Jika Kau Bersedih, Warna Akan Berubah!
INDOPOSITIVE.org — Setiap orang memiliki
kemampuan melihat warna yang berbeda-beda. Penyebabnya adalah perbedaan jumlah
reseptor warna di dalam mata yang dimiliki tiap orang. Reseptor warna, atau
sering juga disebut sel kerucut merupakan sel penerima sinar di dalam retina yang
bertanggungjawab terhadap penglihatan mata. Saat lahir, kemampuan
penglihatan kita terkait warna masih terbatas hingga usia 3 sampai 4 bulan,
barulah kita mulai dapat membedakan berbagai macam warna yang kita
lihat.
Pada proses melihat, mata
dapat melihat suatu benda jika benda itu memantulkan atau meneruskan cahaya
yang mengenainya. Ketika cahaya menyinari objek, panjang gelombang yang di
pantulkan kurang lebih 570-580 nanometer. Misalnya saat melihat sebuah daun,
maka objek daun yang kita lihat akan menyerap sebagian dari spektrum cahaya
tampak kemudian sisanya dipantulkan. Panjang gelombang yang dipantulkan
atau diserap tergantung pada sifat atau warna dari objek. Untuk daun yang
masih segar, biasanya berwarna hijau. Dalam hal ini warna yang dipantulkan
berarti warna hijau. Gelombang cahaya yang dipantulkan daun tersebut diteruskan
ke mata dan mengenai retina yang peka cahaya. Di retina cahaya hijau
masuk ke dalam kerucut dan merangsang sel kerucut cone dan rod untuk
berbagai tingkatan. Sinyal yang dihasilkan merangsang saraf optik ke
korteks visual otak, yang memproses informasi dan kembali dengan warna: hijau.
Tiap-tiap warna yang
kita lihat memiliki potensi untuk memberikan efek yang positif maupun negatif.
Misalnya warna merah yang banyak mempengaruhi secara fisik seperti meningkatkan
semangat serta kecerian, warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan,
warna kuning menimbulkan perasaan ceria dan optimis, dan warna hijau yang membawa
kesan menyegarkan karena sering diasosiasikan dengan alam dan tumbuhan. Namun, selain
reseptor warna, tanpa kita sadari, keadaan psikologis juga dapat mempengaruhi
warna yang kita lihat dan mengakibatkan kesalahan dalam mempersepsi warna yang
sebenarnya.
Saat kita berada dalam
keadaan psikologis yang bahagia, kita mampu melihat dan mempersepsikan berbagai
macam warna yang ada dunia dengan baik dan tepat. Namun ketika bersedih,
kemampuan reseptor warna mengalami penurunan, yang mengakibatkan kita kadang
salah dalam melihat dan mempersepsikan warna yang sesungguhnya.
Dari berbagai macam warna
yang ada di dunia ini, warna biru adalah warna yang sering diidentikkan dengan
kesedihan. Kata ‘feeling
blue’ juga sering kita gunakan untuk menggambarkan kesedihan. Namun
kenyataannya, pada saat kita sedih, dominan warna yang kita lihat bukanlah
biru. Hal ini di dukung oleh penelitian Christhoper bersama tim dengan
penelitian yang berjudul “sadness
impairs color perception.”
Menurutnya,
kesedihan secara klinis, memberi pengaruh terhadap sensitivitas kontras.
Kesedihan dapat menurunkan gairah serta menghasilkan pupil kontraksi yang
membatasi jumlah cahaya yang masuk ke retina mata. Selain itu kesedihan juga
menurunkan dopamine yang merusak fungsi retina. Pada penelitian tersebut, Christoper bersama
timnya melakukan eksperimen kepada lebih dari 100 partisipan yang kemudian
diberikan tontonan film pendek yang dapat memunculkan perasaan sedih. Hasilnya,
seseorang yang mengalami kesedihan sering salah mempersepsikan warna terutama
pada warna biru-kuning dan tidak pada warna lainnya.
Mengapa demikian? Hal itu disebabkan karena kesedihan
mampu menurunkan gairah dan menghasilkan pupilkontraksi yang membatasi jumlah
cahaya yang masuk ke retina. Hal ini menjadi alasan yang kuat mengapa kita
tidak boleh larut dalam kesedihan karena akan merubah pandangan kita terhadap
banyak hal serta menyebabkan menurunnya gairah dan usaha yang dikeluarkan dalam
beraktivitas.