Stres dan Imunitas dalam Menghadapi Virus Corona (COVID-19)



Di awal tahun 2020, dunia digemparkan oleh virus Covid-19  yang mulanya ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok. Sekarang virus ini telah menyebar dan menjadi pandemi di hampir semua negara di dunia. Penyebaran yang relatif mudah mengakibatkan virus ini dapat menginfeksi manusia dengan cepat. 

Pandemi ini telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti libur sekolah dan ditutupnya tempat wisata yang berbanding lurus terhadap pelemahan ekonomi di bisnis penerbangan, wisata, dan hiburan lainnya. 

Para pakar kesehatan saat ini telah melakukan berbagai penelitian untuk menemukan cara melawan virus ini. Sembari menunggu hasil penelitian para ilmuwan, kita juga dapat membantu diri kita sendiri dalam melawan virus ini dengan mengandalkan sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang kita miliki. 

Caranya dengan menerapkan perilaku hidup sehat, seperti mencuci tangan, olahraga, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan menghindari stress. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana hubungan antara stres dan imunitas dari perspektif psychoneuroimmunology.

Tahukah kalian bahwa stres yang berkepanjangan dapat memperburuk kondisi imunitas kita? Imunitas sendiri merupakan pelindung alami yang dapat membantu kita melawan patogen, seperti virus dan bakteri.  Oleh karenanya, penting menjaga imunitas ini agar tetap dapat bekerja secara maksimal. 

Morey beserta koleganya dalam tulisan yang berjudul Current Directions in Stress and Human Immune Function yang diterbitkan dalam jurnal Curr Opin Psychol (2015) mengemukakan  bahwa stres psikologis dapat mendisregulasi sistem kekebalan tubuh manusia. Penting untuk digaris bawahi bahwa stres dapat mempengaruhi imunitas secara berbeda antar individu dan konteks. 

Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa stres juga dikaitkan dengan penurunan imunitas terhadap infeksi virus. Penelitian yang dilakukan oleh Cohen dan sejumlah koleganya (2006)  menemukan bahwa 47 persen partisipan yang menjalani kehidupan yang dipenuhi stres mengalami pilek setelah diinokulasi dengan rhinovirus, sedangkan hanya 27 persen partisipan yang juga diinokulasi virus yang sama melaporkan kehidupan yang relatif bebas stres. 

Studi lain juga menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang mengalami stres kronis menderita lebih banyak serangan flu, infeksi virus herpes lesi genital, cacar air, mononukleosis, dan virus Epstein-Barr (Cohen & Herbert, 1996; Cohen dkk., 2003). Stres psikologis telah dikaitkan dengan gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis (Rabin, 1999; Straub & Kalden, 2009).  

Sebenarnya ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kerja imunitas, kita bisa belajar dari berbagai temuan yang ada. Misalnya, ternyata terdapat beberapa penelitian yang cukup unik membuktikan bahwa imunitas dapat ditingkatkan. 

Peneliti asal Kanada yang terdiri dari Schaller, Miller, Gervais, Yager, dan Chen di tahun 2010 melakukan eksperimen dengan menyajikan serangkaian gambar kepada mahasiswa sebagai partisipan penelitian. Beberapa peserta melihat gambar penyakit menular seperti cacar, lesi kulit, dan pilek. Gambar ini diharapkan dapat dapat menstimulasi untuk mengaktifkan respon imun. 

Sedangkan peserta dalam kelompok kontrol melihat gambar senjata, di mana gambar ini dapat menstimulasi tetapi tidak diharapkan mengaktifkan respon imun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipan yang melihat gambar penyakit memproduksi secara signifikan lebih banyak proinflamantory cytocines (tipe signal molekul yang disekresikan oleh sistem imun yang membantu sel T dan makrofagus dan berperan dalam proses inflamasi) dibandingkan peserta peserta yang melihat gambar-gambar senjata. 

Peneliti lain dari Australia yaitu Stevenson, Hodgson, Oaten, Barouei, dan Case (2011) menemukan hasil yang serupa ketika mereka memperlihatkan gambar yang dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan jijik, seperti binatang mati, toilet kotor, dan seekor kecoak di Pizza kepada partsipan penelitian. Dibandingkan dengan peserta yang melihat gambar netral atau mengancam (tapi tidak menjijikkan), peserta yang melihat gambar menjijikkan memproduksi proinflammatory cytokine TNF-A dalam jumlah yang lebih besar. 

Dalam menghadapi pandemi ini, alangkah baiknya untuk dapat mengikut berbagai saran dari ahli dan kebijakan yang sudah ditempuh untuk terhindar dari virus Covid-19. Semoga keadaan dunia lekas membaik. Tetap produktif, be well everyone. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel