Pengertian Konformitas Menurut Psikologi dari Beberapa Ahli



Konformitas adalah fenomena psikologis di mana individu mengubah perilaku atau keyakinannya agar sesuai dengan norma atau harapan kelompok sosialnya. Konformitas dapat terjadi dalam berbagai situasi, seperti di tempat kerja, dalam keluarga, atau bahkan dalam situasi yang lebih ekstrem, seperti dalam kasus terorisme atau fanatisme agama.


Beberapa ahli psikologi telah mempelajari konformitas dan menyediakan pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena ini. Artikel ini akan membahas pengertian konformitas menurut psikologi dari beberapa ahli.


1. Solomon Asch

Solomon Asch adalah psikolog sosial Amerika Serikat yang terkenal karena penelitiannya tentang konformitas pada tahun 1950-an. Dalam eksperimennya, ia menunjukkan bahwa orang sering mengikuti mayoritas, bahkan jika itu berarti mengabaikan bukti nyata di depan mereka.

Dalam eksperimen Asch, peserta diberikan tugas untuk menilai panjang garis yang sama dengan garis acuan. Namun, para peserta ditempatkan dalam kelompok di mana mayoritas memberikan jawaban yang salah. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak peserta mengikuti mayoritas, meskipun mereka tahu bahwa jawaban yang diberikan kelompok tersebut salah.


2. Muzafer Sherif

Muzafer Sherif adalah psikolog sosial Turki-Amerika yang mempelajari konformitas pada tahun 1930-an dan 1940-an. Dia menunjukkan bahwa ketika individu ditempatkan dalam kelompok, mereka cenderung untuk menyesuaikan perilaku dan keyakinan mereka dengan kelompok itu.

Dalam eksperimennya, Sherif memerintahkan peserta untuk mengukur seberapa jauh titik cahaya bergerak di ruangan gelap. Namun, ketika peserta ditempatkan dalam kelompok dan diminta untuk melakukan tugas serupa, mereka mulai saling menyesuaikan persepsi mereka, bahkan jika itu berarti mengabaikan kenyataan yang nyata.


3. Stanley Milgram

Stanley Milgram adalah psikolog sosial Amerika Serikat yang terkenal karena penelitiannya tentang otoritas dan kepatuhan pada tahun 1960-an. Dalam eksperimennya, ia menunjukkan bahwa individu cenderung patuh pada otoritas, bahkan jika itu berarti melakukan tindakan yang merugikan orang lain.

Dalam eksperimen Milgram, peserta diminta untuk memberikan "siksaan" listrik pada orang yang salah dalam situasi simulasi. Meskipun peserta tahu bahwa tindakan mereka dapat menyebabkan rasa sakit yang parah pada orang lain, banyak dari mereka tetap melanjutkan tugas mereka karena mereka dipaksa untuk melakukannya oleh "otoritas" yang mereka anggap lebih tinggi dari mereka.


4. Herbert Kelman

Herbert Kelman adalah psikolog sosial Amerika Serikat yang mempelajari konformitas pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dia menunjukkan bahwa konformitas dapat terjadi dalam berbagai situasi, termasuk dalam situasi konflik.

Dalam penelitiannya, Kelman mengidentifikasi tiga jenis konformitas:

  • Konformitas Kepatuhan: individu mengikuti norma kelompok karena takut kehilangan dukungan sosial atau mengalami konsekuensi negatif jika tidak mengikuti norma tersebut.
  • Konformitas Identifikasi: individu mengadopsi keyakinan atau perilaku kelompok untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut dan merasa diterima.
  • Konformitas Internalisasi: individu mengadopsi norma kelompok karena percaya bahwa norma tersebut benar dan rasional.


5. Irving Janis

Irving Janis adalah psikolog sosial Amerika Serikat yang mempelajari konformitas dalam situasi kelompok yang menentang seseorang yang berbeda pendapat. Dalam penelitiannya, ia mengidentifikasi fenomena yang disebut "groupthink", di mana kelompok cenderung mengambil keputusan yang tidak rasional karena keinginan untuk menghindari konflik dan menjaga harmoni dalam kelompok.

Dalam situasi groupthink, individu dalam kelompok cenderung menahan diri dari mengemukakan pendapat yang berbeda dan mengikuti mayoritas, bahkan jika itu berarti mengabaikan informasi yang relevan atau fakta.


Kesimpulan

Pengertian konformitas menurut psikologi dari beberapa ahli menunjukkan bahwa fenomena ini dapat terjadi dalam berbagai situasi dan dengan berbagai alasan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konformitas, termasuk keinginan untuk diterima, kepatuhan pada otoritas, ketakutan kehilangan dukungan sosial, dan keinginan untuk menjaga harmoni dalam kelompok.

Pemahaman tentang konformitas dapat membantu kita memahami mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan dan mengapa orang kadang-kadang berperilaku di luar karakter mereka. Ini juga dapat membantu kita untuk mempertimbangkan bagaimana kita mempengaruhi orang lain dan bagaimana kita dapat mengurangi tekanan konformitas dalam kehidupan sehari-hari kita.




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel