Catatan Selepas Positive Youth Project 2016
INDOPOSITIVE.org ─ Tiga
hari bersama 25 orang adik-adik SMA se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Melalui kegiatan yang telah kami gagas beberapa bulan sebelumnya, pada akhirnya
tanggal 29 April hingga 1 Mei pun kegiatan kami pun berjalan, Positive
Youth Project 2016. Saya menulis catatan ini beberapa saat setelah tiba
di rumah. Kami meninggalkan lokasi ATKP pada pukul lima sore setelah tiga orang
peserta asal Pinrang dijemput oleh mobil yang mereka sewa. Mereka bertiga telah
menunggu beberapa jam, panitia menghabiskan waktu dengan bermain game dan
membicarakan beberapa hal sederhana dalam kehidupan sehari - hari.
Peserta bersama Kak Ridwan selepas berbagi inspirasi. |
Saya
yang lahir di Pinrang, selalu merasa senang ketika mendengar dialek yang sudah
lama tak saya dengarkan. Saya hanya sekadar lahir di sana dan kemudian pindah
ke Soppeng. Mungkin, tidak lama lagi saya akan kembali menjenguk tiga kawan
saya itu dengan program sosial yang mereka rancang dan jalankan. Entah mengapa,
saya yang tak mudah percaya pada hal - hal seperti itu, tapi kemudian saya
perlahan berubah. Peserta sebanyak 25 orang itu mungkin merasa bahwa kegiatan
ini menjadi tempat mereka belajar dari berbagai materi yang disediakan. Akan
tetapi, kami pun sebenarnya belajar akan semangat mereka.
*
Dua
paragraf di atas terhenti saat saya tak lagi mampu menahan kantuk. Sepulang
kegiatan, saya makan dan kemudian membaca beberapa halaman saja. Menulis dua
paragraf saja, kemudian tertidur hingga saya terbangun pada pukul empat subuh.
Saya yakin kondisi tubuh ini mulai kelelahan. Namun secara psikis, saya
merasakan hal yang berbeda. Saya merasa lebih bersemangat, kurang peduli dengan
kondisi tubuh (meski pun saya merasa berdosa karena kurang memberikan hak pada
tubuh saya beberapa hari belakangan ini). Tapi, dengan apa yang saya temukan
pada 25 orang peserta itu, saya belajar untuk jauh lebih kuat.
Bukan
hanya dari peserta, tapi juga dari tim kegiatan ini yang totalnya berjumlah 15
orang. “Totalitas mengalahkan kuantitas” kata salah seorang dari mereka. Saya
tentu saja setuju, sebab mereka benar-benar membuktikan pernyataan itu. Sehari
setelah kegiatan berlangsung (hari ketika saya melanjutkan tulisan ini),
melalui grup facebook dan line, satu demi satu mulai memperlihatkan langkah
yang mereka pilih. Mereka merancang dan menjalankan program yang diceritakan
pada saat kegiatan tiga hari kemarin. Mengirimkan foto, cerita, dan tetap
berbagi semangat.
Persiapan sebelum outbound di hari terakhir. |
Terlalu
dini untuk mengatakan jika kegiatan ini berhasil. Namun, saya tetap saja
optimis. Mereka yang akan menentukan keberhasilan ini secara utuh. Jika selama
ini saya mengutuk perilaku anak SMA yang mulai hancur karena pengaruh kondisi
kekinian, saya pun dipertemukan 25 orang itu. Mereka membawa kekuatannya
masing-masing, yang perlahan membuat saya paham, jika kita masih selalu punya
kesempatan untuk lebih baik. Mereka
menolak keras keyakinan saya akan citra pelajar yang tak lagi peduli dengan
sesama.
*
Acara
hanya berlangsung tiga hari, namun sebenarnya tiga hari itu adalah awal. Mereka
punya tekad, dan saya anggap mereka akan menjadi titik demi titik dalam
menciptakan garis perubahan baru di lingkungannya. Di hari kedua, saya
berterima kasih kepada kak Ridwan. Beliau telah memberikan pengaruh dan
gambaran semangat tulus dalam mengabdi dan bentuk peduli yang luar biasa.
Seorang peserta bahkan mengatakan, “Kak Ridwan seperti malaikat!”
Kami
juga mengundang Pak Nurdin sebagai sosok pemimpin yang telah memberikan
pengaruh di Sulawesi Selatan, namun sayangnya beliau harus menunaikan salah
satu kewajibannya di luar kota. Semoga di kegiatan selanjutnya, akan ada banyak
sosok yang mampu memberi penguatan terhadap semangat untuk peduli. Ada Kak
Aslan Abidin yang telah membuka paradigma mereka untuk mulai rajin membaca.
Salah
seorang peserta dari daerah, sebelum pulang memutuskan untuk mampir di salah
satu toko buku yang ada di dalam pusat perbelanjaan. Ia kemudian membeli
beberapa buku, ia mulai menentukan target baca dan usaha untuk menjadi lebih
baik. Kak Aslan juga mengenalkan Borges kepada mereka. Ia atau mereka, tidak
akan masuk dalam pernyataan Jorge Luis Borges, “Kebodohan itu Massal”. Mereka
siap untuk belajar dan berbuat lebih baik.
*
Saya
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan
ini. Program ini masih berlanjut, dan akan selalu ada. Demi mereka yang tetap
percaya, bahwa kebaikan akan selalu punya tempat hingga pada akhirnya memilih
untuk menjadi bagian dari kami. Kegiatan ini punya banyak kekurangan, namun ini
layak untuk tetap diperjuangkan. Kami sendiri pun berharap kegiatan ini akan
menjadi agenda tahunan.
Saya
mendengarkan lagu “Tanah Airku” dan mengingatkan saya pada hari terakhir kami
di lokasi kegiatan. Saat itu, saya tak mampu menahan air mata lalu memilih
meneteskannya. Beberapa peserta melakukan hal yang sama. Semua itu bukan karena
kami sedih, tapi kami sedang merasakan keresahan bercampur kerinduan untuk
melihat ibu pertiwi kembali jaya dan selalu ada di dalam hati kita masing -
masing. Dan kita bukanlah sebatas perkataan, melainkan juga perbuatan. Selamat
berbuat dan bermanfaat!
*Wawan Kurniawan, Kordinator Tim Positive Youth Project.