Apakah Anda Lebih Pandai Menilai Diri Sendiri atau Orang Lain?
INDOPOSITIVE.org — Kebanyakan orang cenderung berikir positif tentang
diri mereka. Hal itu tentu saja baik, namun dari sisi lain, ketika kita
melihatnya dengan penilaian yang lebih kompleks hal tersebut tidak selamanya
berbuah manis. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa banyak orang yang berpikir diri mereka lebih pintar dari
hasil tes kinerja intelektualnya, berpikir mereka berperilaku lebih sopan dari
tingkah laku sebenarnya, bahkan merasa lebih sehat, lebih cerdas dan
berpengalaman dibanding teman mereka sendiri.
Melihat fenomena ini, dua orang peniliti pada tahun
2013, Emily Balcetis dan David Dunning melakukan penelitian eksperimen. Mereka
ingin melihat bagaimana seseorang menilai diri mereka ketika dihadapkan pada
perilaku menolong. Apakah mereka juga melihat diri mereka sebagai individu yang
lebih baik dibanding dengan orang lain dalam hal menolong?, dan apakah
penilaian diri mereka tepat seperti apa yang mereka perkirakan? Seperti
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Epley dan Dunning pada tahun 2006,
sebanyak 83% responden yang ingin membeli bunga dalam penggalangan dana untuk
penderita kanker, hanya 43% yang benar-benar membeli bunga.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 271 partisipan.
Balcetis dan Dunning membuat dua eksperimen untuk melihat bagaimana seseorang
menilai perilaku menolong terhadap diri mereka dan orang lain dalam empat
situasi berbeda, yakni ketika sendiri dan dalam grup juga ketika dalam suasana
hati yang buruk dan ketika senang.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa seseorang
cenderung kurang tepat dalam memprediksi perlaku menolong mereka sendiri.
Mereka diberi pertanyaan, “jika anda sendiri dalam sebuah ruangan dan seseorang
meminta anda untuk menolongnya membersihkan ruangan, apakah anda akan
menolong?” Sebanyak 92% partisipan yang
mengaku akan membantu orang lain membersihkan ruangan, pertanyaan selanjutnya
adalah mereka diminta untuk memperkirakan, jika orang lain berada di ruangan
seperti itu apakah akan melakukan hal yang sama? mereka memprediksi bahwa hanya
72% kemungkinan orang lain akan menolong. Kenyataannya, dalam eksperimen
tersebut hanya 50% yang benar-benar menolong. Prediksi mereka terhadap orang
lain cenderung mendekati kenyataan sebenarnya.
Hal ini tentu saja menarik. Sebab salah satu bentuk
kekecawaan dan kekeliruan yang sering kita alami adalah karena kita salah
memprediksikan diri kita sendiri, terutama saat dihadapkan pada perubahan
situasi, seperti penjelasan sebelumnya yakni ketika sendiri dan dikeramaian. Eksperimen
ini juga melibatkan hal penting terkait dengan perubahan situasi lain, Misalnya
saat perubahan mood terjadi, apakah kita bisa mengantisipasi hal tersebut?
Ternyata ketika mereka diminta untuk memprediksi
perilaku menolong mereka dalam kondisi senang dan sedih mereka menilai bahwa
mereka tetap akan menolong, berbeda ketika menilai orang lain yang akan berubah
ketika suasana hati mereka berubah. Penilaian terhadap orang lain bahwa ketika
suasana hati sedih akan mengurangi intensitas menolong dan akan meningkat
ketika sedang senang terbukti mendekati keadaan sebenarnya.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, ketika dihadapkan
pada penialaian terhadap diri sendiri atau secara “self-psychologist” banyak
orang yang cenderung salah memprediksikan perilaku mereka, sementara ketika
mereka diminta untuk menilai perilaku orang lain atau “social-psychologist”
mereka lebih mendekati pada kondisi sebenarnya. Bagaimana dengan pengalaman
anda, apakah pernah memperhatikan kejadian serupa?