Bagaimana Freud Memandang Perempuan?



Freud memiliki pandangan kontroversi terhadap perempuan. Dia bahkan percaya bahwa perempuan hanya didominasi oleh fungsi reproduksi seksual. Freud bahkan menulis, dalam "The Psychical Consequences of Anatomic Distinction Between the Sexes" di tahun 1925 bahwa perempuan menentang perubahan, menerima secara pasif, dan tidak melakukan apapun untuk diri mereka sendiri.

Dalam teori awalnya, Freud hanya memperluas pandangannya tentang seksualitas laki-laki pada perempuan, dia memandang perempuan hanya sebagai laki-laki tanpa penis (Cohler & Galatzer-Levy, 2008). Perspektif laki-lakinya tentang seksualitas dapat dimengerti, tetapi tetap bermasalah, karena meminggirkan seksualitas perempuan. 

Seksualitas perempuan, menurut teori Freudian, persis sama dengan seksualitas laki-laki hingga phallic stage pada perkembangan psikoseksual; karena perempuan tidak memiliki penis, perempuan pun mengalami kecemburuan terhadap penis, yaitu kecemburuan yang dirasakan gadis-gadis kecil terhadap anak laki-laki dan kebencian terhadap ibu mereka (yang mereka salahkan karena tidak memiliki penis). 

Meskipun Freud tidak mengusulkan "Electra complex", dapat disimpulkan dari teorinya bahwa gadis kecil mengalihkan kasih sayang mereka dari ibu ke ayah mereka dalam upaya untuk "mendapatkan" penis. Pada perempuan, mereka tidak dapat memahami hal tersebut pada ayah mereka, dan ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat “mendapatkan” penis, sebagai gantinya berusaha untuk memiliki anak (Denmark & Paludi, 2008).

Namun, Donna Stewart, MD, seorang profesor dan ketua women's health di University Health Network, menjelaskan bahwa "Freud merupakan seorang lelaki pada masa itu. Dia menentang gerakan emansipasi perempuan dan percaya jika kehidupan perempuan hanya akan didominasi oleh fungsi reproduksi seksual mereka."

Tokoh yang Mengkritik Freud

Tidak mengherankan, beberapa tokoh penting dalam psikologi memiliki tanggapan mereka sendiri terhadap pandangan Freud yang terbatas dan sering menyinggung tentang psikologi perempuan. 

Karen Horney adalah salah satu kritikus tersebut, mengambil konsep Freud tentang penis envy dan memberikan pendapatnya sendiri tentang psikologi laki-laki. Bahkan cucu perempuan Freud sendiri kemudian akan melontarkan kritik terhadapnya.


Karen Horney

Konsep penis envy Freud dikritik pada masanya, terutama oleh psikoanalis Karen Horney. Dia menyarankan bahwa laki-lakilah yang terpengaruh oleh ketidakmampuan mereka untuk melahirkan anak, yang dia sebut sebagai "womb envy."


Sophie Freud

Sementara gagasan Freud tentang seksualitas perempuan sering bertentangan dengan kecenderungan patriarki di era Victoria, dia masih laki-laki pada masanya. Karyanya sering dianggap misoginis dan cucu perempuannya sendiri, Sophie Freud, menggambarkan teorinya sudah ketinggalan zaman. "Gagasannya tumbuh dari masyarakat. Dia mencerminkan dalam teorinya keyakinan bahwa perempuan adalah nomor dua dan bukan bagian norma," jelasnya.


Referensi


Cohler, B. J. & Galatzer-Levy, R. M. (2008). Freud, Anna, and the problem of female sexuality. Psychoanalytic Inquiry, 28, 3-26.


Denmark, F. & Paludi, M. A. (2008). Psychology of women: a handbook of issues and theories (2nd ed.). Westport, CT: Praegar Publishers.

Khan M, Haider K. Girls’ first love; their fathers: Freudian theory Electra complex.  Research Journal of Language, Literature and Humanities. 2015;2(11):1-4.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel