Psikologi Pendidikan: 3 Aplikasi Psikologi Positif di Sekolah



INDOPOSITIVE.orgPsikologi positif yang cenderung belum dikenal berbagai kalangan. Beberapa isu yang kerap dibicarakan atau diteliti berkisar pada hal kesejahteraan (well being), harapan (hope), optimisme, kepuasan hidup, keterikatan (engagement), perilaku prososial, konsep diri positif, rasa syukur (gratitude), efikasi diri dan lainnya. 

Namun, masih sedikit yang mencoba melihat atau mengkaji secara mendalam bagaimana aplikasi psikologi positif di berbagai bidang. Misalnya saja di bidang pendidikan. 

Keberadaan psikologi positif mampu memberikan ruang bagi kita untuk menerapkan beberapa hal di dalam lingkup pendidikan, terkhusus secara langsung di sekolah. Berikut tiga aplikasi psikologi positif yang dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan.   

Pertama, upaya peningkatan optimisme akademik pada siswa

Optimism and the School Context yang merupakan salah satu bab dalam buku Handbook of Positive Psychology in School, memperlihatkan efek optimis bagi siswa. 

Pada bab itu dijelaskan bahwa siswa yang memiliki optimisme yang lebih tinggi akan lebih mampu untuk menyesuaikan dengan diri dengan tantangan yang berkaitan dengan sekolah dibandingkan dengan siswa yang lebih pesimistik.

Hal menarik dari masalah optimism ini adalah, bahwa optimisme tidak hanya dapat dibangun secara individual siswa saja, namun juga dalam konteks sosial sekolah. Wayne K. Hoy bersama rekannya menjelaskan hal tersebut dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul Academic Optimism of Schools: A Force for Student Achievement. 

Peneliti kemudian mengembangkan konstrak optimisme akademik yang di dalamnya meliputi efikasi kolektif guru dan staf sekolah, kepercayaan pada siswa dan orang tua dan penekanan pada iklim akademik. 

Asumsinya bahwa optimisme adalah sesuatu yang dapat dipelajari dan ditularkan, sehingga ketika guru dan sistem di sekolah dapat dibentuk dengan optimisme, maka hal tersebut akan mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana membangun atau menumbuhkan optimisme siswa di sekolah? Sejumlah kajian menjelaskan bahwa guru menjadi penentu paling utama dalam terciptanya situasi tersebut. Hanya saja, kemampuan guru yang berbeda-beda membuat situasi tersebut sulit diprediksi. Sistem sekolah mesti dibentuk sebaik mungkin.
  
Kedua, Penerapan karakter positif bagi siswa

Karakter menjadi salah satu bahasan utama dalam psikologi positif. Karakter yang kuat merupakan salah satu inti dari perkembangan remaja yang positif. 

Sayangnya saat ini, banyak sekolah justru lebih memberikan perhatian utama pada kemampuan membaca, menulis, matematika dan berpikir kritis namun kurang memperhatikan bagaimana membuat siswa memiliki karakter individu positif yang kuat.

Sekolah perlu menggali karakter-karakter positif dari siswa sebagaimana juga menggali kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, sekolah sendiri harus memiliki budaya yang memang menghargai karakter yang positif yang ditampilkan oleh keseluruhan elemen yang ada di sekolah. Perlu dipahami bahwa setiap anak memiliki karakter kuat masing-masing. Hanya saja, seringkali kita tak paham hingga hal tersebut terabaikan begitu saja.

Psikologi positif berfokus pada peningkatan karakter untuk menjadi semakin baik. Berbagai karakter positif seperti bijaksana, berani, tangguh, dan sebagainya perlu ditanamkan sejak dini dengan berbagai metode.

Ketiga,  menumbuhkan keterikatan  siswa dan lingkungan belajar

Menumbuhkan keterikatan dengan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi siswa terhadap sekolah, format pembelajaran, dan karakateristik guru. Sebagian besar penelitian yang ada cenderung menunjukkan bahwa keterlibatan yang bermakna dari siswa terbentuk dari dua proses yang independen yaitu intensitas akademik dan respons emosional yang positif.

Pembelajaran yang optimal menggabungkan kedua hal ini untuk membuat pembelajaran berlangsung secara menyenangkan dan menantang serta spontan dan penting. David J Shernoff bersama Mihaly Csikszentmihalyi, membahas konsep tersebut dalam jurnalnya yang berjudul Flow in Schools Cultivating Engaged Learners and Optimal Learning Environments, dijelaskan bahwa kondisi tersebut mampu membawa siswa pada situasi flow dan membuat proses belajar lebih menyenangkan.

Sebab itu, untuk membuat siswa terikat dengan sekolah maka ia harus memiliki persepsi yang positif tentang sekolah itu sendiri. Persepsi yang positif ini dapat terbentuk dari pengalaman belajar yang menyenangkan di sekolah. 

Usaha yang dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah meningkatkan kompetensinya untuk dapat membuat format pembelajaran yang menyenangkan dan menantang serta membangun hubungan yang positif dengan siswa itu sendiri.

Psikologi positif tentu akan berkembang sehingga aplikasi di berbagai bidang dapat meningkat serta memberi kontribusi yang semakin baik di masa depan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel