Tudingan KPAI, Eksploitasi Anak dan PB Djarum

Foto ilustrasi (Dok. PB Djarum)


Beberapa waktu lalu, kita mendengar berita terkait dengan tudingan yang dilayangkan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk PB Djarum. Polemik ini bermula dari sebuah foto yang kemudian ditayangkan dalam website resmi KPAI. Foto tersebut diunggah pada tanggal 2 Agustus 2019. 

Di dalam foto tersebut, tergambar sejumlah anak-anak dengan penuh bahagia, mendapatkan tiket emas beasiswa setelah berhasil dalam audisi bulutangkis yang digelar PB Djarum. 

Kehadiran PB Djarum tentu saja memberi kontribusi positif atas prestasi bulutangkis Indonesia di tingkat dunia. Sejumlah nama lahir dari proses yang dilangsungkan PB Djarum, mulai dari Liem Swie King, Christian Hadinata, Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Kevin Sanjaya, Liliyana Natsir, hingga Tantowi Ahmad dan beberapa pemain lainnya. Pertanyannya, apakah tudingan KPAI tersebut akan eksploitasi anak memang tepat atau tidak? 


Berdasarkan teori eksploitasi pekerja anak dalam buku Pekerja Anak di Indonesia (Kondisi Determinan dan eksploitasi) disebutkan beberapa kriteria pekerja anak yang dieksploitatif, yaitu bila menyangkut: kerja penuh waktu (full time) pada umur yang terlalu dini, terlalu banyak waktu yang digunakan untuk bekerja, pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik, sosial dan psikologis yang tak patut terjadi, upah yang tidak mencukupi. Tanggung jawab yang terlalu banyak, pekerjaan yang menghambat akses pendidikan, pekerjaan yang mengurangi martabat dan harga diri anak, seperti perbudakan atau pekerjaan kontrak paksa dan eksploitasi seksual 

Buku karya Hardius Usman dan Nachrowi Djalal Nachrowi yang terbit di tahun 2004 sekilas dapat memberikan kita jawaban. Dalam tudingan KPAI ini, eksploitasi anak dianggap mempromosikan logo dan warna Djarum. Akan tetapi, masalah ini sebenarnya telah disiasati pihak Djarum terlebih semua induk organisasi olahraga internasional, termasuk bulutangkis, telah melarang sponsor rokok dalam kejuaraan olahraga.  

Namun, tudingan KPAI tersebut kemudian ditanggapi oleh pihak PB Djarum dengan keputusan untuk mengehentikan audisi PB Djarum. Kabar dari pengakuan Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, rencana ini telah dipikirkan sejak beberapa pekan terakhir setelah tudingan dan akan berhenti di tahun 2020.

PB Djarum

Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (disingkat PB Djarum) resmikan berdiri pada tahun 1969. Awalnya perkumpulan ini didirikan hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok Djarum di Kudus. Namun, hal tersebut diubah pada tahun 1969, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, melainkan juga pemain dari luar. Inilah yang kemudian menjadi awal dari pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain nasional untuk Indonesia.

Dari tahun ke tahun PB Djarum berbenah dan mulai melahirkan pemain muda berbakat. Sejak Liem Swie King meraih prestasi dalam berbagai kejuaraan, mulailah dibentuk organisasi PB Djarum. Di tahun 1984, PB Djarum membuktikan hasilnya di Piala Thomas, Kuala Lumpur, Malaysia.  Dari delapan pemain, tujuh di antaranya berasal dari PB Djarum mulai dari  Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo. Satu pemain lagi adalah Icuk Sugiarto.

Lalu sejak awal tahun 2019, KPAI pada akhirnya bersama Yayasan Lentera Anak menduga terdapat eksploitasi anak. Temuan KPAI dan Yayasan Lentera Anak di empat kota pada 2018 menjelaskan bahwa selama berlangsungnya audisi, para peserta diharuskan mengenakan kaos bertuliskan Djarum. Anak-anak juga dinilai terpapar berbagai media promosi dengan logo dan brand image Djarum di seluruh tempat kegiatan.

Yoppy Rosimin di Purwokerto, Sabtu (7/9/2019) menyampaikan, audisi bulu tangkis tahun 2019 ini tetap digelar meski sempat terjadi polemik dari sejumlah pihak karena dugaan potensi iklan produk tembakau serta eksploitasi anak saat audisi. Dalam mengatasi hal tersebut, peserta tidak lagi mengenakan kaus bertulis Djarum Badminton Club, serta menghilangkan kata Djarum. Nama audisi pun berubah menjadi “Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019”.

Eksploitasi Anak

Ruang diskusi yang masih terbuka tentu saja adalah menjawab dugaan, apakah PB Djarum benar-benar melakukan eksploitasi ataukah KPAI sekadar keliru dalam menafsirkan eksploitasi anak? 

Daniel D Broughton, Profesor di Department of Pediatrics and Adolescent Medicine, Mayo Clinic, Rochester, Minnesota, Amerika Serikat dalam sebuah makalahnya yang berjudul Child exploitation in the 21st century menjelaskan bila hari ini, eksploitasi anak cenderung hadir dari teknologi dan kerap kali tidak kita sadari. Beberapa bentuk eksploitasi anak dapat menjadi kajian khusus guna menghindari terjadinya korban yang semakin banyak. Salah satu bentuk eksploitasi yang mesti dihadapi bersama adalah eksploitasi seksual anak. Internet dan teknologi yang semakin berkembang, secara tidak langsung menghadirkan beragam bentuk dan upaya yang kadang tidak disadari secara langsung. 

Menurut Broughton, eksploitasi seksual anak jelas merupakan masalah serius dan menjadi lebih rumit selama beberapa dekade terakhir. Apa yang dulu dianggap masalah nasional sekarang tentu saja masalah internasional yang menghubungkan semua bangsa dan kelompok etnis. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa perlindungan anak-anak tetap di garis depan upaya profesi medis, dan kita berusaha memahami ruang lingkup dan kompleksitas masalah ini saat kami merawat pasien dan keluarga mereka. Juga, sebagai profesional medis, kita harus bekerja dengan disiplin ilmu lain, termasuk penegakan hukum, layanan sosial dan pembuat kebijakan, untuk menghentikan epidemi dunia ini dan untuk membantu mereka yang menderita telah menjadi korban.


Di Indonesia, masalah ini tentu saja terus berkembang namun sangat disayangkan bila upaya penanganannya tidak dimaksimalkan. Dibanding menduga sebuah tempat melahirkan atlet nasional sebagai ruang eksploitasi anak, semestinya pihak terkait mampu segera merumuskan perlindungan anak dan menghadirkan ruang untuk pengembangan minat dan bakat agar dapat tersalurkan dengan baik. Celakanya, hari ini kita kembali mendengar kabar bila PB Djarum tidak lama lagi akan pamit dan orang-orang tak lagi melihat regenerasi di sana. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel