Mengenal 2 Proses Berpikir yang Kita Miliki
Proses berpikir menjadi hal yang terus berlangsung dan berkembang dalam diri seseorang. Manusia memandang berbagai hal di sekitarnya dengan melibatkan proses kognitif.
Berbagai perilaku juga akan sangat bergantung pada cara berpikir yang digunakan. Kita tentu mengenal istilah kesan pertama. Pada bagian ini, kita bisa melihat betapa cepatnya seseorang memproses informasi dan kesimpulan terhadap hal-hal yang ada di hadapannya.
Meski sebenarnya, kecepatan
dalam memproses informasi tidak selamanya menjadi hal yang positif. Ada masa
ketika informasi butuh diproses lebih lama.
Maraknya hoaks atau penyebaran berita palsu menjadi salah satu masalah yang hadir akibat proses tersebut. Setelah kasus Covid-19 merebak di Indonesia, sejumlah informasi palsu kian meningkat tentang virus tersebut.
Berdasarkan data
Kementerian Komunikasi dan Informatika, sejak awal pandemi hingga 5 Mei 2020,
terdapat 1.401 konten hoaks dan disinformasi Covid-19 beredar masyarakat.
Hingga sekarang, konten tersebut masih terus diproduksi.
Pada kondisi seperti itu, seseorang butuh waktu lebih lama untuk memahami atau melakukan proses mendalam terkait sebuah informasi. Langkah ini diduga dapat menjadi upaya dalam memerangi perkembangan berita palsu atau konten hoaks yang ada.
Melihat kondisi tersebut, kita bisa melihat bahwa cara berpikir manusia memiliki sistem yang menarik untuk dikaji. Apakah informasi yang diterima dengan cepat atau yang diterima dengan lambat akan baik untuk seseorang?
Selain itu, menarik
untuk melihat apa yang menjadi motif di balik proses berpikir seseorang.
Dalam
kajian psikologi sosial kognitif hal ini dipelajari dan terus dikembangkan
melalui berbagai penelitian. Kajian kognisi sosial melibatkan persepsi,
interpretasi dan pemrosesan informasi sosial yang mendasari interaksi sosial
dan termasuk persepsi emosi, persepsi sosial, pengetahuan sosial dan bias
atribusi (Addington dkk, 2010).
Proses
berpikir yang terjadi di sekitar kita melibatkan kedua proses ini, antara
otomatis dan terkontrol. Adapun penjelasan dari kedua proses tersebut adalah
sebagai berikut:
Pertama, Automatic Process
Automatic
process merupakan kemampuan yang dapat dilakukan seseorang secara berulang yang
tidak perlu membutuhkan usaha mental secara lebih (Read, 2004). Atas hal
tersebut, proses ini kerap disebut sebagai proses yang lebih efisien dalam
merespon berbagai hal yang ada di lingkungan sosial kita (Fiske dan Taylor,
2013).
Posner dan Snyder (1975) menjelaskan bahwa pemrosesesan informasi yang terjadi secara otomatis setidaknya memiliki standar sebagai berikut (a) terjadi tanpa ada niat. Dalam sejumlah eksperimen priming, dampak tejadi tanpa adanya niat atau tujuan dasar dari partisipan penelitian. Kata pemicu atau prime ini ditayangkan dengan sangat cepat sehingga partisipan tidak menyadarinya. (b) Tersembunyi dari kesadaran, sebagaimana ditunjukkan dampak-dampak priming sebagian besar tidak disadari. Kita tidak “berpikir” mengenai pemrosesan otomatis,.dan (c) tidak mengganggu dan berlanjut secara paralel dengan aktivitas mental lainnya yang sedang berlangsung. Kita dapat membaca kata-kata atau mengikat tali sepatu tanpa berpikir.
Tindakan-tindakan tersebut terjadi secara otomatis dan tanpa memerlukan usaha. Selain itu, Hasher dan Zacks (1984) menjelaskan bahwa proses informasi otomatis tidak muncul dari proses latihan, tidak berubah berdasarkan usia dan perbedaan individu, serta tidak dipengaruhi faktor keadaan, gairah, atau situasional.
Secara
sederhana, proses ini merupakan sesuatu yang tidak disengaja, tidak terkendali,
efisien, otonom, dan berada di luar kesadaran (tidak sadar) (Chen dan Bargh,
1997), serta tidak bergantung pada tujuan, murni didorong oleh stimulus yang
ada dan terjadi dengan cepat (Moors & De Houwer, 2006).
Kedua, Control Processes
Control
processes merupakan kondisi di mana seseorang menerima informasi dengan
melibatkan aktivitas kognitif yang disengaja. Proses yang mengharuskan kita
memikirkan lebih rinci (Schneider,1977).
Proses yang terkontrol mengharuskan kita untuk memikirkan situasi, mengevaluasi, dan membuat keputusan dengan lebih cermat dan fokus.
Forster dan Lavie (2008) menemukan bahwa kemampuan untuk fokus pada tugas dipengaruhi oleh kapasitas pemrosesan dan beban perseptual.
Proses tersebut berlangsung selama proses terkontrol terjadi dalam diri seseorang. Proses berpikir seseorang dapat beroperasi secara otomatis atau terkendali, atau di antara keduanya.
Proses paling otomatis terjadi tanpa upaya, kesadaran, kontrol, niat, atau penggunaan kapasitas. Pemrosesan isyarat sosial (wajah, konsep) subliminal dan prasadar mempengaruhi asosiasi kognitif, reaksi afektif, dan perilaku.
Referensi:
Addington, J., Girard, T. A., Christensen, B. K., &
Addington, D. (2010). Social cognition mediates illness-related and
cognitive influences on social function in patients with schizophrenia-spectrum
disorders. Journal of Psychiatry and Neuroscience, 35(1),
49-54. doi:10.1503/jpn.080039
Chaiken,
S., & Trope, Y. (Eds.). (1999). Dual-process theories in social
psychology. Guilford Press.
Chen, M., & Bargh, J. A. (1997). Nonconscious behavioral confirmation processes: The self-fulfilling consequences of automatic stereotype activation. Journal of Experimental Social Psychology, 33(5), 541-560.
Forster, Sophie; Lavie, Nilli (2008). Failures to ignore
entirely irrelevant distractors: The role of load. Journal of Experimental Psychology:
Applied. 14 (1): 73–83.
Fiske, S.
T., & Taylor, S. E. (2013). Social cognition. Mcgraw-Hill Book
Company.
Fiske, S.
T., & Neuberg, S. L. (1990). A continuum of impression formation, from
category-based to individuating processes: Influences of information and
motivation on attention and interpretation. In Advances in experimental
social psychology(Vol. 23, pp. 1-74). Academic Press.
Hasher, L., & Zacks, R. (1984). Automatic processing of
fundamental information. The American Psychologist, 12,
1372–1388.
Moors, A., & De Houwer, J. (2006). Automaticity: a theoretical and conceptual analysis. Psychological bulletin, 132(2), 297.
Posner, M. I., & Snyder, C. R. R. (1975). Attention and cognitive control. In R. L. Solso (Ed.), Information processing and cognition: The Loyola symposium (pp. 55–85). Hillsdale, IN: Erlabaum
Greenwald, A. G., Draine, S. C., & Abrams, R. L. (1996). Three cognitive markers of unconscious semantic activation. Science, 273(5282), 1699-1702.
Schneider, Shiffrin (1977). "Controlled Automatic Human Information Processing" (I. Detection, Search, and Attention).