4 Perbedaan Mendasar Antara Stres dan Depresi

Kerap kali kita salah memaknai dua
istilah tersebut dan menganggapnya serupa, tapi sebenarnya terdapat perbedaan
antara stres dan depresi.
Pertama, Pengertian Dasar
Istilah stres tidak dapat dipisahkan
dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait.
Stres merupakan reaksi fisik terhadap
permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh sampai
terganggu dinamakan distress.
Sedangkan depresi merupakan reaksi
kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya.
Kedua, Waktu Sembuh
Dalam banyak hal manusia akan cukup
cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia
mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi
kembali bilamana perlu digunakan.
Distress menjadikan seseorang
kesulitan untuk beraktifitas. Hal itu juga membuat kita kerap merasakan
kewalahan dan kelelahan, serta cenderung memiliki mood serta emosi negatif.
Sedangkan depresi sering membuat seseorang
melakukan penghindaraan atas pekerjaan dan lingkungan sosial, cenderung
mengurung diri dan mengalami kesedihan mendalam.
Ketiga, Bentuk Perawatan
Mereka yang mengidap depresi, membutuhkan bantuan perawatan
dari ahli. Bantuan tersebut berupa obat-obatan atau terapi.
Jika teman-teman melihat orang sekitar, entah itu teman atau
keluarga yang memperlihatkan tanda-tanda gejala depresi seperti menarik diri
dari lingkungan sosial, mengabaikan hal-hal yang biasanya disukai, dan selalu
putus asa, jangan hakimi mereka.
Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mendengar dan
berusaha untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya. Meski memiliki ciri yang
hampir serupa, depresi dan stres memiliki level 'masalah' dan durasi yang
berbeda.
Sedangkan stres dapat diatasi dengan mengalihkannya dengan
mencari hiburan, piknik, tertawa bersama orang terdekat, bersosialisasi,
olahraga, atau melakukan hal-hal yang teman-teman senangi.
Ingat, depresi memiliki persoalan yang lebih berat dari
stres.
Keempat, Respon Tubuh
Saat terserang stres, tubuh kita
sebenarnya berusaha memberi respon terhadap serangan atau ancaman. Sebagai
mekanisme perlindungan diri, berbagai hormon dan zat kimia seperti adrenalin,
kortisol, dan norepinefrin di produksi oleh tubuh. Hal ini membuat kita merasa
memiliki dorongan energi dan peningkatan konsentrasi supaya anda bisa merespon
sumber tekanan secara lebih baik.
Tubuh juga akan secara otomatis
menghentikan fungsi-fungsi tubuh yang tak diperlukan, misalnya pencernaan.
Namun, apabila stres menyerang di saat yang tak semestinya, darah akan mengalir
ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik seperti kaki
dan tangan sehingga fungsi otak menurun. Inilah yang membuat kita tak mampu
atau kadang sulit untuk berpikir jernih di kala stres menyerang.
Sedangkan depresi, merupakan penyakit
mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan,
pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya.
Terakhir, jika teman-teman merasa stress dan
telah melakukan usaha untuk menghentikannya, namun tidak berhasil, cobalah
konsultasi dengan pihak terkait. Mungkin saja, stres itu telah berubah menjadi
depresi. Perasaan tertekan terus menerus akan membawa kita pada kondisi yang
buruk, depresi akan mudah menyerang. Stres dengan mudah berlalu bila beban
berhasil berkurang.
Depresi sendiri butuh penanganan
khusus, tak dapat disembuhkan dengan cara mengatasi stres. Depresi membuat
kondisi otak berubah dan membuat kita kehilangan minat dalam banyak hal.
Sehingga butuh ahli dalam penanganannya, seperti terapis, psikiater hingga
psikolog profesional.