Memahami Teori Belajar Dollard & Miller Serta Teori Albert Bandura

 


Proses belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan terus berkembang. Belajar sekiranya memperlihatkan perubahan yang relatif tetap dalam perilaku, hal tersebut terjadi akibat latihan dan sejumlah pengalaman. Dalam perkembangan teori Behaviorisme, Dollard dan Miller turut memberi kontribusi dalam teori belajar.

John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu teori belajar, psikoanalitik dan antropologi sosial. Teori Dollard dan Miller banyak dipengaruhi oleh teori Hull-Spencer yang terutama menangani peran motivasi dalam tingkah laku dan bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh.

Temuan Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya dan mendapatkannya. Berdasarkan teori yang dijelaskan Dollard dan Miller, proses belajar sangat bergantung pada hal eksternal seseorang. Empat komponen utama belajar tersebut, yaitu drive, cue, response dan reinforcement.

Berbeda dengan temuan Dollard dan Miller, teori belajar sosial dari Albert Bandura mencoba mengembangkan teori belajar yang ada sebelumnya. Teori belajar sosial ini adalah perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran perilaku (behaviorisme). Berbeda dengan penganut Behaviorisme, teori Bandura menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Teori yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh hubungan reinforcement dan observational learning, dan cara berpikir yang kita miliki terhadap sesuatu hal dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi sekitar dan menghasilkan reinforcement dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).

Pada teori belajar tersebut, kita dapat melihat proses perkembangan yang terus terjadi dan saling memberi pengaruh satu sama lain.

Teori Dollard dan Miller

Berangkat dari eksperimen tikus yang diberikan bunyi bel. Tikus tersebut harus melompat dan menyentuh tuas dan bunyi akan berhenti. Selanjutnya, di tuas tersebut dipasangi kejut listrik sehingga tikus harus melompat dan menghindari situasi yang tidak diinginkan. Melalui eksperimen tersebut, Dollard dan Miller membuat kesimpulan bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang kita pelajari, didapatkan dari proses belajar rasa takut dan kecemasan.

Proses belajar bagi Dollard dan Miller harus disertai dengan keinginanan, kemudian dipahami, dikerjakan hingga berhasil didapatkan (want something, notice something, do something, get something). Empat hal ini yang kemudian menjad empat komponen utama belajar, yaitu drive, cue, response, dan reinforcement.

a. Drive

Drive adalah stimulus (dari dalam diri seseorang) yang mendorong terjadinya  kegiatan. Kekuatan drive tergantung pada stimulus yang memunculkannya. Dengan kata lain, semakin kuat drivenya maka, semakin keras usaha tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan drive primer. Sesudah drive sekunder dimiliki, maka drive ini akan memotivasi untuk mempelajari respon baru sebagai fungsi dari drive primer. Kekuatan  drive sekunder ini tergantung pada kekuatan drive primer dan jumlah reinforcement yang diperoleh.

b. Cue

Cue  adalah  stimulus  yang  memberi  petunjuk  perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya, isyarat yang ada dalam proses belajar. Jenis dari kekuatan cue bervariasi dan  variasi  ini  yang  menentukan  bagaimana reaksinya.

c. Response

Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard  dan Miller  sebelum suatu  respon  dikaitkan  dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu.Dalam situasi  tertentu,  suatu  stimulus menimbulkan   respon-respon yang berurutan disebut dengan initial hierarchy of response.

d. Reinforcement atau Reward

Reinforcement menurut Dollard dan Miller sebagai drive pereda dorongan (drive  reduction).   Reduksi   drive  menjadi  syarat mutlak dari reinforcement.


Teori Belajar Sosial, Albert Bandura


Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Bobo doll experiment bertujuan mengamati perilaku imiatasi atau meniru pada anak-anak terhadap perilaku agresif. Bobo doll adalah nama sebuah boneka yang apabila dipukul akan berdiri lagi karena pada titik gravitasinya diberi cairan. Penelitian tersebut menemukan bahwa anak yang terpapar atau diperlihatkan perilaku agresif dari model, memberikan respon tindakan yang agresif pula (seperti yang model lakukan). Subjek yang diperlihatkan perilaku agresif akan bertindak lebih agresif dibandingkan dengan subjek yang tidak diperlihatkan. Tindakan agresif yang ditiru oleh subjek yakni fisik dan juga verbal. Proses pembelajaran yang penting dari Bandura yaitu:

1.Pembelajaran Observasional ( observational learning

Adalah pembelajaran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan cara mengamati orang lain. Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain :

a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat.

b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model.

c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.

d. Motivasional, tahapan selanjutnya adalah seseorang mesti memiliki motivasi untuk belajar dari model.

 

2. Pembelajaran dengan Pengaturan Diri ( self-regulatory learning )

 Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap ketergantungan mereka akan hal-hal yang nanti terjadi, dan mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai kapasitas yang baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka. Bagian ini terdiri atas pembangkitan diri dan pemantauan diri atas pikiran, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mencapai suatu sasaran.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel