Apakah Bahagia Itu Sederhana? 7 Penelitian Ini Mencoba Membuktikannya



INDOPOSITIVE.org Bahagia itu sederhana, benarkah? Berkembangnya psikologi positif mendorong sejumlah penelitian untuk mencari makna atau faktor kebahagiaan seseorang. Secara mendasar, kita mampu memahami makna bahagia itu sendiri. Slogan “bahagia itu sederhana” seringkali kita dengar. Namun, sejumlah penelitian belum memberikan makna yang sebenarnya dari bahagia. Terdapat beberapa definisi serta pencarian tentang makna bahagia itu sendiri. Tapi tetap saja, terdapat sejumlah penelitian yang mencoba membuktikan, apakah bahagia itu sederhana?


Berikut tujuh penelitian yang mencoba membuktikan bahagia itu sederhana:

1. Selalu berbagi kebaikan
Cobalah memberi tumpangan pada teman atau ikut menjadi relawan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa saat kita berbagi kebaikan, itu membuat kita lebih bahagia. Sonja Lyubomirsky bersama rekan penelitinya telah menyusun sejumlah strategi yang dapat meningkatkan kebahagiaan. Salah satunya adalah berbagi kebaikan dengan sesama. Pursuing Happiness: The Architecture of Sustainable Change menjadi salah satu artikel yang Sonja Lyubomirsky susun dalam menjelaskan poin ini. Terdapat tiga faktor penentu kebahagiaan dalam diri manusia. Pertama, set point dalam genetika seseorang yang memang memiliki kecenderungan tertentu. Kedua, hal-hal yang secara tidak sengaja membawa kebahagiaan. Dan terakhir, kegiatan atau aktivitas menjadi salah satu penentu terciptanya sebuah kebahagiaan. 

2. Meluangkan waktu bersama teman
Berbincang bersama teman dapat membuat kita menjadi lebih bahagia, dan terkhusus untuk teman dekat, dapat memberikan pengaruh besar dalam menentukan kebahagiaan kita. Gillian M. Sandstrom dan Elizabeth W. Dunn, dari Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada mencoba melihat pengaruh teman dalam kebahagian kita. Dengan judul penelitian Social Interactions and Well-Being: The Surprising Power of Weak Ties, mereka berhasil membuktikan bagaimana peran seorang teman dalam kebahagian seseorang. Hasil penelitian itu memperlihatkan tingkat kebahagiaan seseorang akan berbeda bila berinteraksi dengan teman biasa dan teman dekat. Pengaruh teman dekat memiliki efek besar dalam membentuk kebahagiaan kita selama ini. 

3. Fokus pada masa sekarang (mindfulness)
Mindfulness menjadi salah satu program untuk melatih kita agar menjadi sadar pada status pikiran dan status emosional kita bahwa sebenarnya kita berada pada masa sekarang. Konsep ini bahkan telah dijadikan sebuah terapi khusus untuk menghilangkan kecemasan atau gangguan mood. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan meditasi. Selain meditasi, konsep ini bisa dijadikan sebuah terapi khusus untuk diri sendiri. Penelitian yang berjudul “Cultivating mindfulness: effects on well‐being” merupakan salah satu penelitian yang menjelaskan pentingnya berfokus pada masa sekarang. Peneliti melakukan pelatihan Mindfulness pada mahasiswa dan melihat bagaiaman proses perkembangan kebahagian yang dimiliki.

4. Membeli pengalaman
Penelitian membuktikan bahwa menghabiskan uang dengan sesuatu yang menyenangkan akan lebih baik dibanding membeli sebuah barang atau benda. Misalnya saja mengalokasikan dana untuk memanjat gunung, traveling, piknik, atau liburan bersama keluarga, dapat meningkatkan kebahagiaan kita. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang berjudul “Anticipatory Consumption of Experiential and Material Purchases” melalui penelitian ini, Amit Kumar bersama timnya memperlihatkan bahwa penggunaaan uang untuk hal yang bersifat mendapatkan pengalaman akan memberikan kebahagiaan yang berbeda dibanding membeli untuk memiliki benda atau barang tertentu.   

5. Berjalan kaki membuat kita lebih bahagia
Aktivitas fisik menjadi salah satu penentu dalam membangun sebuah kebahagiaan. Penelitian yang dilakukan di 15 negara untuk melihat hal tersebut membuktikan bahwa aktivitas fisik memberikan pengaruh. Berjalan kaki, misalnya. Dengan jadwal yang rutin, berjalan kaki mampu memberikan pengaruh pada perkembangan kebahagiaan kita. Semakin tinggi aktivitas fisik, akan diikuti oleh peningkatan level kebahagiaan. Penelitian itu dijelaskan “Don't worry, be happy: cross-sectional associations between physical activity and happiness in 15 European countries.”
 
6. Rutin melakukan refleksi diri
Sonja Lyubomirsky dalam penelitiannya “The costs and benefits of writing, talking, and thinking about life's triumphs and defeats” mengajak partisipan untuk menulis dan berbicara tentang pengalaman buruk dan baik yang mereka alami. Partisipan dibagi dalam dua kelompok, pengalaman baik dan buruk.  Selama beberapa waktu, mereka diminta menulis dan menceritakan pengalaman baik dan buruk. Hasilnya, melakukan refleksi pada pengalaman baik membawa mereka menjadi lebih bahagia. Hanya saja, kadang kala kita sulit untuk melakukan refleksi terhadap diri sendiri.
   
7. Cinta menjaga kebahagiaan
Masa penelitian itu menjadi salah satu hibah penelitian terpanjang Harvard, studi paling komperhensif  dalam sejarah, menurut The Atlantic, yang diterbitkan pada tahun 2009. Penelitian selama 75 tahun menemukan kebahagiaan ada pada mereka yang menjaga hubungan cinta  dengan baik.

Jadi, setelah membaca itu, apakah anda berpikir bahwa bahagia itu sederhana? Itu semua tergantung anda memaknai dan menjalaninya.  

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel