Ulasan Film Pendek Tris - Tentang Gaslighting
Apa
jadinya jika kamu berada di lingkungan yang manipulatif? Mereka berbuat atau
melakukan hal-hal yang menyudutkan dirimu namun kau tidak menyadari sama
sekali. Barangkali juga, kau menyadari akan tetapi sulit untuk lepas dari
situasi yang telah berlangsung cukup lama.
Situasi
inilah yang kemudian ditampilkan dalam sebuah film pendek yang disutradarai Djenar
Maesa Ayu, berjudul Tris. Durasi film pendek ini 13 menit dan menceritakan
tokoh utama bernama Tris.
Apa
yang dialami tokoh utama dalam film pendek ini mungkin pernah kita temukan,
entah terjadi pada diri sendiri atau orang di sekitar kita. Premis dalam film
pendek ini menggambarkan tentang korban dari perilaku Gaslighting.
Secara
mendasar perilaku gaslighting berupa upaya manipulatif yang dilakukan hingga
menyudutkan korban. Istilah gaslighting pada mulanya berasal dari film yang
berjudul Gaslight di tahun 1940-an. Film ini menceritakan suami licik yang
memanipulasi istrinya hingga membuat istrinya tertekan secara psikologis. Namun
apa yang sebenarnya terjadi pada gaslighting?
Gaslighting merupakan salah satu bentuk penyiksaan secara psikologi yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana penyiksa melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang, posisi, atau kewarasan yang ada pada korban.
Pada akhirnya, gaslighting dapat menjadi sebuah
bentuk pelecehan emosional. Penggunaan kalimat-kalimat gaslighting juga bisa
membuat hubungan menjadi tidak baik atau mengarah pada hubungan yang toxic.
Dalam
film pendek ini, Tristan sebagai tokoh utama mengalami berbagai masalah dalam
hidupnya. Ditambah, hadirnya saudara laki-lakinya yang memiliki kepribadian
narsistik dan membuat Tris menjadi semakin tertekan. Di dalam film ini, kita
akan merasakan beban yang dialami Tris menghadapi keluarga dan tuntutan sosial
yang ada.
Robin Stern, PhD, penulis buku The Gaslight
Effect: How to Spot and Survive the Hidden Manipulation Others Use to Control
Your Live menjelaskan bahwa korban dari gaslighting bisa berupa
perasaan selalu merasa salah, putus asa, mempertanyakan diri sendiri, sulit
membuat keputusan, mudah cemas, takut, hingga terisolasi. Dalam film pendek
Tris, tokoh utama telah memperlihatkan hal-hal buruk yang dijelaskan Robin
Stern.
Adegan di mana Tris diserang oleh kakaknya – dalam
artian mendapat perlakuan gaslighting berulang kali ditampilkan. Diperparah
dengan ibu dari Tris yang tidak memahami kondisi Tris hingga membuat perilaku
kakak Tris semakin terasa. Kakak Tris juga cenderung memperlihatkan perilaku
narsistik yang membuat Tris selalu tertekan dan merasa salah. Kalimat “Kamu
yang tidak kerja, jadi kamu yang jemput mama!” beberapa kali terdengar bahkan
Tris sempat dipanggil menerima wawancara kerja, namun masih dituntut untuk
menjemput ibunya. Tris yang sulit membuat keputusan dan tertekan, tidak bisa
menolak hingga terus memikirkan masalah itu secara berlarut-larut.
Untuk yang pernah menjadi korban atau tengah
mengalami hal serupa, layaknya Tris, sudah sepantasnya kita datang ke tenaga
profesional. Psikolog dapat membantu dan menyelamatkan kondisi mental kita,
dibanding menyimpan sendiri beban itu, kita tidak bisa tahu pasti seberat dan
sejauh apa kita mampu melaluinya, ada masanya kita butuh dukungan langsung dari
orang yang tepat.
Meski terbilang singkat, film pendek ini berusaha untuk menggambarkan bagaimana beban seorang korban gaslighting. Terlebih saat adegan Tris harus rutin berkunjung ke psikolog, bercerita hingga menjelaskan beratnya kehidupan yang dia jalani.
Namun lebih dari itu, film
pendek ini sebenarnya mengajak kita untuk melihat situasi kondisi mental kita
dan orang di sekitar kita. Perilaku gaslighting juga kerap tidak disadari,
sehingga film ini bisa jadi bagian refleksi untuk melihat apakah kita pernah
melakukan atau menjadi bagian dari perilaku buruk ini.