Otak Kanan dan Kiri, Benarkah atau Hanya Mitos?
INDOPOSITIVE.org—Mungkin kita pernah melihat sebuah gambar atau
infografik yang menunjukkan kerja otak kanan dan otak kiri, atau sekedar simbol
antara logika dan kreativitas bersama gambar otak yang terbelah dua. Mungkin juga
Anda pernah melakukan sebuah tes untuk mencari tahu apakah anda lebih dominan pada
“otak kanan atau otak kiri?”
Pembahasan ini rupanya telah begitu mudah kita temukan
di dalam masyarakat luas. Namun tahukah Anda bahwa para peneliti sepakat bahwa
teori otak kanan dan otak kiri adalah sebuah mitos. Sebab dalam
penemuan-penemuan mengenai cara kerja otak, setiap kali sebuah informasi hadir
maka kedua bagian otak, kiri dan kanan akan aktif. Nyatanya, kedua bagian otak
saling bekerjasama dalam melakukan tugas-tugas di kehidupan sehari-hari.
Seorang ahli matematika bukan hanya paham logika saja, mereka adalah
orang-orang kreatif dalam penelusuran ide, dan seorang maestro penulis puisi
tidak hanya mengandalkan curahan emosi, banyak karya yang justru lahir dari pemikiran
analitik dengan ketelitian yang tepat. Lalu, dari mana sebenarnya pengetahuan
otak kanan dan kiri ini muncul?
Di awal tahun 1960, seorang psikolog Robert Sperry melakukan
eksperimen terhadap pasien dengan gangguan epilepsi. Sperry menemukan bahwa
dengan memotong sebuah struktur yang menyambungkan komunikasi antara belahan
otak kanan dan kiri yakni corpus callosum,
gangguan dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Corpus
callosum yang telah
dihilangkan awalnya memberikan efek yang baik terhadap pasien, namun ternyata pasien
mulai mengalami beberapa gejala atau simptom-simptom yang aneh. Beberapa pasien
mengeluhkan atas ketidakmampuan mereka menyebutkan nama objek yang diproses
oleh otak kiri mereka sedangkan nama objek yang diproses oleh otak kanan tetap
dapat mereka sebutkan. Hal ini membuat Sperry beranggapan bahwa bahasa
dikendalikan oleh belahan otak kiri manusia.
Melalui penemuan ini, yakni Brain Lateralization, Sperry dapat membuktikan adanya perbedaan
fungsi khusus pada otak kanan dan kiri, juga masing-masing memiliki kemampuan
mempelajari hal yang berbeda, hingga di tahun 1981 Sperry menjadi salah satu
tokoh psikologi yang mendapat penghargaan Nobel.
Eksperimen Sperry diberi nama split-brain experiment. Pasien
yang sebelumnya ditangani oleh Sperry dipersilakan duduk dan diberikan sebuah
layar di hadapannya. Di balik layar tersebut terdapat beberapa benda atau objek
seperti, kunci, cincin, sendok, gelas. Layar tersebut memiliki sebuah titik
sentral, tepat di pertengahan layar dan di sisi kanan dan kiri layar akan dimunculkan
beberapa kata yang merupakan salah satu dari objek yang berada di balik
layar.
Sebab otak memiliki cara kerja silang. Dalam bekerja,
bagian otak kiri akan mengontrol pergerakan otot kanan tubuh dan otak kanan
akan mengontrol pergerakan otot kiri tubuh. Hal ini kemudian yang akan membuat
sebuah gangguan di otak kanan seseorang akan berdampak pada gangguan di bagian
kiri tubuh seseorang.
Sperry meminta pasien untuk melihat ke titik tengah
lalu sebuah kata dimunculkan dan akan jatuh pada titik pandang kiri pasien.
Informasi ini akan diterima pada bagian otak kanan (bagian yang tidak dapat
memproses kata-kata). Pasien ternyata tidak mampu menyebutkan kata apa yang
ditampilkan di layar. Sperry kemudian meminta agar pasien menggunakan tangan kiri
untuk mencari sebuah objek yang sesuai dengan kata tersebut di balik layar.
Sekalipun pasien tidak mampu menyebut kata di layar, ia tetap mampu menemukan
objek yang tepat di balik layar.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa belahan otak kiri
bertanggungjawab atas berbagai aspek berbahasa dan logika, sementara belahan
otak kanan akan mengurusi perihal informasi spasial dan visual. Namun, apa yang
dihasilkan penelitian ini tidak berarti bahwa otak bekerja secara dikotomi dan
menjadikan seseorang mengaktifkan fungsi
salah satu bagian otak saja. Sekalipun satu bagian memiliki tugas tertentu dan
mungkin dominan dalam beberapa tugas, namun tetap saja kedua bagian otak ini
bekerja bersama dalam merespon informasi yang ada.