Kesehatan Mental: Pengertian, Faktor yang Mempengaruhi dan Paradigma

Pengertian Kesehatan Mental Adalah...
Kesehatan Mental adalah isu yang kini berkembang dan terus dipelajari terus menerus. Setiap tanggal 10 Oktober, kita memperingatinya sebagi Hari Kesehatan Mental Sedunia. Tema Hari Kesehatan Jiwa tahun ini adalah Mental Health Promotion and Suicide Prevention atau Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri, sebagaimana dikutip dari laman resmi Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH).
Kesehatan Mental menurut WHO (World Health Organization), adalah kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang
wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
berperan serta di komunitasnya.
Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan Merriam
Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
saat ketika seseorang mampu memanfaatkan kemampuan kognitif dan emosi,
berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.
Dalam buku Zakiah Daradjat, yang berjudul Kesehatan Mental, telah dirangkum beberapa pengertian sebagai berikut:
- Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa.
- Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
- Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
- Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsifungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif,
seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif,
karakter yang kuat serta sifat-sifat baik atau penuh kebajikan (virtues)
(Lowenthal, 2006).
Faktor-Faktor Kesehatan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental itu
secara garis besar ada dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal ini antara lain meliputi: kepribadian, kondisi
fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,
keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan
hidup, dan keseimbangan dalam berpikir. Ada pun yang termasuk
faktor eksternal antara lain: keadaan sosial, ekonomi, politik, adat
kebiasaan dan sebagainya. Namun, yang paling dominan
adalah faktor internal. Dijelaskan bahwa ketenangan
hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tidak banyak
tergantung pada faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial,
ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih
tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor tersebut.
Paradigma Kesehatan Mental
PENDEKATAN BIOLOGIS. Dengan mempelajari fungsi otak, kelenjar
endokrin, dan fungsi sensoris, pendekatan tersebut meyakini bahwa
kesehatan mental individu sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan kondisi saat ibu hamil, serta faktor eksternal terkait: gizi,
radiasi, usia, komplikasi penyakit.
PENDEKATAN PSIKOLOGIS. Pendekatan tersebut meyakini bahwa
faktor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang,
dimana dalam pendekatan psikologis memiliki tiga pandangan besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
A. Psikoanalisa
Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal
kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang.
Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis
seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam
tahap-tahap perkembangan individu, juga merupakan faktor
penentu kesehatan mental individu.
B. Behavioristik
Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses
belajar sosial akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
Kesalahan individu dalam proses pembelajaran dan belajar
sosial akan mengakibatkan gangguan mental.
C. Humanistik
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang
dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan
memahami potensi dirinya dan berkembang untuk mencapai
aktualisasi diri.
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL. Memiliki beberapa pendekatan,
yaitu: stratifikasi sosial yang membahas faktor sosial-ekonomi
dan seleksi sosial; interaksi sosial yang membahas fungsi dalam
suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya
interaksi sosial : isolasi, kesepian); Teori keluarga yang
mempelajari pengaruh pola asuh, interaksi antar anggota keluarga,
dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu:
PERUBAHAN SOSIAL, yang mengkaitkan perubahan jangka panjang,
migrasi dan industrialisasi, serta kondisi krisis dengan kondisi
mental individu;
SOSIAL-BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya
pada kondisi mental seseorang;
STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi
sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal,
kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.
PENDEKATAN LINGKUNGAN. Pendekatan ini memiliki dua dimensi:
Dimensi lingkungan fisik, yang terkait dengan: ruang, waktu,
dan sarana (gizi) yang menyertai.
Dimensi lingkungan kimiawi dan biologis, yang terkait dengan:
polusi, radiasi, virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.
Kesehatan Mental di Indonesia
Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional (Depkes, 2007).
Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara penanganan yang tidak tepat bagi para
penderita gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai makhluk aneh yang dapat
mengancam keselamatan seseorang untuk itu penderita layak diasingkan oleh masyarakat. Hal ini
sangat mengecawakan karena dapat mengurangi kemungkinan untuk seorang penderita pulih. Untuk
itu pemberian informasi, mengedukasi masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan mental agar
stigma yang ada di masyarakat dapat dihilangkan dan penderita mendapatkan penanganan yang tepat.
Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada
keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat. Akan tetapi, dalam
praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak sedikit praktisi di bidang
kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya pada gangguan
mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan kesehatan
mental itu sendiri.
Referensi
Daradjat, Z. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Toko Gunung
Agung.
Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.
Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan mental masyarakat Indonesia (pengetahuan, dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan mental). Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2(2).
Lowenthal, Kate (2006) Religion, Culture, and Mental Health. New York:
Cambridge University Press.