4 Langkah Menjadi Pribadi Pemaaf
INDOPOSITIVE.org - Ryan
Howes, Ph.D salah seorang ahli Psikologi Klinis lulusan Fuller School of
Psychology, Amerika Serikat menjelaskan beberapa cara untuk menjadi pribadi
pemaaf. Berikut upaya yang
dapat kita lakukan untuk menjadi pribadi pemaaf:
![]() |
ilustrasi |
1. Ekspresikan emosi
Apapun kejahatan atau ketidakadilan atau
pelanggaran yang kita dapatkan, sebaiknya kita mengekspresikan perasaan kita.
Jika ketidakadilan atau kejahatan yang kita terima memunculkan kemarahan, kesedihan,
atau kebencian, perasaan itu sebaiknya dirasakan secara mendalam kemudian diekspresikan.
Kita bisa mengekspresikan perasaan kita dengan melakukan hal apa saja,
misalnya; mencoret kertas, berteriak di ruang kosong, agar kelegaan dapat kita
rasakan setelahnya.
2. Memahami “mengapa”
Otak kita akan terus mencari penjelasan-penjelasan
hingga ia merasa puas. Sering kali kita tidak setuju dengan alasan-alasan yang
ada, tapi kita perlu beberapa skema untuk menjelaskan mengapa tindakan itu
terjadi. Dalam beberapa situasi, penerimaan alasan dipandang cukup sebagai
pemaafan.
3. Membangun kembali
rasa aman
Kita
sebagai orang yang akan memberikan maaf perlu merasa yakin atas jaminan bahwa
tindakan yang orang lain lakukan terhadap kita tidak akan terulang lagi, baik
itu datang dalam bentuk permintaan maaf yang tulus dari pelaku, pertahanan kuat
terhadap serangan yang mungkin akan terjadi kedepannya atau penghindaran dari
pengaruh pelaku. Rasa aman harus kembali dibangun agar seseorang dapat
memberikan maaf.
4. Lepaskan
Melepaskan
adalah membuat janji untuk tidak menyimpan dendam. Melepaskan juga berarti
membuat janji kepada diri sendiri bahwa kita akan berhenti memutar atau
merenungkan ketidakadilan, kejahatan atau perlakuan yang telah menimbulkan
perasaan-perasaan negatif.
Meminjam pesan Nelson Mandela bahwa sewaktu kejahatan
terjadi, hanya satu tanggapan yang dapat mengalahkannya. Pembalasan dendam
hanya akan melanggengkan kejahatan itu. Keadilan hanya akan menghukumnya.
Kejahatan hanya akan dikalahkan oleh kebaikan bila pihak yang disakiti bersedia
menyerapnya, memaafkannya, dan menolak untuk membiarkannya menyebar lebih jauh.
Semoga kita menjadi pribadi yang pemaaf.
Penulis: Resqy Amalia
Editor: Wawan Kurniawan