Kecerdasan Emosional dan Masa Depan



Masa depan dan harapan seakan menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Manusia kerap ingin memastikan keduanya. Hanya sedikit manusia yang berani untuk abai atau menghiraukan dua hal tersebut. Dengan alasan masa depan, orang-orang rela melakukan apa saja untuk mencapainya. Bahkan, untuk menghadapi masa depan, orang-orang telah membuat daftar keterampilan yang mesti dimiliki. Saya tak tahu apakah itu akan menjadi beban atau tidak, namun seperti itulah adanya. 

Laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengengai pekerjaan di masa depan, proporsi dari keterampilan inti yang dibutuhkan ukemungkinan berubah sekitar 42 persen. Hal ini pun diikuti dengan 10 daftar keterampilan yang akan sangat dibutuhkan dalam menghadapi masa depan. Untuk tahun 2022 misalnya, terdapat sejumlah keterampilan yang mesti dimiliki:

  1. Daya pikir analitis dan inovatif
  2. Pembelajar yang aktif dan strategis
  3. Kreativitas, originalitas, dan inisiatif
  4. Kemampuan programing dan teknologi desain
  5. Kemampuan analitis dan daya pikir kritis
  6. Kemampuan memecahkan masalah sulit
  7. Kepemimpinan dan kemampuan memberikan pengaruh di lingkungan sosial
  8. Kecerdasan emosional
  9. Logika penyelesaian masalah
  10. Kemampuan analisis sistem dan evaluatif

Di antara 10 daftar tersebut, saya hendak membahas tentang poin kedelapan, yaitu kecerdasan emosional. 

Kecerdasan Emosional

Istilah ini sudah sejak lama dikembangkan namun hal ini menjadi lebih terkenal setelah Daniel Goleman menyusun sebuah buku psikologi populer untuk menjelaskan konsep tersebut. Namun, jika ingin memahami kecerdasan emosional secara umum, buku tersebut dapat membantu khalayak dalam memahami istilah tersebut. Lewat buku itu pula, kita bisa meyakini bahwa kecerdasan emosional dapat dikembangkan. Meskipun ada beberapa peneliti yang menolak hal tersebut, lantaran paham jika kecerdasan emosional berasal dari pengaruh gen. 

Beberapa orang bahkan berpikir jika kecerdasan emosional lebih penting dibanding IQ. Faktanya, antara kecerdesan emosional dan IQ, sama-sama dibutuhkan dalam menghadapi berbagai hal yang ada dalam perjalanan hidup seseorang. Dari 10 poin keterampilan yang sebelumnya disebutkan, IQ pun memiliki peran dalam mewujudkan hal-hal tersebut. Hanya saja, pada bagian paling mendasar, kecerdasan emosional mampu menjadi penopang untuk meraih atau mengembangkan keterampilan lainnya. Mengapa demikian?

Pasalnya, kecerdasan emosional secara tidak langsung membawa seseorang pada kondisi memahami situasi lebih mendalam. Dengan adanya keterampilan tersebut, kita dapat memahami emosi yang terjadi dalam diri dan juga mengetahui emosi orang lain. Dua hal tersebut tentu saja adalah hal yang tidak mudah. 

Peter Salovey dan John D.Mayer merupakan dua tokoh yang menjadi peneliti yang berfokus pada kecerdasan emosional. Dalam sebuah makalahnya, dijelaskan bila terdapat empat tahapan kecerdasan emosional. Tahapan itu juga bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berpikir, tahapan ini akan membawa seseorang dalam kondisi kecerdasan emosional yang lebih baik. Pertama, kemampuan untuk mengenali emosi secara fisik, rasa dan pikir. Kedua, kemampuan untuk mengenali emosi orang lain dengan memanfaatkan berbagai cara yang ada di sekitarnya. Ketiga,  kemampuan untuk menyampaikan emosi yang ada di dalam diri. Dan terakhir, kemampuan membedakan ungkapan yang menjelaskan antara yang tepat dan tak tepat. 

Mari kita membayangkan masa depan akan seperti apa? Semakin beragam dan banyak kemungkinan, akan sangat dibutuhkan kematangan emosi yang tentu saja dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain? Kecerdasan emosional akan memainkan peran penting dalam hal-hal seperti itu. Selanjutnya, mari kita mulai membahas bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosional. 



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel