Expressive Writing: Sebuah Cara Mengenal Diri dan Pasangan Kita
INDOPOSITIVE.org — Tak ada hubungan yang benar-benar sempurna. Sudah
menjadi hal yang pasti bila kita akan dihadapkan pada berbagai masa yang
menyenangkan atau sebaliknya. Semua itu menjadi langkah tersendiri untuk
menjalani sebuah hubungan dengan seseorang. Dari pasangan kita, seringkali kita
menemukan kebahagiaan yang meluap-luap, tapi bukan jaminan bahwa kita tak akan
menemukan kesedihan. Lalu, pada saat kita dirundung kesedihan seperti itu, kita
butuh sebuah cara yang mampu menjaga hubungan kita tetap berjalan baik, bahkan
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Beruntugnya, langkah yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah itu terbilang sederhana. Langkah itu adalah dengan
melakukan expressive writing. Sederhananya, langkah itu mengajak kita untuk
mencoba mengugkapkan perasaan kita dengan menulis secara bebas.
Dalam lingkup penelitian psikologi, expressive writing menjadi salah satu
alat yang digunakan dalam merumuskan atau menjelaskan fenomena yang berkaitan
dengan masalah pribadi dan hubungan. James Pennebaker, salah seorang peneliti
yang berfokus pada topik ini telah melakukan serangkain penelitian yang
menemukan hasil menarik.
Salah satunya, saat Pennebaker berkolaborasi bersama Richard
B. Slatcher, mereka melakukan penelitian yang mencoba melihat efek dari expressive writing terhadap sebuah
hubungan. Dalam menulis, para peneliti menemukan sejumlah manfaat mendasar,
salah satunya adalah usaha untuk memahami diri sendiri. Bagi orang-orang yang
menuliskan pengalaman serta perasaannya, mereka cenderung melakukan refleksi
serta membuat prediksi atas hubungan dan mampu mengendalikan diri dengan lebih
baik.
Penelitian James Pennebaker dan Richard B. Slatcher diterbitkan
dengan judul How do I love thee? Let me
count the words: The social effects of expressive writing. Penelitian itu memperlihatkan
bahwa kelompok yang diminta untuk menulis perasaannya terhadap hubungan dengan
bebas. Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diminta untuk menuliskan
kegiatan sehari-hari. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa salah satu hal
menarik dalam kegiatan mengungkapkan perasaan lewat tulisan membuat hubungan pasangan
tersebut berjalan lebih baik dibandingkan kelompok sebelumnya. Temuan itu
didapatkan setelah tiga bulan pengambilan data, peneliti dengan sengaja
menghubungi kembali dua kelompok tersebut.
Menulis juga menjadi cara mengatasi trauma atau
pengalaman buruk yang pernah kita lalui. Penelitian lain dari James Pennebaker
bersama Janel D. Seagal kembali menggunakan konsep yang serupa. Judul
penelitian itu, Forming a Story: The
Health Benefits of Narrative. Tapi kali ini berfokus pada trauma masa lalu
atau pengalaman buruk seseorang. Sebagian besar dari partisipan tersebut
mengalami kondisi kesehatan mental yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Pengalaman buruk pun dapat disalurkan melalui narasi cerita yang dituliskan. Jika
anda ingin mencobanya, anda bisa melakukannya sendiri. Penelitian serupa
seringkali meminta partisipan untuk menulis cukup 15 menit saja.
Terkhusus untuk masalah hubungan, kita bisa
mengekspresikan perasaan kita pada pasangan lewat tulisan. Kita bisa menuliskan
kenangan bersama atau pengalaman menyenangkan seperti saat liburan, pertemuan paling
berkesan, harapan bersama dan masih banyak lainnya. Peneliti membiarkan
partisipan melakukan itu 4 hingga 6 kali. Anda pun boleh mencobanya, menulis
setiap hari atau mungkin di akhir pekan. Hanya saja, bila hubungan anda
bermasalah, menulis sedikit demi sedikit membuat beban itu berkurang dan tidak
sertamerta menghilang begitu saja. Tapi, cara ini setidaknya bisa menjadi obat
untuk menajaga kesehatan hubungan dengan pasangan berumur lebih panjang. Bukan cuma
tubuh yang butuh obat, hubungan pun demikian.
Hanya saja, tidak semua pasangan merasakan jika
tulisan ekspresi tersebut begitu penting. Andaikan pasangan anda tak peduli
atau kurang memberi apresiasi, tulisan itu setidaknya membantu anda sendiri
untuk sembuh. Barulah jika pasangan mulai mengerti atau hendak membaca, tak ada
salahnya kita membiarkan dia membaca atau mengomentari. Bahkan, mungkin anda
bisa memintanya membalasnya dengan ekspresi lewat tulisan. Menulis sekiranya
menjadi jembatan untuk kembali pada pikiran-pikiran yang kadang penting namun
kita abaikan, lantaran berpikir memang kadang tak semudah yang kita bayangkan. Ini
hanyalah salah satu cara di antara banyak cara untuk menjaga hubungan.
Salah seorang teman SMA saya yang bernama Faizal
pernah berbagi, jika salah satu cara yang dia lakukan untuk menjaga hubungannya
adalah tetap mengenang masa-masa awal dia bertemu dengan kekasih – yang kini
menjadi istrinya. Mungkin sembari melakukan itu, Faizal tak ingin istrinya
menyanyikan lagu Adele yang berjudul, Don't You Remember. Dan seperti Faizal, setiap orang
punya caranya masing-masing.