"Catcalling", Pelecehan Seksual Secara Verbal dan Dampak Psikologisnya
INDOPOSITIVE.org — Saat
ini tengah marak diberitakan masalah kasus pelecehan seksual pada perempuan.
Akan tetapi, terkadang di sekitar kita dengan mudah ditemukan perilaku yang
memang melecehkan seorang perempuan. Salah satunya adalah catcalling. Apa itu catcalling?
Pelecehan
seksual secara verbal menjadi salah satu fenomena yang sering terjadi di
sekitar kita, hanya saja banyak yang tak mengetahui bahwa fenomena tersebut
diistilahkan dengan sebutan Catcalling.
Fenomena ini begitu mudah kita temui dan lihat di lingkungan sekitar, terutama
di ruang publik di kota-kota besar hingga ke daerah-daerah pelosok sekali pun.
Sebenarnya
apa yang meresahkan dari fenomena catcalling
ini? Pertama, catcalling akan terus
terjadi dan kebanyakan orang cenderung tidak mengetahui bahwa perilaku tersebut
adalah pelecehan seksual secara verbal. Kedua, catcalling seringkali dianggap sebagai perilaku yang biasa saja dan
juga pandang lumrah untuk dilakukan. Ketiga, catcalling cenderung banyak dialami oleh perempuan sehingga akan
terus menambah jumlah perempuan yang mengalami pelecehan seksual.
Salah
satu artikel dari seorang peneliti yang bernama Deidre Davis di tahun 1994 dengan judul ““The Harm That
Has No Name: Street Harassment, Embodiment, and African American Women” yang
menemukan bahwa catcalling merupakan bentuk perilaku pelecehan seksual secara verbal seperti memanggil,
melambai, mengedipkan mata, meraih, dan
memberikan komentar di jalanan.
Komentar khusus biasanya termasuk, “hei
cantik, hei pelacur, apa yang kamu lakukan malam ini? lihatlah kaki mereka, mau
bercinta? apakah kamu sedang bekerja? kaki besar, senyum, senyum untukku
sayang, senyum sombong, kemarilah gadis”. Tindakan ini terjadi di tempat umum dan merupakan
penyebab terjadinya kekerasan seksual di jalan.
Catcalling seringkali kita dengarkan dan juga terlihat di lingkungan
sekitar kita. Sayangnya, banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya catcalling memiliki dampak secara
psikologis bagi yang mengalaminya. Seorang peneliti dan ahli dalam topik
kekerasan berbasis gender, Holly Kearl dalam penelitiaanya pada bulan Agustus 2012 hingga
Maret 2014. Penelitian itu dilakukan
terhadap 2000 partisipan melalui sebuah survei dengan masing-masing 1000
partisipan perempuan dan laki-laki yang usianya 18 tahun ke atas. Hasil
penelitian Holly Kearl menemukan bahwa perempuan yang mengalami pelecehan
seksual di jalanan terutama catcalling
akan mengalami dampak secara psikologis. Adapun dampak catcalling secara psikologis yang ditemukan Holly Kearl yaitu
merasa kurang aman ketika berada di tempat umum, membatasi waktu dan
menyebabkan kerusakan emosional.
Selain itu, Louise F Fitzgerald, seorang
peneliti yang berfokus pada kajian kekeresan seksual asal Universitas Illinois di Urbana Champaign juga
menemukan bahwa dampak pelecehan seksual pada perempuan yang sedang menjalani
kehidupan akademik atau sedang bekerja yaitu perasaan direndahkan sebagai
perempuan yang menyebabkan ketidakpercayaan diri, perasaan takut dan perasaan
tidak berdaya sebagai perempuan.
Semoga
setelah mengetahui catcalling dan
juga dampaknya secara psikologis akan mengurangi terjadinya fenomena catcalling itu sendiri. Sehingga, secara
tidak langsung ruang publik di sekitar kita menjadi ruang publik yang aman dan
nyaman bagi semua.