Model Mode: Konsep yang Menjelaskan Sikap

 



 

Model MODE ini tidak menjelaskan persuasi (yaitu, bagaimana sikap terbentuk atau berubah); melainkan menjelaskan bagaimana caranya sikap, setelah terbentuk, beroperasi. Ini berfokus pada aktivasi sikap otomatis.

Hubungan antara objek sikap dan evaluasinya bervariasi dalam kekuatan, semakin kuat hubungannya, semakin mudah sikap seseorang. Aksesibilitas sikap memiliki beberapa implikasi praktis. 

Sikap yang dapat diakses mempengaruhi persepsi objek sikap, memfasilitasi penilaian sikap yang konsisten tentang informasi yang relevan. Sikap yang mudah diakses menolak kontradiksi, jadi mereka bertahan.

Selain itu, sikap yang mudah dijangkau mengabaikan sedikit variasi dalam objek sikap, membuat sikap secara fungsional kuat untuk penilaian objek. Aksesibilitas terkadang berperan penting dalam menjelaskan perilaku seseorang, tetapi terkadang juga tidak memberikan penjelasan yang banyak.

Dalam kondisi apa aksesibilitas ini dapat menjadi penting sebagai moderator dalam menjembatani antara sikap atau norma dan hasilnya. Fazio (dalam Ewoldsen, Rhodes, & Fazio, 2015) mengatakan bahwa MODE model menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk memahami kapan aksesibilitas akan memberikan mekanisme penjelasan yang berguna dan kapan aksesibilitas akan kurang penting karena proses deliberatif sedang berjalan.

Sedangkan MODE model secara tradisional berfokus pada aksesibilitas sikap, mekanisme yang diuraikan oleh model MODE harus beroperasi dengan cara yang sama saat mempertimbangkan aksesibilitas norma. 

Asumsi utama penelitian tentang aksesibilitas adalah bahwa aksesibilitas tinggi terhadap sikap atau norma akan secara otomatis diaktifkan dari memori dan mempengaruhi bagaimana objek dan situasi yang relevan dianggap dan mempengaruhi perilaku melalui proses ini.

Ini menunjukkan bahwa ketika sikap atau norma diaktifkan, itu lebih mungkin untuk mempengaruhi perilaku dengan mempengaruhi bagaimana informasi yang ambigu diinterpretasikan dan perilaku apa yang dianggap dapat diterima.

Namun, penelitian menemukan bahwa pengaruh proses otomatis dapat dikontrol. Mengontrol proses otomatis membutuhkan sumber daya kognitif. Saat motivasi rendah, orang cenderung membuat keputusan berdasarkan informasi apa yang terlintas dalam pikiran tercepat. Dalam situasi ini, informasi yang lebih dapat diakses dari memori lebih cenderung memengaruhi keputusan dan perilaku seseorang.

Sebaliknya, ketika seseorang memiliki motivasi yang tinggi, orang tersebut akan menyediakan lebih banyak sumber daya dalam membuat keputusan, dan mencari secara aktif dari memori (atau lingkungan) informasi seperti keyakinan, sikap, dan norma yang relevan dengan keputusannya, serta menggunakan lebih banyak informasi saat membuat keputusan itu. 

Dalam situasi ini, informasi yang dapat diakses berperan dalam pengambilan keputusan, tetapi pengaruh relatif dari informasi yang dapat diakses kemungkinan besar akan berkurang karena ada tambahan informasi dalam membuat keputusan dengan cara yang lebih deliberatif.

 Selain motivasi untuk memproses, peluang untuk memproses juga merupakan penentu penting dalam pemrosesan. Saat seseorang disediakan sedikit kesempatan untuk mempertimbangkan informasi yang tersedia, ia cenderung lebih mengandalkan informasi yang dapat diakses dan cepat muncul dalam pikiran.

Tanpa kesempatan yang memadai, bahkan jika seseorang termotivasi, orang tersebut tidak akan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan deliberatif pada waktu itu. 

Sehingga, kesempatan untuk mempertimbangkan informasi yang tersedia — sebagai kebalikan dari informasi yang dapat diakses — diperlukan jika seseorang akan mengontrol efek dari informasi yang diaktifkan secara otomatis saat membuat keputusan. Faktor seperti waktu dan sumber daya kognitif yang tersedia juga dapat memengaruhi kesempatan seseorang untuk membuat penilaian deliberatif.

Jadi berdasarkan model MODE, ketika seseorang sangat termotivasi dan orang tersebut memiliki kesempatan yang cukup untuk mempertimbangkan informasi yang tersedia, orang tersebut kemungkinan besar akan mempertimbangkan informasi yang tersedia dan kecil kemungkinannya untuk hanya mengandalkan informasi yang dapat diakses saat membuat keputusan. 

Namun, di saat motivasi atau kesempatan rendah, atau keduanya rendah, maka orang tersebut lebih mungkin membuat keputusan berdasarkan informasi yang sangat dapat diakses dari memori seperti sikap atau norma yang dapat diakses.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel