Bagaimana Kita Belajar Dari Anak Usia Empat Tahun?
INDOPOSITIVE.org — Samuel Langhorne Clemens atau yang lebih dikenal
dengan Mark Twain, pernah berpesan bahwa “Hal yang menjadi bencana untukmu
bukan dari apa yang tidak kamu ketahui, melainkan dari apa yang kamu pastikan tahu
bahwa itu semestinya” Mengapa hal yang kita pastikan benar menjadi begitu
berbahaya? Karena dari hal itu, kita akan bertindak dan berkeyakinan secara
penuh. Pernyataan dari Mark Twain itulah yang kemudian menjadi salah satu
alasan dari lahirnya buku yang dituliskan oleh Daniel J. Levitin.
Daniel
J.Levitin adalah seorang dosen yang selalu bertemu dengan mahasiswa yang
berasal dari universitas ternama. Ia mengamati bahwa para mahasiswa yang
ditemuinya adalah orang - orang yang merasa bahwa dirinya adalah orang pilihan.
Orang-orang yang di dalam dirinya terdapat sesuatu yang tak dipahami orang
lain. Mereka merasa bahwa dirinya telah memiliki pengetahuan yang luas pada
bidang itu. Mereka datang dengan penuh percaya diri. Butuh waktu lama untuk
membuat mahasiswanya sadar jikalau semua itu adalah sesuatu yang berbahaya.
Hal
meneyangkan dalam hari-harinya sebagai pengajar adalah menemukan mahasiswanya
datang dan mengatakan, “Aku sadar jikalau aku tak tahu apa-apa tentang kognitif
neuroscience” Daniel memberikan selamat dan mahasiswa itu ia anggap akan
menjadi pembelajar seumur hidup, dengan keterampilan berpikir terbuka dan
kritis yang dibutuhkan dalam menciptakan pengetahuan baru. Suatu hal yang baru
hanya dapat ditemukan dari kemungkinan bahwa kita salah dan mesti menemukan hal
yang lebih baik.
Buku
yang berjudul A Field Guide to Lies:
Critical Thinking in the Information Age, itu lahir karena David merasa bahwa
kemampuan berpikir itu dapat dimiliki semua orang. Buku ini terbgi dalam tiga
bagian besar, pertama penulis mengajak kita kembali untuk mengevaluasi
angka-angka, lalu kata-kata dan terakhir adalah dunia yang selama ini kita
pahami. Rasa ingin tahu adalah bawaan. Mari kita mengingat sewaktu kita berusia
empat tahun, ketika kita dengan senang dan gencar bertanya, “Mengapa?”
pertanyaan: mengapa ada hujan? mengapa langit biru? mengapa ada bulan? dan
berbagai pertanyaan mengapa. Sayangnya, ada orang tua yang membenci masa-masa
itu dan memilih untuk mengabaikan si anak yang tengah belajar berpikir kritis.
Ada baiknya kita kembali menemui diri kita yang masih berusia empat tahun, bertanya
“mengapa” dan “bagaimana” sesering mungkin. Dari bukunya, terdapat tujuh
langkah yang dapat membantu kita untuk dapat berpikir kritis.
1. Jangan percaya pada sesuatu yang
hanya karena orang lain tidak percaya, anda memilih ikut tidak percaya.
Kita mesti percaya pada hal-hal yang mendukung dan memiliki bukti yang jelas.
Tolstoy pernah mengatakan bahwa “salah tidak akan berhenti menjadi salah
meskipun kebanyakan orang berada pada titik itu” namun kecenderungan kita
adalah mudah mengikuti apa yang orang lain pahami tanpa mencari bukti yang
jelas serta mendukung. St.Augustine
mengatakan “Benar akan benar bahkan jika tidak ada yang melakukan itu; salah tetap salah bahkan jika
semua orang melakukannya.”
2. Jangan percaya sesuatu hanya karena
bersumber dari website yang besar atau istilah ilmiah atau persamaan. Ada
banyak di antara kita yang begitu melebih-lebihkan istilah yang terdengar
keren, topik utama, atau testimoni kontroversi. Cobalah luangkan waktu sejenak
untuk melihat lebih hati-hati bukti yang disajikan. Tidak ada pil ajaib yang
akan meningkatkan fungsi otak, tidak ada gelang magnet yang meningkatkan
stamina.
