Siasat Untuk Terus Bahagia
INDOPOSITIVE.org - Masih
ingat dengan pengalaman buruk yang pernah terjadi dalam kehidupan Anda? Ditolak
saat mendaftar masuk di universitas, kecelakaan dalam berkendara, dimusuhi oleh
teman atau patah hati karena putus dengan kekasih? Lalu, bagaimana dengan
perasaan Anda sebelum mengalami kejadian tersebut, bagaimana perasaan Anda pada
saat kejadian tersebut terjadi dan apa yang Anda rasakan sekarang?
Hidup
yang kadang seperti roller coaster
ini memang menantang. Kejadian buruk bisa saja datang saat semua hal terasa
baik-baik saja. Tapi kemungkinan yang sam berlaku untuk setiap kejadian baik.
Misalnya, mendapat tiket liburan ke Eropa selama sebulan, mendapat promosi di
tempat kerja atau bertunangan dengan kekasih. Secara emosional, perasaan kita
tentu akan berbeda baik sebelum, pada saat terjadi dan setelah kejadian
tersebut. Lalu bagaimana dengan kebahagiaan kita, sebagai manusia setelah
mendapat kejutan hidup baik positif maupun negatif?
Brickman,
Coates dan Janoff-Bulman melakukan sebuah penelitian yang disebut “Lottery Winners and Accident Victims: Is Happiness Relative?”
pada tahun 1978. Untuk menguji sebuah teori hedonic
treadmill, membandingkan kebahagiaan antara kelompok yang memenangkan
lottery, kelompok kontrol, dan kelompok yang mengalami kecelakaan. Hasil
membuktikan bahwa, setelah membandingkan perasaan sebelum, pada saat dan
setelah kejadian berlangsung, tingkat kebahagiaan ketiga kelompok akan kembali
pada titik rata-rata. Semuanya nyaris sama.
Hedonic Treadmill pada awalnya dikemukakan oleh seorang psikolog asal
British, Michael Eysenck pada tahun 1990. Eysenck membandingkan antara mengejar
kebahagiaan dengan orang yang berlari di treadmill, yang harus terus berjalan
dan tetap pada tempatnya. Orang akan terus mengejar keinginan-keinginan mereka,
tanpa sadar bahwa keinginan tidak akan pernah habis, seperti tanpa batas.
Hedonic treadmill biasa juga disebut dengan hedonic adaptation merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bahwa
manusia akan cenderung kembali pada titik yang relatif stabil baik setelah
melalui kejadian positif atau kejadian negatif dalam hidup mereka. Manusia
merupakan mahluk adaptable. Mampu
menyesuaikan diri secara psikologis sepanjang waktu setelah melalui berbagai
situasi dalam hidup. Hal ini tentu baik setelah kita mengalami kejadian buruk.
Namun apakah itu berarti bahwa kebahagiaan kita tidak akan berkembang? Apakah
kita akan selamanya berjalan pada treadmill masing-masing?
Ternyata
dalam Psikologi Positif dapat memberikan kita penjelasan lain. Kebahagiaan
dapat ditingkatkan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menjadi Pribadi
yang bersahaja dengan menolong sesama, aktif dalam kegiatan sosial dapat
meningkatkan kebahagiaan. Tidak hanya itu, mengucapkan terimakasih dan merasa
bersyukur dalam hidup juga membuat seseorang merasa lebih bahagia. Penelitian
yang dilakukan oleh Lyubomirsky, Sheldon dan Schade pada tahun 2005, selama
enam minggu, subjek melakukan hal-hal yang berhubungan dengan menolong dan
bersyukur dapat meningkatkan kebahagiaan.
Apakah
Anda akan tetap berlari pada hedonic treadmill atau memilih untuk sadar dan mencari track lain? Selamat
beraktivitas.
Penulis : Nurul Fitroh
Editor : Nurul Fitroh
Penulis : Nurul Fitroh
Editor : Nurul Fitroh