Minority Influence Theory: Saat Minoritas Memberi Pengaruh
Dalam sebuah ekosistem masyarakat, kita tentu sering melihat bahwa kelompok mayoritas punya pengaruh besar dalam pengambilan keputusan. Atau boleh dibilang, mereka punya peran yang cukup signifikan dalam banyak hal. Berbeda dengan kelompok minoritas yang terbatas.
Namun sebenarnya, kelompok minoritas punya peluang untuk mengubah
keadaan atau memberikan dampak yang besar terhadap lingkungannya. Bagaimana hal
tersebut bisa terjadi?
Dalam lingkup psikologi
sosial, kali ini kita akan membahas Minority Influence Theory. Berdasarkan
teori ini, kita bisa memahami dan mempelajari bagaimana kelompok minoritas akan
memberikan pengaruh dan proses yang terjadi di dalamnya.
Moscovici dkk (1969)
Serge Moscovici, merupakan salah seorang peneliti yang mempelopori penelitian tentang bagaimana minoritas memberi pengaruh dalam mengubah sikap dan perilaku kelompok. Melalui penelitiannya di tahun 1969, partisipan diperlihatkan beberapa slide, lalu diminta mengidentifikasi warna yang ditampilkan tiap slide di kelompok peserta yang berbeda.
Dalam kelompok
yang berbeda itu, peneliti meminta untuk memberikan jawaban yang berbeda,
mengidentifikasi slide sebagai warna hijau, bertentangan dengan pengamatan
partisipan sendiri.
Mascovici kemudian
melihat bahwa pandangan minoritas yang diperlihatkan oleh kelompok berbeda
memberi pengaruh pada peserta, terlebih ketika minoritas itu konsisten dalam
pendapat yang disampaikan.
Sejumlah Faktor Penting Minority
Influence Theory
Keberhasilan kelompok minoritas
dalam memberi pengaruh dapat dilihat dari sejumlah faktor penting ini. Sejumlah
hal inilah yang akan memprediksi berhasil atau gagalnya kelompok minoritas
untuk memberi pengaruh di lingkungannya.
1. Consistency
Berdasarkan penelitian
Moscovici, anggota kelompok lebih cenderung menerima pendapat minoritas jika
pandangan yang diungkapkan disampaikan secara konsisten. Bila inkosistensi atau
perbedaan pendapat dalam kelompok minoritas terjadi, hal ini dapat menyebabkan
orang-orang menolak pandangan tersebut.
2. Confidence
Kepercayaan minoritas penting untuk memengaruhi anggota lain dalam kelompok. Nemeth dan Wachtler (1974) melakukan sebuah penelitian di mana sekelompok partisipan diminta untuk memutuskan jumlah kompensasi yang harus diberikan kepada orang yang terluka.
Partisipan diminta untuk duduk mengelilingi meja untuk membahas besaran
santunan. Peneliti telah menyiapkan peserta yang duduk sendiri di bagian ujung
meja, seolah menjadi pemimpin. Hal ini membuat partisipan lain setuju dengan
saran yang diberikan dibanding mengikuti arahan pendapat partisipan lain.
Temuan ini memperlihatkan
bahwa kepercayaan yang ada pada minoritas dalam membuat keputusan secara bebas
dari kelompok menyebabkan orang lain lebih banyak mempertimbangkan pendapatnya.
3. Motif
Ketika minoritas hanya memperjuangkan
kepentingan pribadi, hal itu mungkin akan kurang didengarkan. Berbeda ketika
motif tersebut memperjuangkan kelompok dan bertindak tanpa pamrih, anggota lain
akan lebih mempertimbangkan pendapat yang disampaikan (Maass et al, 1982).
4. Ukuran Mayoritas
Ukuran mayoritas dalam suatu kelompok dapat mempengaruhi kemampuan minoritas untuk mempengaruhi anggotanya. Dalam sebuah eksperimen di mana peserta diminta untuk memperdebatkan masalah seperti aborsi, mereka menemukan korelasi negatif antara jumlah anggota yang memegang pandangan mayoritas dan pengaruh pandangan minoritas.
Karena pandangan mayoritas mendapat dukungan dari lebih banyak anggota, individu yang memiliki sudut pandang berlawanan kurang dapat mempengaruhi kelompok (Clark dan Maass, 1990).
5. Ukuran Minoritas
Jumlah anggota dalam
suatu kelompok yang menyatakan pendapat minoritas juga memengaruhi tingkat
pengaruh yang dapat mereka berikan kepada anggota yang tersisa. Gordijn et al
(2002) menemukan bahwa minoritas kurang berpengaruh ketika jumlah anggota yang
mengungkapkan pendapat tetap konstan atau menurun, dibandingkan dengan ketika
anggota menganggap minoritas meningkat jumlahnya.
Ini mungkin menjelaskan
efek bola salju dari pengaruh minoritas, di mana individu tertarik pada suatu
sudut pandang atas dasar bahwa mereka percaya hal itu menjadi lebih dapat diterima,
dan mendapatkan popularitas di antara anggota lain.
Kekuatan Minoritas
Selama tahun 1910-an,
gerakan hak pilih menantang status quo, yang membatasi hak memilih hanya untuk
warga laki-laki. Sebuah kelompok minoritas, yang dipimpin oleh Emmeline
Pankhurst di Inggris, akhirnya meyakinkan mayoritas bahwa ini tidak adil, dan
pemberian hak pilih diberikan kepada perempuan pada tahun 1918, membatalkan
pandangan yang diterima mengenai hak-hak perempuan.