Cara untuk open minded atau berpikiran terbuka dan mengapa itu penting




Keterbukaan pikiran melibatkan penerimaan terhadap berbagai macam ide, argumen, dan informasi. Berpikiran terbuka umumnya dianggap sebagai kualitas positif. Hal ini diperlukan untuk berpikir kritis dan rasional. 

Keterbukaan pikiran juga dapat melibatkan mengajukan pertanyaan dan secara aktif mencari informasi yang menantang keyakinan Anda. Ini juga mencakup keyakinan bahwa orang lain harus bebas mengekspresikan keyakinan dan argumen mereka, bahkan jika Anda belum tentu setuju dengan pandangan tersebut.

Ini tidak berarti bahwa berpikiran terbuka itu mudah. Terbuka terhadap ide dan pengalaman baru terkadang dapat menyebabkan kebingungan dan disonansi kognitif saat kita mempelajari hal baru yang bertentangan dengan keyakinan yang ada. Mampu mengubah dan merevisi keyakinan yang sudah ketinggalan zaman atau salah adalah bagian penting dari pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.

Berpikiran terbuka vs berpikiran tertutup

Kebalikan dari berpikiran terbuka adalah berpikiran tertutup atau dogmatis. Orang yang lebih berpikiran tertutup biasanya tidak menerima ide lain. Mereka hanya mau mempertimbangkan sudut pandang mereka sendiri.

Bahkan jika Anda menganggap diri Anda orang yang berpikiran terbuka, mungkin ada topik tertentu yang membuat Anda mengambil sikap yang lebih keras: pengalaman yang Anda sukai atau masalah sosial, misalnya.

Memiliki keyakinan memang bagus, tetapi keyakinan yang kuat harusnya tidak meniadakan pikiran terbuka. Berpikiran terbuka berarti memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan perspektif lain dan berusaha untuk berempati kepada orang lain, bahkan ketika Anda tidak setuju dengan mereka.

Tentu saja, keterbukaan pikiran ada batasnya. Itu tidak berarti bahwa Anda harus bersimpati dengan setiap ideologi. Tetapi berusaha untuk memahami faktor-faktor yang mungkin telah menghasilkan ide-ide tersebut dapat membantu dalam menemukan cara untuk membujuk orang agar berubah pikiran.

Ciri-Ciri Orang Berpikiran Terbuka

Secara umum, orang yang berpikiran terbuka cenderung:

  • Penasaran untuk mendengar apa yang dipikirkan orang lain
  • Mampu menantang ide-ide mereka
  • Tidak merasa marah ketika mereka salah
  • Memiliki empati terhadap orang lain
  • Pertimbangkan apa yang dipikirkan orang lain
  • Bersikaplah rendah hati tentang pengetahuan dan keahlian mereka sendiri
  • Ingin mendengar apa yang orang lain katakan
  • Percaya bahwa orang lain memiliki hak untuk membagikan keyakinan dan pemikiran mereka
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterbukaan Pikiran

Beberapa faktor yang menentukan seberapa terbuka Anda mungkin merupakan karakteristik bawaan. Orang lain dapat dikembangkan untuk membantu mengembangkan pola pikir yang lebih terbuka.

Kepribadian

Dalam model lima faktor kepribadian manusia, keterbukaan terhadap pengalaman adalah salah satu dari lima dimensi luas yang membentuk kepribadian manusia. Ciri kepribadian ini memiliki banyak kualitas yang sama dengan keterbukaan pikiran, seperti bersedia mempertimbangkan pengalaman dan ide baru dan terlibat dalam self-examination.

Keahlian

Penelitian menunjukkan bahwa orang mengharapkan para ahli untuk menjadi lebih dogmatis tentang bidang keahlian mereka. Ketika orang merasa bahwa mereka lebih berpengetahuan atau terampil dalam suatu bidang daripada orang lain, mereka cenderung tidak berpikiran terbuka.

Para peneliti telah menemukan bahwa memberikan umpan balik positif palsu atau negatif palsu kepada peserta tentang kinerja mereka pada suatu tugas memengaruhi seberapa tertutupnya mereka dalam mempertimbangkan opini politik alternatif.

Kenyamanan Dengan Ambiguitas

Orang memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda-beda ketika berhadapan dengan ketidakpastian. Terlalu banyak ambiguitas membuat orang merasa tidak nyaman dan bahkan tertekan.

Dogmatisme terkadang merupakan upaya untuk membuat hal-hal lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Dengan menolak ide-ide alternatif yang mungkin menantang status quo, orang dapat meminimalkan ketidakpastian dan risiko—atau setidaknya persepsi mereka tentang risiko.

Penelitian yang lebih tua memang mendukung gagasan ini, menunjukkan bahwa orang yang berpikiran tertutup kurang mampu mentolerir ketidakkonsistenan kognitif. Penelitian yang lebih baru menantang ide-ide ini, bagaimanapun, dan menunjukkan bahwa kebutuhan akan struktur tidak selalu berarti bahwa orang berpikiran tertutup.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel