Kamu Adalah Apa Yang Kamu Makan: Makanan Cepat Saji dan Psikologis Kita
INDOPOSITIVE.org — Kapan
terakhir kali anda memesan atau menikmati makanan cepat saji? Di dunia yang
cepat dan mungkin terus berlari ini, makanan cepat saji menjadi sebuah pilihan
penting. Beberapa penelitian bahkan menjelaskan jika makanan cepat saji di satu
sisi mengancam kesehatan kita. Celakanya, kita tak benar-benar peduli dengan
hasil penelitian tersebut. Di tulisan kali ini, kami tidak akan mengajak anda
untuk berhenti mengkonsumsi makanan cepat saji, itu tergantung pilihan anda.
Hanya saja, kami mencoba kembali memberikan gambaran tentang makanan cepat saji
dalam sudut pandang psikologi.
Penelitian
eksperimen ini membagi partisipan yang merupakan mahasiswa dalam tiga percobaan.
Pertama, peneliti membagi dua kelompok partisipan. Pada kelompok pertama,
peneliti sekilas memperlihatkan (secara
tidak sadar) sejumlah logo makanan cepat saji yang terkenal seperti McDonald's,
KFC, Subway, Taco Bell, Burger King, dan Wendy's di layar komputer sembari peserta
tersebut diberikan tugas lain. Kelompok kedua diberikan tugas yang sama tanpa
diperlihatkan logo makanan cepat saji seperti kelompok sebelumnya. Kemudian
seluruh peserta diminta membaca sebuah pesan atau kutipan singkat. Para peserta
tidak diberikan waktu untuk membaca, namun peserta yang melihat logo makanan
cepat saji memperlihatkan proses membaca lebih cepat.
Selanjutnya,
dalam percobaan kedua para partisipan diminta untuk mengingat kapan terakhir
mereka makan makanan cepat saji atau terakhir kali mereka pergi berbelanja, kemudian
semua menyelesaikan survei pemasaran yang seolah-olah tidak berhubungan. Kelompok
yang terpapar logo makanan cepat saji membuat pilihan untuk memutuskan produk
yang menghemat waktu. Mereka akan lebih memilih produk yang terbilang menghemat
waktu. Seperti 2 in 1 shampo
dibandingkan shampoo biasa. Empat bagian pemanggang roti dibanding dengan alat
pemanggang roti yang hanya memiliki satu bagian dan lain-lain.
Dan di
percobaan terakhir, partisipan diminta untuk menilai daya tarik estetika logo
perusahaan yang berbeda, beberapa logo makanan cepat saji dan beberapa logo
lainnya yang bukan makanan cepat saji. Selanjutnya mereka diberikan penawaran
terkait jumlah pembayaran yang bertujuan untuk melihat kemampuan melakukan delay gratification, kelompok yang terpapar logo makanan cepat saji
cenderung tak mampu melakukan delay
gratification dibandingkan kelompok lainnya.
Peneliti
menemukan bahwa meskipun makanan cepat saji membantu kita menghemat waktu,
namun ironisnya kita menjadi tak mampu bersabar dan menunggu dalam beberapa
kondisi lainnya. Kita menghemat waktu tapi gagal memaknai apa yang telah kita
lewati dalam waktu itu sendiri. Jadi, kapan
terakhir kali anda memesan atau menikmati makanan cepat saji?
Referensi: