Perjalanan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud (Bagian II)
Berdasarkan pengalaman Freud, impuls-impuls seksual menjadi pola umum yang sulit untuk diakui atau diterima oleh paseiennya. Baik orang dewasa maupun anak-anak, hingga ia mengemukakan hipotesis seksual. Bahwa pengalaman seksual menjadi hal penting dalam pertumbuhan manusia. Anak-anak, juga secara aktif dapat meresap informasi seksual namun memiliki cara yang berbeda untuk menyalurkan kepuasan mereka dengan orang dewasa.
Perkembangan seksual ini menjadi hal yang penting
untuk diperhatikan terutama di masa Oediphal Complex dan Electra Complex. Ketia
anak laki-laki begitu senang untuk mencari-cari perhatian Ibunya, memandang
Ayah dan saudara-saudaranya sebagai saingan. Sedangkan perempuan yang
menjadikan Ibu sebagai objek utama dalam penyaluran cinta tergantikan oleh Ayah,
ketika menyadari bahwa perempuan tidak memiliki penis.
Perkembangan Psikoseksual
Freud kemudian membagi ke dalam lima
tahap perkembangan seksual mulai dari oral di usia 1 tahun pertama, semua
kenikmatan berpusat pada mulut, kulit dan jempol. Proses menyusui menjadi objek
aktivitas yang diutamakan. Anal usia 2-3 tahun, kemampuan untuk mengendalikan
fungsi anus menahan dan mengeluarkan feses. Phallic usia 3-5 tahun masa dimana
anak mulai sadar akan perbedaan anatomis tubuh dan menjadi momen Oedipus dan
electra complex. Latency 6-8 tahun, masa dimana impuls dan ketertarikan seksual
tertahan hingga mencapai pubertas dan genital mulai dari masa remaja menandakan
ketertarikan pada lawan jenis.
Fiksasi
Ketika perkembangan
psikoseksual terganggu atau tertahan, maka di masa-masa tertentu ketika
seseorang dewasa akan ada beberapa perilaku yang menjadi akibat dari proses
yang tidak tuntas itu. Misalnya ketika di masa anal, seorang anak bermain dan
menikmati toilet training dan cukup sulit untuk beranjak dari momen tersebut.
Perilaku kikir atau sulit untuk mengulurkan atau mengeluarkan sesuatu untuk
orang lain di masa dewasa, atau obsesi akan kotoran/sampah merupakan sebuah
wujud bentuk fiksasi.
Regression
Seseorang bisa kembali ke tahap
perkembangan psikoseksual sebelumnya ketika menghadapi ancaman tertentu.
Misalnya seorang anak yang merasa cemas pada lingkungan baru di sekolah maka
anak akan rentan untuk mengisap jarinya untuk merasakan kedamaian.
Freud mengungkap bahwa dalam unconsciousness terjadi
proses berpikir primer yang bekerja untuk menekan, merenggangkan dan
memobilisasi energi dan hal ini mengabaikan realitas. Sedangkan dalam pre
conscious terdapat proses berpikir sekunder yang bekerja dalam sistem yang
dapat melakukan penundaan terhadap gratifikasi dan memiliki orientasi dasar
pada realitas.
Unconsciousness
Freud membagi tiga makna dalam
istilah unconsciousness. Pertama adalah makna deksriptif, yang berarti gagasan
atau perasaan tertentu yang sesaat hilang dari kesadaran dan dapat dimunculkan
kembali. Kedua adalah dinamic, yaitu mobilitas energi, dorongan konflik dan
persaingan ide yang menghalangi pikiran dan perasaan untuk menjadi sadar atau
mengizinkan muncul pada kesadaran dalam bentuk penyamaran. Ketiga adalah
sistematis, yaitu sistem psikologis yang memiliki karakteristik unik dan saling
berdampingan. Hal ini menjadikan Freud membangun konsep metapsikologii yang
berarti melampaui atau diatas psikologi.
4 Karakteristik insting
1. Tekanan
Tekanan
naluri mengacu pada kekuatan atau kualitas motivasi. Ini adalah kekuatan dorongan
naluriah; tinggi saat dorongan tidak puas dan rendah saat kebutuhan terpenuhi.
Misalnya, bayi yang kelaparan memiliki tekanan dorongan lapar yang tinggi;
seseorang yang baru saja diberi makan memiliki rasa lapar dengan tekanan
rendah. Saat tekanan rendah, naluri mungkin tidak memiliki efek yang terlihat;
tetapi bila tekanannya tinggi akan mungkin mengganggu aktivitas lain. Misalnya,
bayi yang lapar bangun.
2. Tujuan
Tujuan
dari semua naluri adalah untuk mengurangi ketegangan, yang menyenangkan.
