Semangat Positif Tak Boleh Padam
INDOPOSITIVE.org ─ “Positive youth project itu apa yah bu?” tanyaku pada salah seorang
guru yang memberiku informasi tentang kegiatan luar biasa ini. Lalu ia
menjelaskan tentang apa- apa saja yang ia tahu tentang kegiatan itu nantinya. Sebenarnya aku sangat tertarik dengan
penjelasannya. Tapi, tak dapat kupungkiri aku tetap saja penasaran dan aku
tergerak untuk mencari informasi lebih lanjut tentang itu sekaligus juga untuk
mengisi formulir pendaftarannya.
“Oh...begitu” aku pun akhirnya sedikit
banyak tahu tentang kegiatan itu dan tentunya menambah semangat dan
ketertarikanku untuk join. Dan dengan
semangat yang selalu mengisi relungku
aku mulai mengisi formulir pendaftaran. Berbagai pertanyaan umum hadir pada
pertanyaan- pertanyaan awal seperti nama, asal sekolah, alamat dll. Tapi, makin
kebawah rasanya pertanyaannya semakin berbobot saja.
Dan pada akhirnya aku sampai pada
pertanyaan yang mengharuskanku untuk mengembara jauh ke belakang dan ke masa
depan. Pertanyaan yang memintaku untuk mengajukan suatu permasalahan dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan atau lingkungan. Dan tidak sampai
disitu saja ternyata kami juga harus menuliskan solusi kreatifnya. Aku pun
berpikir untuk beberapa saat tapi tak ada juga yang terpikirkan aku betul-
betul blank. Dan beberapa saat
kembali berlalu tapi sayang tak juga kutemukan satu pun ide. Hingga akkhirnya
aku memutuskan untuk menutup formulir pendaftaran itu dan melanjutkannya nanti.
Entah apa yang membuatku sama sekali
tidak dapat memikirkan satu pun ide saat itu. Semakin kucoba untuk memikirkan
masalah yang ada disekitarku malah selalu saja yang muncul adalah berbagai personal problem yang menyesakkan.
Inilah yang menjadi titik balik dan yang membuatku sadar bahwa ternyata selama
ini aku hanya peduli bahkan terlalu peduli pada diriku sendiri dan tidak pada
lingkungan sekitarku. Sepertinya prinsip just
me and my self sudah tertanam sangat kuat pada diriku hingga selama ini aku
tak memberi ruang pada diriku untuk berpikir sejenak dan membuka mata tentang
apa yang terjadi di lingkunganku.
Tentunya saat itu perasaan menyesal
sudah menghinggapiku tapi perasaan syukur kurasa lebih mendominasi karena jika
aku tak pernah menghadapi formulir yang mengharuskanku untuk berpikir tentag
masalah di lingkungan sekitarku serta solusinya mungkin aku akan selalu
tenggelam dalam diriku sendiri dan akan selalu enggan untuk mengintrospeksi
diri akan kesalahan besar yang selama ini kulakukan.
Dan tentu selama ada keinginan untuk
berubah ke arah yang lebih baik pasti akan ada jalan. Dan ternyata
hal itu dapat ku buktikan. Melalui obrolan- obrolan santai dengan ayah
yang aku panggil bapak aku mendapatkan sebuah ide. Ternyata tanpa aku sadari di
lingkunganku sudah tertanam budaya yang sangat berbau pesimistis. Budaya yang
membatasi ruang dan waktu. Budaya yang saya maksud adalah (larangan) untuk
bermimpi terlalu tinggi untuk kuliah di universitas- universitas terbaik di
negeri ini apalagi diluar negeri bagi remaja- remaja daerah pesisir pantai di sekitar
daerahku. Ini saya sebut sebagai masalah kebudayaan karena terjadi secara
terus- menerus dan sepertinya sudah membudaya alias turun-temurun.
Hal inilah yang coba ku bahas dan ku
olah untuk dipaparkan dalam formulir tersebut berikut solusinya. Yang akhirnya
membawaku ke- 3 hari yang sangat fantastis dalam hidupku.
Proses selama kegiatan berlangsung. |
Hero.. Hero. Hero... Masih
ingat dengan jelas kan teman- teman dan kakak- kakak keren? Slogan penyemangat
yang kini sudah tertanam dengan jelas dalam pikiran dan batinku dan tentu juga
kalian.
3 hari itu betul- betul menjadi hari
yang sangat menyenangkan bahkan lebih tepatnya hari- hari yang menginspirasi
hingga membawa aku dapat berbicara dan bercerita banyak kepada teman- teman sesampaiku di sekolah kembali.
Dan jujur aku tak pernah menyangka bahwa
antusias teman- temanku saat mendengar berbagai cerita yang ku lontarkan sangat
luar biasa. Dari awal bertemu dengan teman- teman PYP hingga perpisahan yang
menggiring air mata meleleh saat melangkah meninggalkan tempat pelaksanaan PYP
saat itu semuanya kuceritakan.
Dan moment penceritaan kembali itu
sangat menyentuh hatiku terlebih saat aku menceritakan tentang project yang ku
rencanakan, ternyata mereka lebih antusias lagi dan ketika kembali ku jelaskan
bahwa aku akan butuh bantuan mereka dan dengan senyum tulus mereka menjawab
dengan antusias yang lebih dan lebih lagi.
Inilah yang menjadi penyuntik semangat yang
luar biasa berharga bagiku. Ternyata masih banyak orang- orang yang baik dan
berpikir serta mau bertindak positif. Jadi, ayo teman- teman bangkitlah
sekarang, jangan terlalu banyak diam atau hanya bicara tapi bergeraklah. Salam semangat dan salam rindu dari
jauh.
*Atifatul Qalbi Kadir, penulis adalah peserta Positive Youth Project 2016
asal sekolah SMAN 11 Unggulan Pinrang