3. Jangan serta merta menolak
sumber hanya karena terkadang keliru, begitu pula dengan menerima sumber hanya
dengan kita percaya bahwa sumber itu valid. The New York
Times adalah salah satu sumber berita yang paling dapat diandalkan dan ketat terhadap
fakta yang dikumpulkan. Mereka membuat kesalahan dan mereka mencetak koreksi
setiap hari. Tapi secara keseluruhan, jika Anda membaca sesuatu di sana, ia
memiliki kemungkinan yang sangat tinggi menjadi benar. Kita kadang-kadang
mendapatkan berita yang benar, namun bagaimana, jika Anda membaca sesuatu di
sana, yang tidak mungkin untuk menjadi kenyataan. Misal, Elvis tidak hidup di
ruang angkasa mengitari bulan, dan Michelle Obama tidak memiliki saudara kembar
identik yang baru saja ditemukan.
4.
Periksa kembali apakah masuk akal atau tidak? Ada banyak klaim di sekitar kita.
Misalnya, ada mobil yang hanya butuh bahan bakar air. 150.000 anak perempuan di
AS meninggal setiap tahun dari anoreksia. Ternyata itu tidak benar: jumlah total
kematian anak perempuan dari semua penyebab dalam satu tahun hanya sekitar
8.500 (55.000 jika defini anda tentang anak perempuan termasuk wanita di bawah
usia 44)
5.
Korelasi belum tentu sebab-akibat. Dua hal dapat berubah bersama-sama, tapi itu
tidak berarti bahwa salah satu menyebabkan yang lain. Misalnya, penjual es krim
cenderung meningkat selama bulan ketika orang mengenakan celana pendek, tetapi
anda tidak ingin menyimpulkan bahwa makan es krim menyebabkan orang untuk
memakai celana pendek, atau yang mengenakan celana pendek, atau yang mengenakan
celana pendek menyebabkan orang untuk makan es krim. Faktor ketiga, suhu tinggi
dapat menjadi penyebab dari keduanya. Tapi tidak semua hal yang berubah
dipengaruhi oleh faktor ketiga. Dua peristiwa mungkin tidak berhubungan.
6.
Apakah bukti benar-benar mendukung kesimpulan? Di perusahaan ada manajer
investasi yang berusaha meyakinkan orang lain bahwa ia dapat melipat gandakan
uang anda dalam tiga tahun. Dia bercerita tentang pengalaman, gelar akademik serta
sistem yang ia kembangkan. Semua itu bukan jaminan bahwa mereka dapat melakukan
apa yang telah dijelaskan, mereka dapat menambahkan kredibilitas, namun itu
bukan jaminan. Ada banyak kemungkinan yang dapat terjadi.
7. Temukan titik kontrol. Sebuah pil mengklaim dapat menyembuhkan sakit kepala dalam waktu empat jam.
Setelah itu kita melihat bahwa orang sakit kepala setelah diberi pil melaporkan
bahwa sakit kepala mereka sedikit berkurang. Apa yang kita tidak ketahui adalah
berapa banyak sakit kepala akan merasakan sakit yang berkurang pada saat itu.
Untuk mengetahuinya, anda membutuhkan percobaan yang dapat dikontrol, satu
kelompok sakit kepala diberi pil dan satunya tidak diberi pil.
Maka, dengan membaca buku karya Daniel J ini kiranya dapat membantu kita dalam merenungkan pesan dari Mark Twain dan melihat dunia dengan sudut pandang dari anak usia empat tahun. Menjadi pembelajar seumur hidup dan menemukan hal-hal baru yang bermanfaat di masa yang akan datang.
Maka, dengan membaca buku karya Daniel J ini kiranya dapat membantu kita dalam merenungkan pesan dari Mark Twain dan melihat dunia dengan sudut pandang dari anak usia empat tahun. Menjadi pembelajar seumur hidup dan menemukan hal-hal baru yang bermanfaat di masa yang akan datang.