(Pikirkan perasaan enak makan saat lapar.) Naluri bekerja sesuai dengan apa yang
disebut Freud sebagai asas kesenangan; mereka bertujuan hanya untuk
menghasilkan kesenangan dengan mengurangi ketegangan, dengan segera dan tanpa
memperhatikan batasan realitas.
3. Objek
Objek
dari suatu insting adalah orang atau benda di dunia yang diinginkan agar
insting tersebut dapat dipuaskan. Misalnya, objek dorongan lapar seorang bayi
adalah payudara ibu: Ini membawa kepuasan. Objek orang dewasa yang terangsang
secara seksual adalah pasangan seksual.
4. Sumber
Semua
energi psikis berasal dari proses biologis di beberapa bagian atau organ tubuh.
Tidak ada energi mental yang terpisah dan eksklusif. Jumlah energi yang
dimiliki seseorang tidak berubah sepanjang hidupnya, meskipun ia diubah
sehingga "diinvestasikan" secara berbeda. Pada awalnya, energi psikis
diarahkan pada kebutuhan biologis. Ketika perkembangan terjadi, energi yang
sama ini dapat dialihkan ke investasi lain, seperti hubungan interpersonal dan
pekerjaan.
Dualistik Insting
Perkembangan teori Freud mengenai
dorongan manusia untuk berkembang berkaitan dengan dualisme. Insting ego dan
seksual insting adalah dua hal yang berlawanan. Merawat kehidupan dan
kesenangan adalah dua kutub yang berbeda. Ego libido (self-love) berlawanan dengan object libido (other love). Hasil akhir dari dualism Freud adalah Eros dan
Thanatos yaitu insting hidup dan insting mati.
Struktur Final Theory of
Mind
Id, adalah komponen
kepribadian primitif dan naluriah. Ini terdiri dari semua komponen kepribadian
yang diwariskan (yaitu, biologis) yang ada saat lahir, termasuk naluri seks
(kehidupan) - Eros (yang berisi libido), dan naluri agresif (kematian) –
Thanatos. Id beroperasi pada prinsip kesenangan yang merupakan gagasan bahwa
setiap dorongan keinginan harus segera dipenuhi, terlepas dari konsekuensinya.
Ketika id mencapai tuntutannya, kita mengalami kesenangan ketika ditolak, kita
mengalami 'ketidaksenangan' atau ketegangan.
Ego,
berkembang untuk menengahi antara id yang tidak realistis dan dunia nyata
eksternal, merupakan komponen kepribadian pengambilan keputusan. Idealnya, ego
bekerja dengan alasan, sedangkan id kacau dan tidak masuk akal. Ego beroperasi
sesuai dengan prinsip realitas, mengerjakan cara-cara realistis untuk memenuhi
tuntutan id, seringkali mengorbankan atau menunda kepuasan untuk menghindari
konsekuensi negatif dari masyarakat. Ego mempertimbangkan realitas dan norma
sosial, etiket dan aturan dalam memutuskan bagaimana berperilaku.
Super ego, terdiri dari dua sistem: Hati nurani dan diri ideal. Hati nurani dapat menghukum ego dengan menyebabkan perasaan bersalah. Misalnya, jika ego menyerah pada tuntutan id, superego dapat membuat orang tersebut merasa buruk karena rasa bersalah. Diri ideal (atau ego-ideal) adalah gambaran imajiner tentang bagaimana Anda seharusnya, dan mewakili aspirasi karir, bagaimana memperlakukan orang lain, dan bagaimana berperilaku sebagai anggota masyarakat.
Perilaku
yang kurang dari diri yang ideal dapat dihukum oleh superego melalui rasa
bersalah. Super-ego juga dapat memberi penghargaan pada kita melalui diri ideal
ketika kita berperilaku 'dengan benar' dengan membuat kita merasa bangga. Diri
dan hati nurani yang ideal sangat ditentukan di masa kanak-kanak dari
nilai-nilai orang tua dan bagaimana seseorang dibesarkan.
Perubahan Konsep
Kecemasan
Seiring berkembangnya teori struktur
pikiran, Freud pun menemukan bahwa kecemasan bukanlah semata-mata karena impuls
seksual yang gagal, melainkan respon ego terhadap berbagai ancaman situasi yang
berbahaya. Ada tiga model kecemasan dalam hal ini, Realistic anxiety yaitu ketakutan akan dunia luar. Neurotic anxiety, ketakutan atas
instinct id yang sulit dibendung. Moral
anxiety, ketakutan atas pelanggaran super ego.
Reference:
Sollod, R. N., & Monte, C. F. (2008). Beneath the mask: An introduction to theories of personality. John Wiley & Sons.