Pengertian Theory of Planned Behavior (TPB)
Teori ini menjelaskan bahwa
tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan, yaitu (a) kepercayaan
perilaku (behavioral beliefs), yaitu kepercayaan tentang kemungkinan terjadinya
perilaku, (b) kepercayaan normatif (normative beliefs), yaitu kepercayaan
tentang ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui
ekspektasi tersebut, (c) kepercayaan kontrol (control beliefs), yaitu
kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau
merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktor-faktor
tersebut.
Secara keseluruhan,
kepercayaankepercayaan perilaku membentuk suatu sikap menyukai atau tidak
menyukai terhadap perilaku, kepercayaan normatif menghasilkan tekanan sosial
atau norma subyektif, dan kepercayaan kontrol akan memberikan kontrol perilaku
persepsian. Bersama-sama, sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol
perilaku persepsian, akan menimbulkan niat perilaku (behavioral intention) dan
selanjutnya terbentuk perilaku (behavior).
Teori ini memiliki fondasi terhadap perspektif kepercayaan yang mampu mempengaruhi seseorang untuk melaksanakan tingkah laku yang spesifik. Perspektif kepercayaan dilaksanakan melalui penggabungan beraneka ragam karakteristik, kualitas dan atribut atas informasi tertentu yang kemudian membentuk kehendak dalam bertingkah laku.
Intensi
(niat) merupakan keputusan dalam berperilaku melalui cara yang dikehendaki atau
stimulus untuk melaksanakan perbuatan, baik secara sadar maupun tidak. Intensi
inilah yang merupakan awal terbentuknya perilaku seseorang. Teori of planned
behavior cocok digunakan untuk mendeskripsikan perilaku apapun yang memerlukan
perencanaan.
Planned behavior theory adalah
peningkatan dari reasoned action theory. Reasoned action theory memiliki
bukti-bukti ilmiah bahwa niat untuk melaksanakan perbuatan tertentu diakibatkan
oleh dua alasan, yaitu norma subjektif dan sikap terhadap perilaku. Beberapa
tahun kemudian, Ajzen (1988) menambahkan satu faktor yaitu kontrol perilaku
persepsian individu atau perceived behavioral control. Keberadaan faktor
tersebut mengubah reasoned action theory menjadi Planned behavior theory.
Planned behavior theory
menjelaskan bahwa sikap terhadap perilaku merupakan pokok penting yang sanggup
memperkirakan suatu perbuatan, meskipun demikian perlu dipertimbangkan sikap
seseorang dalam menguji norma subjektif serta mengukur kontrol perilaku
persepsian orang tersebut. Bila ada sikap yang positif, dukungan dari orang
sekitar serta adanya persepsi kemudahan karena tidak ada hambatan untuk
berperilaku maka niat seseorang untuk berperilaku akan semakin tinggi.
Sikap terhadap Perilaku
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari efeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluative dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak. Sikap menurut Ajzen (2002) merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang memengaruhi pilihan tindakan individu terhadap objek, orang atau kejadian tertentu.
Sikap merupakan kecenderungan kognitif, afektif, dan tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap objek, situasi, institusi, konsep atau seseorang. Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan behavioral beliefs (keyakinan terhadap perilaku).
Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan perilaku dengan
hasil tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang
terjadi saat melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, seseorang yang yakin
bahwa sebuah tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu
tersebut akan memiliki sikap yang positif, begitu juga sebaliknya.
Sikap terhadap perilaku merupakan kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang disenangi ataupun yang tidak disenangi pada suatu objek, orang, institusi atau peristiwa (Ajzen, 1991). Sikap terhadap perilaku dianggap sebagai variabel pertama yang mempengaruhi niat berperilaku. Ketika seorang individu menghargai positif suatu perbuatan, maka ia memiliki kehendak untuk melakukan perbuatan tertentu.
Pandangan tentang
suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan (behavioral beliefs) sebagai akibat
dari tingkah laku yang dilakukan. Keyakinan individu meliputi beliefs strength
dan outcome evaluation. Pandangan atas perilaku diyakini mempunyai dampak
langsung terhadap kehendak untuk berperilaku yang kemudian diafiliasikan dengan
kontrol perilaku persepsian dan norma subjektif (Ajzen, 1991).
Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan pengakuan desakan sosial dalam memperlihatkan suatu prilaku khusus. Norma subjektif adalah manfaat yang memiliki dasar terhadap kepercayaan (belief) yang memiliki istilah normative belief (Ajzen, 2005). Normative belief adalah kepercayaan terhadap kesepahaman ataupun ketidaksepahaman seseorang ataupun kelompok yang mempengaruhi individu pada suatu perilaku. Pengaruh sosial yang penting dari beberapa perilaku berakar dari keluarga, pasangan hidup, kerabat, rekan dalam bekerja dan acuan lainnya yang berkaitan dengan suatu perilaku (Ajzen, 2006).
Fishbein dan Ajzen (1975) mengatakan bahwa kekuatan sosial
menjadi bagian dari norma subjektif. Kekuatan sosial yang disebutkan sebelumnya
terdiri dari reward atau punishment yang disampaikan oleh invidu terhadap
individu lainnya, rasa senang individu terhadap individu tersebut, seberapa
besar dianggap sebagai seseorang yang berpengalaman serta keinginan dari
individu tersebut. Secara normal, menurut Ajzen (2005) cenderungnya suatu
individu memiliki pemahaman bahwa individu tersebut menyarankan untuk
melaksanakan suatu perilaku maka tekanan sosial yang dirasakan akan semakin
besar, sebaliknya apabila memberikan sugesti untuk tidak melaksanakan suatu
perilaku maka tekanan sosial yang dirasakan cenderung berkurang.
Kontrol Perilaku Persepsian (perceived
behavioral control)
Kontrol perilaku persepsian adalah ukuran kepercayaan seseorang mengenai seberapa sederhana atau kompleksnya melaksanakan suatu perbuatan. Kontrol perilaku dapat juga diartikan sebagai pemahaman mengenai sederhana atau kompleksnya dalam melakukan perbuatan atas dasar pada pengalaman terdahulu dan kendala yang dapat dicari solusinya dalam melakukan suatu perbuatan.
Seseorang yang mempunyai sikap dan norma subjektif yang mendukung dalam melakukan perbuatan tertentu akan sangat bergantung pada dukungan kontrol perilaku persepsian yang ia miliki. Keberadaan faktor pendukung memberikan peran penting dalam hal pengendalian atas kontrol perilaku. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit faktor pendukung yang dirasakan oleh suatu individu maka individu tersebut akan kesulitan untuk memahami perilaku yang dilakukan.
Seorang yang memiliki sikap yang positif,
dukungan dari orang-orang disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan
suatu perilaku, maka orang itu akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan
ketika memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang sekitar namun banyak
hambatan yang ada untuk melakukan perilaku tersebut.
Referensi:
Ajzen, I. 1991. The theory of
planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50 (2):
179 211
Ajzen, I. 2002. Perceived
behavioral control, self-efficacy, locus of control, and theory of planned
behavior. Journal of Apllied Social Psychology 32 (4): 665- 683.
Ajzen, I. 2005. Attitudes,
personality, and behavior (2nd Edition). England: Open University Press/McGraw-
Hill.
Fishbein, M., dan I. Ajzen, I.
1975. Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to theory and
research. MA: Addison-Wesley