Konsep Pahlawan Hari Ini dalam Kajian Psikologi
INDOPOSITIVE.org — Kita tak lagi hidup di masa perang tapi sebenarnya
perang akan selalu ada di kehidupan kita. Philip Zimbardo, seorang psikolog dan
profesor emeritus di Universitas Stanford mencoba menjawab itu dalam bukunya
yang berjudul The Lucifer Effect. Bagi Zimbardo, manusia akan terus berada
pada titik antara baik dan buruk. Bahwa setiap orang baik memiliki kemungkinan
untuk menjadi jahat atau sebaliknya.
Seperti pada puisi yang berjudul “Daerah Perbatasan”
karya Subagio Sastrowardoyo. /Kita selalu
berada di daerah perbatasan/antara menang dan mati. Tak boleh lagi/ada
kebimbangan memilih keputusan/ Di dalam puisi ini juga, diamanatkan sebuah
usaha untuk menjalani berbagai persimpangan dan kehilangan yang kelak kita hadapi sebagai
seorang manusia. Saat ini kita tak lagi diperhadapkan dengan satu kemungkinan,
melainkan lebih dari apa yang kita duga. Hidup kemudian menjadi terasa begitu
riuh dan cepat. Dan pada akhirnya kita diserang banyak hal yang terkadang tak
kita pahami. Kita bahkan akan diserang oleh manusia itu sendiri atau mungkin
teknologi atau hal lain yang lebih berbahaya. Semua itu akan membawa kita pada
pertolongan atau bantuan orang lain.
Siapa orang paling berjasa di hidup kita? Pada titik
ini jugalah kita mungkin perlu kembali menyadari bahwa pahlawan tidak selamanya
berada pada masa perang. Melainkan seseorang yang berhasil melakukan sesuatu
yang berjasa bagi orang lain. Steven H. White dalam penelitiannya yang berjudul
What is a Hero? An exploratory study of
students' conceptions of heroes mencoba memecahkan masalah ini. Penelitian
ini melibatkan 590 siswa yang masih berusia lima dan enam tahun. Bagi mereka,
para pahlawan adalah orang-orang dekat mereka atau keluarga yang memberikan
peran besar terhadap dirinya.
Sejumlah telaah dan penelitian tentang masalah ini
membawa para peneliti psikologi merumuskan sejumlah konsep. Bahwa di tengah
kecamuk dalam diri, kita bisa menumbuhkan nilai-nilai kepahlawanan yang mampu
menyelamatkan diri kita dan juga orang lain. Sara Staats bersama rekannya telah
mempublikasikan penelitian yang berjudul The
Hero Concept: Self, Family, and Friends who are Brave, Honest, and Hopeful. Hasil
dari penelitian itu menemukan bahwa empati menjadi salah satu kunci dalam
membentuk sebuah konsep kepahlawanan. Mereka akan cenderung untuk lebih peduli
dengan orang lain dan tidak mementingkan ego sendiri. Dalam diri mereka
tersimpan harapan besar untuk menolong serta melindungi orang lain.
Akan tetapi, tak berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan pada anak-anak, penelitian Sara Staats yang menggunakan
partsipan mahasiswa pun memperlihatkan temuan yang serupa. Bahwa dalam konsep
pahlawan, orang terdekat mengambil peran besar yang secara tidak langsung
memberikan pengaruh dalam membentuk konsep mental. Sehingga, ini memungkinkan
siapa saja untuk menjadi pahlawan saat ini. Selama kita memperlihatkan
nilai-nilai kebaikan, keberanian, serta kepedulian terhadap orang lain.
Kajian yang lebih lanjut kemudian membahas tentang
bagaimana sebuah perilaku dapat disebut sebagai tindakan seorang pahlawan.
Namun, sebelum melangkah ke topik itu, ada baiknya kita mencoba untuk kembali
melihat para pahlawan yang ada di sekitar kita. Dari mereka, kita bisa belajar
lebih banyak dan tentu saja, kita berhak memberi penghargaan yang
setinggi-tingginya pada mereka.