiliensi

Resiliensi adalah istilah psikologi yang digunakan untuk mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatasi dan mencari makna dalam peristiwa seperti tekanan yang berat yang dialaminya, di mana seseorang berusaha untuk meresponnya dengan fungsi intelektual secara jernih.  Resiliensi menjadi kemampuan seseorang dalam mengatasi tantangan hidup serta mempertahankan kesehatan dan energi yang baik sehingga dapat melanjutkan hidup secara sehat.

Resiliensi adalah “The ability to persevere and adapt when thing go awry”. Artinya resiliensi merupakan suatu kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi ketika ada sesuatu hal yang kacau. Seseorang dituntut untuk cepat dalam melakukan penyesuaian ketika mengalami masalah atau mendapatkan tekanan dalam hidupnya. 

Sederhananya, resiliensi menjadi salah satu kemampuan luar biasa yang dimiliki seseorang ketika menghadapi kesulitan, untuk bangkit dari kesulitan yang menjadi landasan dari semua karakter positif guna tetap membangun kekuatan emosional dan psikologis yang kuat.

Membentuk Resiliensi

Andrew Shatte dan Karen Reivich merupakan dua orang peneliti yang menerbitkan buku berjudul The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life's Inevitable Obstacles. Dalam buku tersebut dijelaskan 7 hal untuk membentuk resiliensi yang kita miliki. 

Adapun 7 hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Regulasi emosi (Emotion Regulation)

Pengendalian emosi menjadi salah satu kemampuan untuk tetap merasa tenang walaupun berada dalam tekanan. Orang-orang yang memiliki kemampuan tersebut akan cenderung untuk melakukan resiliensi saat menghadapi beberapa kesulitan dalam hidupnya. 


b. Pengendalian impuls

Impuls yang dimaksud adalah kemampuan kita melakukan kontrol diri. Berhubungan dengan pengendalian diri, seseorang yang mampu mengontrol impulsnya cenderung mampu mengendalikan emosinya lebih baik. Hal ini menjadi dasar dari kemampuan seseorang dalam membangun resiliensi yang baik saat mengalami tekanan. 

c. Optimisme

Seseorang yang memiliki optimisme dipercaya mampu memiliki resiliensi lebih baik. Orang-orang dengan optimisme yang tinggi senantiasa melihat sesuatu akan berubah menjadi lebih baik di masa depan. 

d. Analisis penyebab masalah (Causal Analysis)

Kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi penyebab masalah yang dialaminya. Kemampuan menyesuaikan diri secara kognitif dan dapat mengenali penyebab dari kesulitan yang di hadapinya.

e. Empati (Emphaty)

Mampu menginterpretasikan bahasa non verbal dari orang lain, seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh. Memahami kondisi orang lain juga menjadi sesuatu yang penting untuk resilensi. Dengan bantuan atau dukungan orang di sekitar, resiliensi dipercaya dapat menjadi sesuatu yang berkembang. 


f. Efikasi Diri (Self-efficacy)

Keyakinan bahwa seseorang dapat menyelesaikan masalah, melalui pengalaman dan keyakinan akan kemampuan untuk berhasil dalam hidupnya.

g. Pencapaian (Reaching Out)

Kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan menggambarkan di mana resiliensi membuat seseorang mampu meningkatkan aspek – aspek positif dalam kehidupannya.

Ketujuh hal tersebut dapat menjadi hal penting yang bila kita kembangkan akan mampu menghadirkan resiliensi pada diri kita. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel