Bagaimana Kita Menghadapi Berbagai Pilihan dalam Hidup?
Pernahkah teman-teman
merasa kesulitan memilih saat datang ke toko baju? Ada berbagai warna atau
motif baju yang menarik dan ada keinginan untuk membeli semua padahal uang
terbatas. Atau bahkan jika uang melimpah, membeli semuanya mungkin, tapi akan
jadi pemborosan dan berujung penyesalan. Kondisi lain mislanya, saat ingin
memesan makanan dan melihat pilihan menu yang beragam menggoda selera. Semua
menu serasa ingin dilahap padahal kemampuan lambung menampung ada batasnya.
Atau bingung pilih jurusan kuliah, passion tak hanya satu, sedang pilihan
jurusan yang tersedia begitu banyak, tapi hanya bisa pilih dua atau tiga.
Tidak bisa di pungkiri bahwa pilihan dalam hidup
ini begitu banyak. Bahkan dari hal sederhana pun, seperti contoh di atas memengaruhi kondisi psikologis kita pada saat
itu. Beragamnya pilihan yang ada,
sebenarnya membuat kita lebih berpikir,
karena manusia cenderung ingin memilih yang terbaik. Sebisa
mungkin agar
kita tak memilih pilihan yang salah.
Banyaknya pilihan yang ada sebenarnya juga dapat mengajari kita agar mampu
membuat keputusan yang paling baik dan tepat tentunya.
Tapi tahukah kamu bahwa terlalu banyak pilihan juga
kurang baik untuk hidup kita?
Penelitian yang dilakukan oleh Iyengar dan Lepper di tahun 2000
dengan judul. When choice
is demotivating: Can one desire too much of a good thing. Eksperimen ini terbagi menjadi tiga studi, namun untuk di awal, kita hanya akan membahas studi pertama saja.
Eksperimen dilakukan di toko grosir yang telah di atur sedemikian rupa sebelumnya. Peneliti membagi dua stand dan para
pembeli dibebaskan untuk memilih dan mencicipi jenis selai. Stand pertama menyediakan 6 jenis selai, sedangkan
stand kedua memiliki 24 jenis selai.
Hasil
analisis observasi menunjukan bahwa kebanyakan pengunjung berhenti: sebanyak 60
persen di stand kedua dan 40 persen sisanya berhenti di stand pertama.
Pengujung di dua stand diminta untuk mencicipi rasa dari selai yang tersedia.
Ketika pengunjung
diminta untuk memilih dan membeli selai, ternyata kuantitas pembelian
pengunjung di stand kedua lebih sedikit dibandingkan dengan pengunjung di stand
pertama. Dari hasil penelitian ini,
peneliti menyarankan bahwa terlalu banyak pilihan dapat menyebabkan kecemasan
dan menurunkan well-being (kesejahteraan). Sebisa mungkin, kita mesti
menjaga agar pilihan dapat kita pahami dan perhatikan lebih jelas. Banyak
pilihan kadang hanya menjadi jebakan. Dari penelitian itu, kita bisa belajar jika
menghadapi pilihan dalam hidup ini.
Penelitian di atas juga bisa kita asosiakan dengan
kesempatan yang datang pada hidup kita. Kesempatan yang terbatas sebenarnya membuat
kita bekerja lebih fokus dan optimal. Kalau punya banyak kesempatan, biasanya
kita kurang serius, karena berpikir masih ada sisa kesempatan, berbeda dengan
kesempatan yang terbatas, sebisa mungkin melakukan hal maksimal karena sadar
bahwa kesempatan yang ada itu terbatas.
Pilihan memang akan selalu ada, entah itu banyak atau
terbatas, teman-teman hanya perlu keyakinan bahwa satu dari sekian
banyak yang akan kita pilih itu tidak salah dan itulah yang terbaik,
bertanggung jawab, kembangkan pilihan itu dan kebahagian akan mengikuti kita!