Apa yang Mesti Kita Lakukan Saat Bersedih?
INDOPOSITIVE.org—Engku
Zainuddin diserang demam hebat hingga menggigil tak berdaya dalam meratapi
kesedihannya, di atas pembaringan kamarnya lantaran dipatahkan pengharapannya
oleh Hayati yang telah berjanji untuk menunggunya datang kembali dari
perantauan.
Masuklah
Bang Muluk sahabat Zainuddin yang tak pernah berkhianat untuk menceramahinya.
“Hei, berhentilah
bersedih begini, Engku. Terjadi sudahlah terjadi.Engku, engku dah banyak
menuntut ilmu di Siqo. Budi pekerti dan kesopanan dengan pemikiran yang luas
pun sudah Engku raih.”
“Jangan lah lebih lemah
dari pada para-para kami yang tidak kenal bace bismilah. Tidak baik hidup yang
mulia ini, terkurung semata-mata karena memikirkan perempuan. Perempuan yang
Engku junjung tinggi itu telah berkhianat dan mengingkari janjinya.”
“Di sini Engku
bersakit-sakit, sedangkan dia? Dia sedang menikmati masa pengantin baru dengan
suaminya.”
“Engku ni orang pintar,
kenapa harus hancur oleh perempuan. Dimana letak pertahanan kehormatan yang
terletak pada seorang laki-laki, ha.”
“Jangan mau hidup Engku
dirusak, binasakan oleh perempuan itu. Engku mesti tegak kembali. Coba lagi
Engku lihat dunia lebih luas dan masuk ke dalamnya.”
“Di sana banyak
kebahagiaan dan ketentraman yang tersimpan. Engku pasti bisa ,melakukannya. Dan
mengecap bagaimana nikmat kebahagiaan dan keberuntungan itu.”
“Cinta bukan mengajarkan
kita untuk menjadi lemah, tetapi membangkitkan kekuatan.”
“Cinta bukan melemahkan
semangat tapi membangkitkan semangat. Tunjukkan pada perempuan itu, bahwa Engku
tidak akan mati, lantaran dibunuhnya.”
Adegan
di atas adalah penggalan dari percakapan
antara Zainuddin dan Muluk dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Seorang
Muluk menumbuhkan kembali gairah hidup sahabatnya yang telah larut dalam
kesedihan lantaran dikhianati cintanya. Sehinga membuat Zainuddin untuk
berdamai dengan kesedihannya dari kegilaan cintanya. Lalu bangkit menjadi
seorang penulis besar di Batavia.
Menyaksikan
film karya Buya Hamka, kita dapat memahami arti kesedihan. Manusia dan
kesedihan menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, menjadi kebutuhan
untuk mengatur jalan kehidupan masa depan. Ini didukung oleh hasil penelitian
Sullivan pada tahun 2008 Assosiation between sadness and anger
regulation coping, emotional expression, and physical and relational aggression
among urban adolescent bahwa
kesedihan berfungsi untuk mengatur dan mengkomunikasikan dalam diri dengan baik
akan kebutuhan dukungan sosial.
Kesedihan
akan menjadi bencana ketika kita tidak dapat mengatur atau berkomunikasi dengan
diri kita sendiri dalam menentukan sikap apa yang akan dilakukan.
Di
sekitar kita banyak objek yang akan menjadi suatu tempat untuk mengarsipkan
sebuah kesedihan yang kita alami. Zainuddin mengabadikan kesedihannya dalam
halaman-halaman kertas dengan tulisan. Lalu memberikan jarak antara kesedihan
dan dirinya dengan membagikan kepada peminat kesedihannya.
Bukan
hanya dalam bentuk tulisan dalam meluapkan sebuah kesedihan tapi bisa juga
dengan memposting di sosial media, melempar kaca jendela, membanting benda-benda
yang ada di sekitar kita bahkan ada yang mengakhiri hidupnya dengan gantung
diri.
Dalam
tradisi yang ada di nusantara yang memiliki berbagai suku dan adat berbeda-beda,
semua itu sejak lama mengajarkan kita untuk memahami kesedihan. Antara
laki-laki dan perempuan bahkan setiap individu telah diajarkan untuk memahami
kesedihannya sendiri. Hampir setiap suku dari sabang sampai merauke memandang
kesedihan adalah hal yang tak sewajarnya kita larut di dalamnya.
Penelitian
yang dilakukan oleh Putri bersama rekannya pada tahun 2012, Sadness
as perceived by Indonesian male and female adolescents dengan jumlah responden 273 perempuan,
188 laki-laki dengan menggunakan kuisioner terbuka. Setelah itu data yang telah
terkumpul dikategorisasikan menggunakan pendekatan psychology indigenous menunjukkan hasil bahwa laki-laki dan
perempuan memandang kesedihan sebagai pelajaran hidup dan refleksi diri dan
sebagai motivasi. Mempunyai jiwa kesatria
yang harus bangkit dari keterpurukan adalah hal yang harus dilakukan.
Kesedihan
bukanlah menjadi suatu hambatan untuk menjadi lebih baik lagi dari kesalahan
atau pengharapan yang belum terwujud kemarin. Menjadikan kesedihan sebagai
pelajaran untuk kehidupan esok hari. Waktu tak akan pernah membalikkan arah untuk
berputar.