Menyambut Hari Hutan Sedunia Sembari Mengenal Forest Therapy

Hari Hutan Sedunia



INDOPOSITIVE.org Di bulan Maret ini, tepatnya 21 Maret, akan kita peringati sebagai hari Hutan Sedunia. International Day of Forests  dilaksanakan berdasarkan resolusi PBB pada 12 November 2012. 


Peringatan ini telah dilaksanakan sejak 2013. Sebagai negara dengan hutan yang luas, tiap tahunnya kita menerima kabar bahwa kian hari hutan semakin menipis. Dari tahun ke tahun, kita seakan merayakan hari hutan dengan mengabaikan keberadaan hutan itu sendiri. 

Di tahun 2015, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan bahwa luas kawasan Indonesia kurang lebih sekitar 128 juta hektar. Dengan rincian, hutan konservasi seluas 27,4 juta hektar, hutan lindung seluas 29,7 juta hektar, hutan produksi terbatas 26,8 juta hektar, hutan produksi 29,3 juta hektar, dan hutan yang bisa dikonversi seluas 12,9 juta hektar. Namun akibat pembalakan liar, hutan itu kian menyusut.

Di tahun 2017, luas kawasan hutan ini menyusut menjadi sekitaran 125,9 juta hektar. Secara kasar, dapat dirata-ratakan penyusutan hutan Indonesia tiap tahunnya kurang lebih sekitar 1 juta hektar. 

Data Forest Watch Indonesia 2009-2013 menunjukkan luasan deforestasi beberapa pulau besar di Indonesia. Di antaranya Sumatera (1,53 juta ha), Kalimantan (1,54 juta ha), Papua (592 ribu ha), Jawa (326 ribu ha), Maluku (245 ha), Sulawesi (191 ribu ha), dan Bali-Nusa Tenggara (161 ribu ha). 

Hutan sendiri, selain memberikan dampak pada kondisi lingkungan sekitar dapat menjadi sebuah terapi bagi jiwa seseorang. Belakangan beberapa terapis mengembangkan sebuah metode yang kemudian dikenal dengan sebutan, Forest Therapy.


Mengenal Forest Therapy

Forest Therapy kini dapat menjadi sebuah pilihan untuk para terapis dalam mengatasi beberapa masalah yang dihadapi klien. Namun, masih sedikit yang mengulas secara ilmiah tentang efek atau manfaat dari terapi tersebut. Salah satu jurnal yang berjudul, "Influence of Forest Therapy on Cardiovascular Relaxtion in Young Adults" 

Empat puluh delapan orang lelaki dewasa berpartisipasi selama dua hari. Salah satu yang menjadi fokus adalah memahami kondisi kardiovaskular para partisipan. Para peserta akan diamati terkait perubahan variabilitas detak jantung, kondisi jantung, dan tekanan darah untuk memahami reaktivitas kardiovaskular. Para partisipan diberikan empat kuesioner setelah aktivitas berjalan di hutan. 

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa keadaan suasana hati negatif dan tingkat kecemasan menurun secara signifikan setelah berjalan di hutan dibandingkan dengan jalan kota. Beberapa penelitian lain pun menjelaskan bahwa terapi ini dapat menurunkan stres atau bahkan depresi seseorang. Dengan melihat suasana hutan, air mengalir, udara yang sejuk, kondisi psikologis seseorang dapat membaik. 

Hutan di Indonesia sekiranya juga dapat menjadi peluang besar untuk mengembangkan temuan tersebut. Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua. Sayangnya, maraknya berbagai kasus yang menimpa hutan di Indonesia masih belum ditangani secara serius oleh pemerintah. Menyambut Hari Hutan Sedunia, semoga kita bisa mempelajari dan terus menjaga keberlangsungan hutan di Indonesia. 


Dari jurnal:

Lee, J., Tsunetsugu, Y., Takayama, N., Park, B. J., Li, Q., Song, C., ... & Miyazaki, Y. (2014). Influence of forest therapy on cardiovascular relaxation in young adults. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2014.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel