Sebab "Menunggu" Adalah Usaha Untuk Menemukan yang Lebih Baik
INDOPOSITIVE.org — Ketika Anda
diberikan kesempatan memilih, seseorang
memberi Anda uang senilai seratus ribuh rupiah, dan Anda boleh
mengambilnya sekarang dan saat itu juga. Atau, jika Anda menunggu selama empat
puluh lima menit kemudian, Anda akan mendapat dua ratus ribu rupiah. Mana yang
akan Anda pilih? Seratus ribu sekarang atau dua ratus ribu kemudian?
Pilihan
yang mirip seperti ini pernah diberikan kepada sejumlah anak berusia empat
hingga enam tahun di Amerika Serikat. Anak-anak tersebut diajak untuk masuk
kedalam sebuah ruangan, lalu diberikan satu buah marshmallow. Setiap anak boleh
memakan marshmallow tersebut, namun ketika mampu menunggu di dalam ruangan
tersebut selama 15 menit dan tidak memakan marshmallow, mereka akan mendapatkan
1 buah marshmallow tambahan.
Inilah
penelitian pada tahun 1960 oleh Walter Mischel, seorang professor di
Universitas Stanford. Beliau telah melakukan salah satu penelitian experiment
yang sangat penting dalam bidang ilmu psikologi. Penelitian ini kemudian
dikenal sebagai Marshmallow Experiment.
Berfokus
pada penelitian kemampuan “menunda
keinginan” sementara demi mendapatkan hal yang lebih baik di kemudian waktu,
atau disebut dengan istilah delayed-gratification.
Mischel dan rekan-rekannya mendapat antusiasme tinggi dalam salah satu
penelitian jangka panjang dalam sejarah. Hasil penelitian ini terus berlanjut
setidaknya selama lima puluh tahun sejak eksperimen tersebut dilaksanakan.
Lalu
mengapa kemampuan delayed-gratification
tersebut penting?
Pada tahun
1990, Mischel dan kawan-kawan mengumpulkan kembali subjek dari penilitan mereka
30 tahun sebelumnya dan melihat kompetensi kognitif dan regulasi diri setiap
subjek tersebut. Ternyata mereka yang sewaktu anak-anak memiliki kemampuan delayed-gratification terbukti memiliki
nilai SAT yang lebih baik.
Sebuah penjelasan baru kemudian lahir
pada tahun 1990 oleh Mischel dan rekan-rekannya. Mereka mengembangkan teori
mengenai kemampuan delayed-gratification pada manusia dan menyebutnya dengan istilah
sistem “hot and cool”. Dalam sistem
kognitif seseorang, sistem hot
mengacu pada respon cepat dan langsung terhadap dorongan dan tekanan, lebih
impulsif dan emosional. Mereka inilah yang selalu cepat dan tergesa-gesa dalam
memutuskan banyak perkara. Sedangkan
sistem cool mengacu pada sistem
reflektif yang melibatkan perencanaan, mengetahui sensasi eksternal, perasaan dalam
bersikap terhadap sesuatu. Hal ini dapat menuntun seseorang untuk lebih
berhati-hati dan cenderung memiliki kemampuan delayed-gratfication.
Hal menarik
lain diulas oleh Celeste E.Doerr dan Roy F. Baumeister dalam buku Social Psychological Foundations of Clinical
Psychology pada tahun 2011. Mereka melakukan penelitian mengenai kemampuan
Regulasi diri seseorang. Mereka menemukan bahwa, delayed gratification erat kaitannya dengan beberapa kemampuan lain
seperti sabar, kontrol diri, kontrol impuls, ketekunan dan semua yang
berhubungan dengan self-regulation
atau regulasi-diri.
B.J Casey, seorang professor psikologi
dari Universitas Yale pada tahun yang sama, juga melakukan penelitian mengenai
kemampuan delayed-gratification. Casey
mengemukakan bahwa prefrontal cortex,
yakni bagian yang mengotrol fungsi eksekusi, seperti menentukan pilihan
ditemukan lebih aktif pada subjek yang memiliki self-control tinggi yang juga erat kaitannya dengan kemampuan delayed-gratification.
Ada
berbagai macam hasil lain dari penelitian lanjutan untuk kasus ini yang bahkan
menjelaskan betapa begitu banyak efek positif dari delayed-gratification seperti unggul dalam kompetensi sosial dan
akademik hingga lebih sehat secara fisik dan psikologis. Lalu pertanyaan
selanjutnya, Di dunia yang semakin cepat dan serba tergesa-gesa ini, seberapa
mampukah kita meluangkan waktu untuk tenang sejenak, memikirkan berbagai
pilihan dan menunda keinginan sementara demi hal yang lebih baik di masa yang
akan datang?