Bagaimana Seni Mampu Mengubah Kepribadianmu?
The Lady with the little dog via ravepad.com |
INDOPOSITIVE.org — Sebuah penelitian ingin membuktikan
“apakah seni mampu merubah seseorang?” Saya rasa, anda punya jawaban sendiri
sebelum lanjut pada penelitian tersebut. Mungkin saja seni adalah sesuatu yang
dapat mengubah seseorang, atau mungkin saja, seni tak berarti sama sekali.
Beberapa penelitian bahkan menjelaskan jika seni bahkan berhubungan dengan
gangguan mental, atau bagaimana menjelaskan kepribadian artistik. Melalui
penelitian yang berjudul, On Being Moved by Art: How Reading Fiction
Transforms the Self, Maja Djikic beserta tiga orang rekannya hendak melihat
apresiasi seni yang nantinya mempengaruhi kepribadian seseorang.
Seni
yang diangkat pada penelitian kali ini adalah bacaan fiksi. Hal itu juga
dilandasi dari sebuah buku yang berjudul Books that made the difference.
Yang berisikan hasil wawancara dari 1.382 orang yang gemar membaca di Amerika
Serikat mengutarakan terjadinya perubahan diri yang lebih cepat setelah
membaca. Lebih lanjut dari temuan wawancara itu, seorang peneliti kemudian
mengemukakan secara lebih detail bahwa para pembaca yang memang komitmen untuk menghabiskan
atau meluangkan waktu untuk membaca telah mengalami transformasi diri dari
hasil pengalaman membaca.
Lalu
mari kita kembali pada penelitian Maja Djikic beserta timnya. Pertanyaan yang
dilontarkan pada penelitian mereka ada dua, pertama, apakah kepribadian
yang dianggap stabil masih dapat diubah atau tidak? Sering kali kita mendengar
bahwa kepribadian di usia 30 tahun tidak akan dapat diubah lagi. Dan pendapat
itu memang hasil dari penelitian di tahun 1990. Yang kini telah dibantah oleh
beberapa peneliti. Termasuk dengan peneliti yang sedang dijalankan Maja Djikic
kali ini. Kedua, apa yang menjadi kerangka teoritis untuk mendukung bahwa seni
mampu mengubah kepribadian menjadi lebih matang?
Penelitian
ini merupakan eksperimen yang kemudian menggunakan karya Anton Chekhov, yang
berjudul The Lady With the Toy Dog. Penelitian yang melibatkan 166
mahasiswa angkatan pertama. Yang kemudian dibagian dalam kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Secara sederhana, kelompok eksperimen diminta membaca
cerita Anton Chekhov yang telah disediakan. Dengan beberapa alat ukur seperti,
emotional checklist, the big five inventory serta beberapa alat ukur lainnya.
Peneliti menemukan hasil yang menarik. Bahwa pada kelompok eksperimen, terjadi
perubahan emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
sebelumnya tidak membaca karya Anton Chekhov melainkan diminta membaca cerita
lain yang dianggap tidak menyamai karya Chekhov. Selain emosi, dari skala Big
Five terdapat kepribadian yang kemudian berubah dan meningkat.
Pada
penelitian ini, kita dapat melihat bahwa hubungan dari jiwa manusia atau sebuah
karya seni mengandung sesuatu yang masih sulit dijelaskan. Dibutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengkaji masalah tersebut. Di sisi lain, penelitian itu
memberikan harapan untuk memberikan perubahan, mengingat bahwa jiwa manusia
benar – benar muncul untuk menanggapi bentuk artistik melalui kondisi jiwa yang
tenang. Dan pada titik tersebut, penelitian ini akan terus berkembang.
Saya
sendiri curiga, jika orang – orang yang kehilangan jiwa yang tenang, barangkali
jarang menyentuh atau jauh dari seni. Agama sendiri sebenarnya adalah seni.
Namun tak jarang, orang yang mengaku beragama lupa menggali, memaknai, dan
menikmati seni yang sebenarnya. Seni beragama, rasa – rasanya menjadi sesuatu
yang menarik untuk didiskusikan. Sampai jumpa!