Menemukan Ego Depletion di Keseharian Kita



INDOPOSITIVE.org—Pernahkah anda mendengar istilah ego depletion?
 
Mungkin kita bisa dengan mudah menemukan ini di situasi rapat. Pernahkah anda melihat seorang teman yang dengan menggebu-gebu berdebat serta berkomentar namun setelah beberapa saat kemudian, dia berhenti dan menyetujui pendapat orang lain yang sebelumnya dia bantah. Barangkali saja, teman anda yang menggebu-gebu itu kemudian mengalami ego depletion. Meskipun itu bukan satu-satunya cara untuk melihat masalah ini. Atau jika anda telah melakukan beberapa pekerjaan, pekerjaan selanjutnya seringkali sulit membuat anda bergerak lantaran lelah. Mungkin saja anda memang merasakan kelelahan, namun dari temuan psikologi, kita juga tengah mengalami ego depletion.

Secara mendasar, ego depletion diartikan pada kondisi seseorang yang kehilangan dorongan untuk melakukan sesuatu dan hal tersebut secara tidak langsung berkaitan dengan kontrol diri. Saat kita berfokus pada satu tugas, kemungkinan semangat atau kekuatan kita akan terkuras pada hal tersebut. Sehingga tugas selanjutnya akan membuat kita mengalami penurunan semangat kerja. Kemauan atau semangat itu ternyata terbatas, seperti halnya energi tubuh, kondisi psikis ini pun dapat melemah atau diperkuat. 

Peneliti menemukan jikalau ego depletion sangat berkaitan dengan kontrol diri. Saat kita mengalami ego depletion, kita akan mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan  kontrol diri. Dalam sebuah penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Kathleen D. Vohs beserta rekannya, yang berjudul Making choices impairs subsequent self-control: A limited-resource account of decision making, self-regulation, and active initiative, kita bisa melihat ego depletion bekerja. 

Dalam penelitian itu, dibagi dalam dua kelompok berbeda. Kelompok pertama, peserta diperlihatkan beberapa macam benda seperti majalah, pulpen, lilin dan t-shirt. Kelompok ini ditanya perihal seberapa sering mereka menggunakan benda-benda ini?
Selanjutnya, ada kelompok kedua, partisipan diberi tugas berbeda. Mereka diperlihatkan benda-benda yang sama tapi diminta untuk memilih beberapa di antara pilihan berbeda pada tiap produk. Peneliti ingin melihat seberapa besar efek pada kontrol diri pada kelompok yang memiliki tugas untuk memilih. 

Pada bagian selanjutnya, peserta dari dua kelompok diminta untuk mencelupkan tangan mereka ke dalam air dingin dan menahannya. Mereka diminta menahannya sesuai dengan kemampuan mereka. Hasilnya, kelompok pertama lebih bertahan dan mampu lebih lama dibanding kelompok kedua. Membuat sejumlah pilihan dalam tugas sebelumnya memunculkan ego depletion, sehingga tugas selanjutnya mendapatkan pengaruh dari hal tersebut. 

Hal yang sering kita temui juga ada pada orang-orang yang berdiet. Seringkali mereka mengalami ego depletion lantaran harus menahan godaan makanan di pagi, siang atau sore hari. Sehingga besar kemungkinan di malam hari, mereka akan kelelahan dan sulit mengendalikan diri. 

Derek C. Dorris bersama koleganya memberikan penjelasan tentang ego depletion. Dalam penelitiannya yang berjudul, Investigating the effects of ego depletion on physical exercise routines of athletes terdapat temuan menarik. Penelitian itu dilakukan pada sejumlah atlet dayung, hoki, dan rugby. Seperti halnya penelitian sebelumnya, mereka dibagi dalam beberapa kelompok serta tugas yang berbeda. Satu kelompok diberikan sejumlah soal kognitif yang mudah dan kelompok lainnya diberikan soal yang sulit. Setelah itu, mereka diminta untuk melakukan sit up dan latihan fisik, hasilnya ego depletion mempengaruhi performa para atlet dalam melakukan latihan fisik. Selanjutnya, kita bisa mengatur dan melihat bagaimana kondisi kita dan mengamati apa yang terjadi dengan ego depletion kita setiap hari. Jika anda gagal mencapai atau melakukan sesuatu dalam sehari, mungkin saja sebelumnya anda mengalami ego depletion.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel