Senyum Membuat Kita Berumur Panjang, Benarkah?
INDOPOSITIVE.org — "Senyum Duchenne", menjadi istilah bagi senyum yang
benar-benar menyenangkan Merujuk pada Duchenne de Bolougne, pakar fisiologi
Prancis yang merupakan penemu senyum ini di abad ke 18. Menurut Duchenne,
senyuman paling baik adalah senyum yang melibatkan otot di sekitar mata. Salah
satu penelitian psikologi positif yang dilakukan Harker dan Keltner di tahun
2001 adalah tentang senyum Duchenne yang dikaitkan dengan kepuasan pernikahan.
Peneliti
mengumpulkan dan menganalisis 114 foto dari buku tahunan rentang 1958 dan 1960
sebuah perguruan tinggi perempuan di Bay Area. Semuanya tersenyum kecuali tiga
perempuan muda, dan di dalam senyum itu semuanya bervariasi. Beberapa
memperlihatkan senyum Duchenne, yang lain tak tersenyum melainkan hanya
menggerakkan di bagian mulut, senyum yang seringkali disebut senyum pramugari.
Untuk skala 1 sampai 10,rata-rata senyum dalam buku tahunan itu mencapai 3,8.
Para peneliti memilih foto khusus ini untuk analisis
karena para perempuan di dalamnya menjadi peserta dalam studi jangka panjang
tentang peristiwa kehidupan yang penting. Secara khusus, peneliti tahu beberapa
decade setelah foto buku tahunan – apakah para perempuan menikah dan apakah
mereka puas dengan pernikahan mereka. Ternyata senyum Duchenne berhasil
menjawab dua pertanyaan tersebut, bahwa mereka menikah dan puas dengan
pernikahan tersebut.
Selanjutnya, kita dapat melihat penelitian yang berbeda.
Sebuah penelitian yang juga mengamati senyum Duchenne. Abel dan Kruger di tahun
2010 meneliti foto para pemain bisbol tahun 1952. Foto-foto tersebut dibagi
dalam tiga kategori, 1) tidak senyum sebesar 42% ,2) senyum biasa sebesar 43%,
3) senyum Duchenne sebesar 15%. Hasilnya, mereka yang tidak tersenyum berusia
sekitar 72 tahun. Mereka yang senyum biasa mencapai 75 tahun dan senyum
Duchenne mencapai usia 80 tahun.
Tapi perlu dipahami bahwa senyum bukan menjadi
penyebab utama dari umur panjang, melainkan tanda atau indikator dari
orang-orang yang menjalani kehidupan yang lebih baik. Hal yang bisa dipelajari dari
sejumlah penelitian tentang senyuman adalah kita bisa menemukan ruang untuk
menjalani hidup dengan cara memberikan senyum terbaik. Tak ada salahnya bila
anda mencoba untuk mempelajari senyum Duchenne dan kemudian membuktikan, apakah
sejumlah penelitian itu benar atau tidak?
Apa yang terakhir kali membuatmu tersenyum bahagia
hari ini?
Referensi:
- Abel, E. L., & Kruger, M. L. (2010). Smile intensity in photographs predicts longevity. Psychological Science.
- Harker, L. A., & Keltner, D. (2001). Expressions of positive emotion in women's college yearbook pictures and their relationship to personality and life outcomes across adulthood. Journal of Personality and Social Psychology.