Saat Smartphone Membuat Kita Saling Mengabaikan
INDOPOSITIVE.org—Tidak
sulit menemukan pemandangan seseorang memainkan smartphone miliknya, sementara ada orang lain yang tengah berbicara
langsung kepadanya. Seberapa besar sebenarnya pengaruh smartphone pada diri
kita? Di antara berbagai keuntungan dan kemudahannya, ada beberapa hal yang menjadi
dampak buruk dari smart-phone. Kali ini, kita akan melihat dampak dalam hal pengaruh
smart-phone terhadap hubungan kita dengan orang lain.
Ternyata,
secara tidak langsung, kita berubah menjadi sosok yang mudah acuh dengan
keberadaan orang lain yang ada di sekitar kita. Kehadiran smartphone dengan
berbagai kelebihan yang ada, membuat kita cenderung memikirkan kemungkinan lain.
Semua itu menjadi satu dari sekian banyak masalah yang ditimbulkan smartphone
dari waktu ke waktu. Hal tersebut kemudian membuat sejumlah peneliti untuk
mempelajari fenomena tersebut.
Kostadin
Kushlev beserta rekannya membuat penelitian yang berjudul, Smartphones Reduce Smiles Between Strangers. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana smartphone memberi pengaruh pada senyum kita.
Peneliti meminta dua orang mahasiswa, yang asing satu sama lain. Mereka berdua
diminta masuk ke dalam ruang tunggu di sebuah laboratorium sederhana – baik
dengan membawa smartphone atau pun tidak membawa. Mereka tak diberi instruksi
lain, tapi diberi tahu bila para peneliti akan datang sedikit terlambat dan
mereka diminta untuk menunggu. Sembari menunggu, mereka berdua diam-diam
direkam. Setelah itu, mahasiswa tersebut diminta untuk menceritakan perasaan
dan interaksinya dengan peserta lain, jika memang terjadi interaksi.
Peneliti
kemudian mempelajari rekaman video wajah pasangan mahasiswa yang melakukan
interaksi. Mereka melihat seberapa sering mereka tersenyum, seberapa tulus
senyum mereka, dan seberapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk tersenyum
selama menunggu. Setelah peneliti mempelajari rekaman tersebut, peneliti
menemukan beberapa hasil menarik. Pertama, mahasiswa yang membawa smartphone
secara umum lebih jarang tersenyum (dan tidak memperlihatkan senyum yang tulus)
dan mereka 30% lebih sedikit memberi senyum dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidak membawa smartphone, dan menjadi tanda jika mereka memiliki minat yang kurang
untuk berhubungan dengan orang lain. Bagi peneliti, senyum menjadi sebuah
langkah untuk memulai interaksi. Pada temuan ini, smartphone dianggap
memberikan efek yang cukup kuat dalam menghambatnya proses interaksi yang ada.
Senyum
dapat menjadi tanda atau sinyal awal dari kondisi seseorang. Pada penelitian
Kushlev, hal utama yang diteliti sebenarnya adalah pengaruh smartphone. Akan
tetapi, terdapat tiga puluh dua peserta yang membawa smartphone, sama sekali
tidak melakukan interaksi. Sementara untuk yang tidak membawa smartphone, ada
sebanyak enam orang yang tidak melakukan interaksi secara langsung. Penggunaan
smartphone membuat seseorang saling mengabaikan satu sama lain. Hilangnya senyum menjadi hal utama dalam proses interaksi selanjutnya.
Akibat
kemunculan fenomena ini, beberapa tahun terakhir muncul sebuah istilah baru
yang disebut Phubbing. Istilah yang menjelaskan tindakan acuh seseorang di
dalam sebuah lingkungan akibat terlalu fokus pada smartphone dibandingkan
memulai percakapan atau interaksi. Semoga saja kita mampu bersikap bijak dalam menggunakan smartphone dan hubungan dengan sesama tetap terjaga.