Menangislah, Jika Kau Ingin Menangis!
INDOPOSITIVE.org — Bagaimana
perasaan anda saat tiba-tiba mendengar kabar bahwa orang terdekat yang anda
sayangi meninggal dunia? Lalu apa yang anda lakukan untuk mengekspresikan
perasaan anda? Sebagian besar orang akan mengekspersikannya dengan menangis. Namun,
menangis bukan hanya tentang sedih. Tidak sedikit orang yang menangis saat
menerima kebahagiaan yang begitu mendalam dan bermakna. Kemudian, muncul
pertanyaan “mengapa kita menangis?”
“Tidakkah
orang dewasa yang menangis akan terlihat seperti anak kecil yang cengeng?”
“Tidakkah
menangis hanya akan membuang energi dalam tubuh?”.
Sejumlah
pertanyaan itu kemudian dapat kita jawab dengan membaca beberapa penelitian
terkait. Penelitian pun membuktikan bahwa menangis bukanlah hal yang buruk
untuk dilakukan, bahkan menangis memiliki sejumlah manfaat psikis dan fisik bagi
individu.
Alan
Carr dalm bukunya Positive Psychology yang terbit pada tahun 2004, mengulas
secara singkat mengenai Crying. Carr
mengatakan bahwa menangis membantu dalam penyesuaian psikologis individu dan
pengurangan ketegangan terutama ketika terjadi perubahan emosi kearah negatif. Bukti
ilmiah juga ditunjukkan oleh William Frey seorang ahli biokimia yang meneliti
tentang air mata.
Frey mengatakan bahwa air mata terdiri dari dua jenis yaitu
air mata non-emosional, seperti air mata iritasi dan air mata emosional,
seperti air mata yang keluar akibat perasaan sedih atau bahagia. di dalam
setiap air mata tersebut mengandung senyawa ACTH yang menjadi indikator pemicu
stress. Yang berbeda, air mata emosional mengandung 24% protein lebih banyak
dibanding air mata non-emosional, sehingga implikasinya ialah saat seseorang
menangis karna alasan emosional maka secara langsung Ia terlibat dalam proses penyembuhan
dengan mengeluarkan senyawa negatif.
Selain
manfaat fisik dan psikis, menangis juga bermanfaat untuk melatih kepekaan
sosial. Robert Provine, seorang professor psikologi dan ilmu saraf mengatakan
bahwa air mata menjadi semacam pelumas sosial. Air mata dapat memastikan
kelancaran fungsi masyarakat dalam tatanan sosial dan menjadi alat komunikasi.
Hal ini juga dibuktikan dari hasil temuan para peneliti di Tilburg University,
yang menunjukkan bahwa responden lebih memilih memberikan perhatian dan pertolongan
langsung pada orang yang menangis dibandingkan pada orang yang tidak
mengeluarkan air mata.
Mengapa perempuan lebih mudah
menangis dibanding laki-laki?
Terlepas
dari masalah kesehatan mata, kebiasaan menangis ternyata dipengaruhi oleh
beberapa aspek, seperti budaya, gender, usia, dan kepribadian. Vingerhoets
mengatakan bahwa anak-anak, perempuan dan orang sosialis akan lebih mudah
menangis. Hasil penelitian William Frey juga menujukkan
kebiasaan emnangis pada perempuan 4 kali lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Perempuan menangis 5,3 kali sebulan sedangkan laki-laki menangis 1,3 kali
sebulan.
Secara biologis, dijelaskan bahwa hormon prolaktin (hormon
yang memicu keluarnya air mata) 60% yang lebih banyak terkandung dalam tubuh
perempuan, hal ini menjadi alasan mengapa perempuan lebih mudah menangis.
Selain itu, dari segi sosial budaya, laki-laki dipandang sebagai makhluk yang
mampu melindungi kaum perempuan, dan menangis dipandang sebagai simbol
kelemahan. Laki-laki mencoba untuk tidak mengeksperesikan kesedihan dengan
menangis agar tidak dinilai lemah.
So,
it’s okei to cry!
"Do not apologize for crying.
Without this emotion, we are only robots"
- Elizabeth Gilberts