Siasat Khusus untuk Lepas dari Smartphone, Adakah?
INDOPOSITIVE.org—Pernahkah
anda mencoba untuk melepas atau tak beraktivitas tanpa smartphone dalam sehari
atau beberapa waktu saja? Bagi yang pernah, tentu rasanya akan cukup sulit
bukan? Apalagi jika selama ini kita hidup dengan berbagai aktivitas yang tak
lepas dari smartphone. Berbagai informasi terbaru dapat kita dapatkan,
melakukan interaksi dengan orang lain, mendapat kabar dari teman atau keluarga
sendiri, media sosial yang tersimpan rapi dan selalu ingin dibuka. Kira-kira begitulah
kekuatan smartphone hingga membuat kita sulit untuk lepas darinya.
Bahkan
beberapa bulan lalu kita sempat melihat kabar tentang sebuah perusahaan yang
menantang siapa saja untuk puasa smartphone. Tantangan tersebut diadakan di
Amerika Serikat oleh Vitaminwater. Bagi yang berminat bisa mendaftar di Twitter
atau Instagram dengan hashtag #nophoneforayear disertai alasan apa yang akan
dilakukan peserta selama setahun tanpa smartphone. Jika berhasil setahun puasa,
hadiahnya sebesar USD 100 ribu atau sekitar Rp 1,4 miliar. Jika hanya bertahan
selama 6 bulan, akan diberikan USD 10 ribu. Penyelenggara akan menguji
kejujuran peserta memakai alat tes kebohongan. Benar atau tidak, mungkin kabar
ini menjadi sesuatu yang menarik tentang smartphone.
Smartphone memberi
pengaruh terhadap kecemasan kita.
Berbeda
lagi dengan laporan dari Radiological Society of North America (RSNA) di tahun
2017. Berdasarkan temuan tersebut, ditemukan bahwa kecanduan smartphone dan
internet akan meningkatnya kadar neurotransmitter yang disebut GABA di satu
wilayah otak. Secara sederhana GABA merupakan neurotransmitter “penghambat” dalam
mengatur berbagai fungsi otak. Peningkatakn GABA itu pada akhirnya memberi
pengaruh pada penguatan kecanduan internet dan smartphone, depresi dan
kecemasan. Itu merupakan salah satu efek dari smartphone terhadap kita.
Smartphone memberi
pengaruh terhadap kapasitas kognitif kita.
Selanjutnya,
smartphone ternyata memberikan pengaruh terhadap kapasitas kognitif kita. Adrian
F. Ward, Kristen Duke, Ayelet Gneezy, dan Maarten W. Bos menjelaskan hal
tersebut dalam publikasi ilmiahnya yang berjudul Brain Drain: The Mere Presence of One’s Own Smartphone Reduces
Available Cognitive Capacity. Penurunan tersebut salah satunya diakibatkan
ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan kebiasaan untuk membuka notifikasi
atau melawan berbagai gangguan yang ada. Tentu saja perhatian kita terhadap
sesuatu menjadi lemah dan berkurang setelah berkali-kali dikendalikan
smartphone tanpa disadari. Kemampuan untuk mengendalikan kemudian membuat
kekuatan otak melemah hingga kemempuannya berkurang.
Smartphone memberi
pengaruh terhadap pola tidur kita.
Selain
itu, smartphone juga akan memberikan dampak terhadap pola tidur kita.
Berdasarkan penelitian di tahun 2013 yang dilakukan BrittanyWood beserta
rekannya yang bekerja di Rensselaer
Polytechnic Institute menjelaskan hal tersebut. Dengan menggunakan 13
orang, mereka menemukan bahwa terpapar cahaya smartphone memberikan pengaruh
pada salah satu hormon yang berperan penting pada pola tidur, yaitu melatonin. Semakin
terpapar seseorang, hormone tersebut akan terganggu dan menyebabkan pola tidur
bermasalah.
Butuh
siasat khusus untuk tetap berdamai dan terhindar dari sejumlah masalah yang diberikan
smartphone pada kehidupan kita. Hanya saja, sulit dipungkiri bila kita secara
tidak sadar, mungkin telah dikendalikan dan sulit melepaskan diri. Kecuali kita
benar-benar menemukan siasat yang tepat untuk diri sendiri. Selamat berjuang!