Berbagai Alasan Anak Untuk Bermain Video Game
INDOPOSITIVE.org — Apakah anda senang bermain video game?
Lalu, kenapa anda senang bermain video game? Jawaban dari dua pertanyaan
tersebut tentulah sangat subjektif. Selama ini ada begitu banyak pendapat
mengenai alasan seseorang bermain video game. Banyak faktor yang mempengaruhi
baik secara eksternal, seperti ketersediaan akses atau karena ikut-ikutan teman
maupun saudara, juga faktor internal yang disebut dengan motivasi khusus dari
dalam diri seseorang.
Pada tahun 2012, Christopher J. Fergusson
dan Cheryl K. Olson dari Universitas International Texas A & M, melakukan
penelitian untuk mengetahui alasan atau motivasi remaja bermain video game.
Menurut mereka,jika mengacu pada self-grounded
theory kecenderungan seseorang bermain video game adalah karena hal
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar secara psikologis seseorang yang
berkaitan dengan kompetensi, kemampuan diri dan sosialisasi. Berasarkan
persepsi ini, bermain video game bukanlah karena faktor dari game yang
dimainkan, melainkan dorongan internal dari dalam diri seseorang.
Penelitian tersebut dipublikasikan dalam
jurnal dengan judul Friends, fun,
frustration and fantasy: Child motivations for video game play. Sebanyak
1.254 partisipan anak yang duduk di bangku kelas tujuh dan delapan (peny.setara
dengan sekolah menengah pertama di Indonesia), terdiri dari 584 laki-laki 653
perempuan terlibat dalam penelitian ini. Selain untuk mengetahui alasan,
penelitian ini juga menjelaskan kecendurungan anak yang bermain video game
kekerasan, dan apa yang memotivasi anak
dengan gangguan psikologis untuk bermain video game.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ada beberapa hal yang mendorong seorang anak secara internal untuk
bermain video game. Alasan pertama adalah karena menyenangkan, partisipan
menunjukkan adanya kesenangan yang diperoleh karena permainan yang menantang
dari video game. Alasan kedua, sebagai
katarsis, beberapa anak menganggap bahwa bermain video game dapat membantu
mereka menyalurkan emosi marah dan meringankan frustasi atau menghindari
masalah dari “dunia nyata”. Faktor ketiga adalah sosial, bermain video game
membantu mereka untuk lebih bersosialisasi, baik kepada saudara, orangtua,
kerabat maupun orang yang baru dikenal. Hal terakhir adalah, kebosanan, bermain
video game dapat membunuh rasa bosan atau menjadi hal yang dapat mereka lakukan
ketika sedang tidak mngerjakan apa pun.
Penelitian ini juga menganalisis bahwa
laki-laki memiliki kecenderungan bermain video game kekerasan untuk kesenangan
atau tantangan, dan percaya bahwa permainan seperti itu merupakan katarsis
untuk menekan stress. Hasil yang lain juga menunjukkan bahwa anak yang secara
klinis dikategorikan depresi dan memiliki symptom ADHD, tidak bermain game
lebih sering dari yang seharusnya, dan terindikasi
sebagai pemain yang menggunakan video game sebagai motivasi katarsis.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana anak-anak yang ada di sekitar anda? Apa motif
mereka bermain game? Semoga anda dapat menemukan jawabannya.