Remaja dan 3 Alasan untuk Mengakses Situs Porno

remaja dan 3 alasan untuk mengakses situs porno


Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010  mengungkapkan bahwa 97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja Indonesia telah melakukan aborsi. Melihat data yang dipaparkan di atas, apa yang akan ditimbulkan dari sejumlah perilaku tersebut? 

Paparan pornografi dapat memberikan efek pada aspek afektif dan perilaku pengaksesnya. Efek paparan tersebut terdiri atas beberapa tahap, yaitu adiksi, ekskalasi, desentisasi, dan act out. Remaja dapat ketagihan jika mengonsumsi materi pornografi terus menerus, bahkan sampai muncul keinginan untuk membawa materi yang dilihatnya ke kehidupan nyata. Maraknya kasus pemerkosaan oleh remaja merupakan salah satu dampak negatif akan paparan pornografi. 

Topik remaja dan pornografi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis dan emosional remaja, juga berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. 

Dalam jurnal penelitian yang berjudul, Sexuality on the Internet: From Sexual Exploration to Pathological Expression mendefinisikan kecanduan situs porno sebagai ukuran dari jumlah kegiatan dalam mengunjungi atau lamanya mengakses situs porno karena adanya suatu keinginan kuat secara berkali-kali untuk mengetahui serta mencari hiburan dalam jaringan internet yang menyediakan dan menyajikan gambar-gambar yang memuat adegan erotik baik yang pasif maupun bergerak dan bersifat porno. 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku mengakses situs porno, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor situasional dan faktor kepribadian. Faktor situasional merujuk kepada riwayat kesehatan dan kehidupan seksual, sedangkan faktor kepribadian diawali dari rasa penasaran, yang kemudian menjadi tempat pelarian atas masalah-masalah yang dialami. 

Faktor eksternal terdiri dari faktor interaksional dan lingkungan. Faktor interaksional berasal dari aspek interaktif aplikasi internet, sedangkan faktor lingkungan berasal dari pendidikan seks dan lingkungan pergaulan sekitar individu. 

Alvin Cooper, merupakan peneliti yang fokus pada seks online, dalam jurnal penelitiannya Online Sexual Activity: An Examination of Potentially Problematic Behaviors, menjelaskan beberapa karakter orang-orang yang mengakses situs porno, yaitu recreational user, sexual compulsive users, dan at-risk users. 

Recreational user merupakan tipe pengguna yang hanya mengggunakan situs porno sebagai media untuk menambah pengetahuan belaka. 

Sexual compulsive users merupakan tipe pengguna yang menggunakan situs porno pada suatu hal yang kurang pantas, tidak ada yang mengetahui aktivitas pengguna tipe ini dalam menjelajah situs porno dalam kehidupan normal. Ada pula pengguna yang berfantasi tentang seks yang terbawa dalam kehidupan nyata meskipun tidak membuka situs porno. 

At-risk Users merupakan tipe pengguna yang berada dalam tahap yang ekstrem pada masalah seksual secara berlanjut, karena terjadi pemindahan adegan seksual pada dunia nyata yang dilakukan tanpa melihat situs porno.

Mengingat pentingnya peran remaja, internet dan situs porno dapat menjadi penghambat atas lahir serta berkembangnya potensi yang dimiliki. Melihat kejadian yang marak terjadi, pendidikan seks menjadi penting untuk dipelajari. Remaja butuh memahami kondisi dan tantangan yang akan dihadapi kedepannya. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel