Beberapa Ahli Psikologi Menentang Teori Sigmund Freud
Sigmund Freud merupakan salah satu tokoh yang cukup
sering dibicarakan di psikologi. Tokoh yang berasal dari Austria itu terkenal
dengan teori dan temuannya terkait psikoanalisis. Ide-ide yang ditawarkan
dianggap menginvasi budaya modern hingga melampaui sains.
Berbagai istilahnya juga terkenal dan terus
dibicarakan hingga hari ini. Namun, tidak sedikit yang menjelaskan
temuannya dianggap tidak layak untuk disebut sebagai sains. Karl Popper, salah
satu saintis yang tegas menolak bahwa psikoanlisis bukanlah sains, lantaran
tidak dapat diuji secara falsifikasi dan tidak memperlihatkan bukti-bukti ilmiah.
Selain Popper, masih ada beberapa tokoh yang juga menentang temuan-temuan dari
Sigmund Freud.
Pada tahun 1996, Frederick Crews dari UC-Berkeley,
menulis dalam jurnal Psychological Science, yang menyimpulkan bahwa:
“Independent studies have begun to converge toward a verdict... that there is literally nothing to be said, scientifically or therapeutically, to the advantage of the entire Freudian system or any of its component dogmas."
Pada tahun 1991, sejarawan sains Dr. Frank Sulloway
mengulas enam studi kasus utama Freud tentang psikoanalisis dan menemukan studi
kasus tersebut "penuh dengan penyensoran, distorsi, 'rekonstruksi' yang
sangat meragukan, dan klaim yang berlebihan."
Menurut Sulloway, Freud tidak mengembangkan
psikologi. "Metode pelatihan Freud... merupakan langkah mundur menuju
jenis pembelajaran berdasarkan otoritas dan kerahasiaan yang melambangkan
skolastik dan alkimia sebelum Revolusi Ilmiah," tulisnya.
Terlepas dari banyak kesalahpahaman Freud, dia tidak
dapat menutupi fakta bahwa setengah dari studi kasusnya berakhir dengan
kegagalan yang spektakuler, tanpa bantuan apa pun untuk pasien.
Harriet Hall salah seorang saintis menjelaskan
lebih lanjut terkait Freud, bahwa, "Pendekatannya tidak ilmiah. Dia tidak
pernah menguji idenya dengan eksperimen yang mungkin memalsukan keyakinannya,
dan dia mengabaikan fakta yang bertentangan dengan keyakinannya."
Menurutny, apa yang dilakukan Freud bukanlah
tindakan ilmuwan sejati. Alih-alih menggunakan data untuk membangun teori yang
bermakna, Freud berteori terlebih dahulu, kemudian berusaha -- dengan sepenuh
hati -- untuk menghasilkan data yang sesuai.
Psikolog Hans Eysenck setuju, menyebut Freud
"seorang jenius, bukan sains, tetapi propaganda, bukan bukti yang kuat,
tetapi persuasi, bukan desain eksperimen, tetapi seni sastra."
"Paling-paling, Freud adalah sosok yang hanya
memiliki minat historis bagi para psikolog," lanjut psikolog Berkeley John
F. Kihlstrom. "Dia lebih baik belajar sebagai penulis, di jurusan bahasa
dan sastra, daripada sebagai ilmuwan, di jurusan psikologi."
Namun, sumbangsih pemikiran Freud cukup banyak
memberi pengaruh pada perkembangan zaman. Berbagai kritis di atas, kiranya dapat
menjadi bahan kajian lebih lanjut untuk memahami posisi dari Sigmund Freud yang
sebenarnya. Beberapa berdalih bahwa posisi yang dimiliki Freud tidak
tergoyahkan, namun hal tersebut akan selalu mendapat kritik atau tanggapan yang
menjelaskan hal sebaliknya.
Penelitian lebih lanjut akan memperjelas posisi
psikoanalisis di masa yang akan datang. Berbagai riset yang telah ada dan
terinspirasi dari psikoanalisis juga akan selalu menarik untuk dikaji dan dibahas
secara menyeluruh.