5 Pengaruh Puasa Terhadap Kondisi Otak Kita



Selama bulan ramadhan ini, umat muslim menjalankan ibadah puasa. Puasa dapat menjadi ruang untuk belajar berempati dan kontrol diri. Namun sebenarnya, ibadah puasa tidak hanya dijalankan oleh umat muslim.

Ada beberapa agama dan keyakinan tertentu yang juga melaksanakan ibadah puasa. Hanya saja dengan waktu dan cara yang berbeda pula. Agama Buddha misalnya, puasa yang mereka jalankan disebut dengan istilah Uposatha. Mereka boleh minum tapi tidak boleh makan dan tanggalnya berdasarkan perhitungan kalender Buddhis.

Tak sedikit pula penelitian yang mengkaji manfaat puasa secara psikologis. Beberapa penelitian psikologi menarik untuk dikaji dan dipahami. Kali ini mari melihat manfaat puasa bagi kesehatan, khususnya otak kita berdasarkan penelitian-penelitian yang ada.

1. Puasa dapat menjaga stabilitas keterampilan motorik dan memori spasial. 

Menurut penelitian, puasa mampu meningkatkan produksi protein yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF), otak juga membangun lebih banyak neuron (sel otak) untuk membantu otak dapat bekerja secara efisien. Studi menunjukkan bahwa saat neuron baru terbentuk, itu akan menunda timbulnya penurunan keterampilan motorik dan memori spasial dan mengembalikan kapasitas mental.

Selama puasa, jumlah mitokondria dalam sel-sel saraf meningkat untuk meningkatkan kemampuan neuron untuk membentuk dan memelihara koneksi, yang menghasilkan peningkatan pembelajaran dan memori.

2. Puasa dapat menjaga kondisi sel-sel otak yang kita miliki

Fenomena yang sangat menarik yang ditemukan selama puasa dikenal sebagai autophagy ketika otak memecah sel tua dan rusak dan mendaur ulangnya menjadi yang baru. Melalui proses tersebut, racun dikeluarkan dari otak menunda perkembangan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson dan Huntington.

Sebagian besar temuan ini telah dikonfirmasi pada hewan laboratorium karena studi terkontrol pada otak manusia sulit dilakukan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam PNAS pada tahun 2003 menunjukkan bahwa - pada tikus setidaknya - puasa intermiten berkorelasi dengan resistensi yang lebih baik terhadap stres dan umur yang lebih lama. Eksperimen dengan tikus telah menunjukkan kaitan yang jelas dari autophagy segera setelah pembatasan makanan dan meningkatkan fungsi mental pada hewan yang menua.

Peneliti melakukan eksperimen dengan tikus lab dan menunjukkan bahwa hewan yang berpuasa memiliki keseimbangan yang lebih baik dan memiliki perilaku yang terampil lebih cepat daripada hewan yang bebas makan sebanyak yang mereka inginkan. Penelitian ini diterbitkan dalam Aging Research Reviews pada 2006.

3. Puasa dapat memperbaiki mood kita

Telah diamati juga oleh para ilmuwan bahwa setelah beberapa hari puasa, tubuh beradaptasi dengan kelaparan dan mulai melepaskan katekolamin dalam jumlah tinggi termasuk adrenalin, norepinefrin, dan dopamin ke dalam otak.

Hormon-hormon dan neurotransmitter ini diproduksi sebagai hasil dari respons melawan atau lari yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas dan mereka bertindak sebagai peningkat suasana hati. Untuk orang dengan depresi, dokter meresepkan obat yang menambah bahan kimia yang terasa enak ini diproduksi secara alami melalui puasa.

4. Puasa dapat mengurangi depresi dan kecemasan

Beberapa penelitian telah menunjukkan penyembuhan skor gejala depresi dan kecemasan pada 80% pasien setelah beberapa hari puasa. Ini karena peningkatan jumlah pelepasan endorfin yang dimulai setelah puasa.

5. Puasa dapat menciptakan pola tidur yang lebih baik

Penelitian juga menunjukkan peningkatan pola tidur pada pasien dengan insomnia dibandingkan dengan tingkat sebelum puasa dan kemungkinan penurunan migrain karena kadar serotonin naik. Penelitian telah menunjukkan juga bahwa anak-anak yang menderita kejang epilepsi memiliki insiden kejang yang lebih sedikit ketika ditempatkan pada diet pembatasan kalori atau jika puasa dapat melawan sinyal yang terlalu bersemangat yang ditunjukkan pada otak epilepsi.

Temuan ini terbukti dari penelitian yang dilakukan sebagian besar dalam dua puluh tahun terakhir dan diterbitkan di beberapa jurnal penelitian internasional terkemuka. Setelah mengamati begitu banyak manfaat puasa pada tubuh dan otak.

Sekiranya, puasa dapat menjadi ibadah yang mampu memberikan efek besar bagi kehidupan kita. Semoga proses yang kita alami selama menjalankan puasa dapat memberi kita hasil yang maksimal.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel