Kembali Melihat Kebosanan Dari Sudut Pandang Baru
INDOPOSITIVE.org — Anak-anak
dan kebosanan adalah dua hal yang kadang kita temui. Peneliti Karen Gasper dan
Brianna Middlewood, dari Pennsylvania State University, menemukan bahwa
individu dengan rasa bosan cenderung mencari dan terlibat dalam berbagai kegiatan-
hingga ia merasa akan lebih bahagia. Namun penelitian lainnya menjelaskan bahwa
kebosanan mengembangkan kemampuan bawaan mereka untuk menjadi kreatif. Dr
Teresa Belton, mengunjungi rekan di University of East Anglia, berfokus pada
hubungan antara kebosanan dan imajinasi. Dia mengatakan kepada BBC bahwa
kebosanan sangat penting untuk mengembangkan "stimulus internal,"
yang kemudian memungkinkan kreativitas sejati.
Keyakinan
populer bahwa kebosanan itu adalah hal buruk dan berpotensi merugikan merupakan
hasil dari studi masa lalu. Ada banyak yang mengira bahwa orang-orang dengan
"rawan kebosanan " memiliki kegembiraan
yang kurang dan mudah frustrasi. Tapi penelitian terbaru menemukan bahwa ketika
kita sedang bosan akan ada asosiasi dengan pikiran kreatif dan mendorong
seseorang untuk menemukan makna dan kepuasan yang lebih dalam.
Ini
juga penting untuk diingat bahwa ada perbedaan besar antara otak yang mati rasa
secara negatif dan rasa bosan yang konstruktif. Kebosanan konstruktif
merangsang kreativitas. Anak-anak dengan bosan konstruktif akhirnya beralih ke membaca
buku, atau membangun sebuah benteng, atau melakukan hal yang lain. Namun
sebenarnya, bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun demikian. Salah satu
penelitian yang mendukung hal tersebut adalah penelitian dari Sandi Mann yang
berjudul "Does Being Bored Make Us More Creative?" Pada penelitian tersebut
ditemukan bahwa ketika bosan ada kemungkinan seseorang mampu berpikir divergen
dan berbeda.
Bahkan
Para peneliti di Irlandia pada tahun 2001 percaya bahwa kebosanan dapat
menyebabkan kita untuk melakukan hal-hal altruistik. Dalam studi mereka mereka
menemukan bahwa ketika kita bosan, kita kurang merasa bermakna dalam kegiatan
dan keadaan kita saat itu. Hal tersebut memicu kita untuk mencari tempat lain
untuk membangun kembali makna diri kita. Para peneliti menemukan bahwa
kebosanan membuat orang lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku prososial
seperti menyumbangkan untuk amal dan mendaftar untuk donor darah untuk membantu
kembali membangun-perasaan diri makna.