Bagaimana Harapan Bekerja di Kelas?
INDOPOSITIVE.org—Menyerap
ilmu dengan baik dalam proses belajar mengajar adalah hal yang kita inginkan tercapai.
Begitupun dengan pengajar, tentu mengharapkan ilmunya dapat diserap dengan baik
oleh siswanya. Harapan-harapan tersebut terbentuk berdasarkan kehendak pikiran
kita. Terlebih saat mendengar bahwa
pengajar yang akan membawakan materi adalah orang yang telah menempuh jenjang
pendidikan yang sedemikian baiknya.
Dari
informasi tersebut, tentunya menambah semangat kita untuk turut mengerahkan perhatian
dalam mengikuti proses tukar ilmu. Namun apakah para pengajar dapat dijadikan dalih
untuk meningkatkan performa siswa?
Sebuah
penelitian korelasional terhadap 4.300 murid di Inggris yang dilakukan oleh William
Crano dan Phyllis Mellon di tahun
1978
dalam buku David G. Mayers Social
Psyhology menunjukkan bahwa hal tersebut benar adanya.
Informasi
latar belakang tenaga pengajar memberikan efek yang positif terhdap harapan
siswa. Sehingga siswa lebih tertarik
dalam menyerap ilmu di kelas. Hal
tersebut tidak berlaku hanya pada guru saja, namun berlaku sebaliknya. Guru
mampu meningkatkan kemampuannya dalam mengajar bila menerima informasi tentang
siswanya.
Rosenthal
pada tahun 1968 menguji hal tersebut dalam sebuah studi eksperimental bersama
rekannya Jacobson L, kemudian di publikasikan
dalam buku Pygmalion in the
classroom; Teacher expectation and pupils’ intelectual development. Penelitian
ini ingin menguji respon guru terhadap muridnya di kelas, empat murid kemudian
dipilih adalah murid yang dinilai memiliki kemampuan lebih dari teman-temannya.
Informasi
tersebut disampaikan kepada guru, akibatnya perlakuan khusus diberikan kepadanya
dan memunculkan performa yang lebih.
Hasil lain dari penelitian tersebut, secara
tersirat mencerminkan bahwa harapan guru yang rendah akan mengindikasikan
performa siswa yang rendah pula. Pada saat itu berbagai literatur masih menjadi
perdebatan mengenai pengaruh harapan yang dimiliki oleh guru, sebab sekitar 4
dari 10 diantara hampir 500 ekperimen yang dipublikasi menunjukkan bahwa
harapan dari guru ini secara signifikan
mempengaruhi performa siswa. Hal tersebut dianggap kurang akurat jika hanya melihat
dari sisi informasi saja.
Rendahnya
harapan tidak membuat seorang siswa yang sebenarnya terpuruk, dan dari harapan
yang tinggi juga tidak secara ajaib mengubah seorang anak yang lambat dalam
belajar menjadi seorang menjadi super jenius. Sehingga Madon beserta rekannya pada
tahun 1997 melakukan penelitian lebih jauh terkait harapan untuk menguji hal
tersebut.
Pada
jurnal In search of the powerful
self-fulfilling prophecy. Journal of personality and social psychology menerangkan
bahwa harapan yang tinggi tentunya akan mendorong performa siswa dalam belajar.
Harapan yang tinggi dari guru memunculkan sikap positif yang ditunjukkan. Sikap
positif yang dimaksud adalah guru yang lebih banyak memberikan perhatian kepada
siswa, memandang, tersenyum, sering
menyapa, dan memberikan lebih banyak kesempatan untuk bertanya merupakan hal penting yang patut diterapkan.
Sikap
yang dimiliki oleh siswa di kelas terhadap guru mereka adalah sama pentingnya dengan
sikap guru terhadap siswanya. Berharap yang terbaik atas performa kita dalam
menyampaikan ilmu, meningkatkan prestasi, merubah perilaku baik menjadi lebih
baik tidak cukup hanya dengan informasi latar belakang pendidikan. Temuan
diatas tentu mendorong kita untuk melakukan usaha yang kecil dan tentu sikap
positif itu bisa kita tempuh. Pertanyaannya maukah kita melakukan usaha dan
tidak hanya berharap?
Selamat
mencoba