Delusi: Pengertian, Penyebab, Kondisi Terkait, dan Jenis-Jenisnya



Apa itu delusi? Pertanyaan ini sering kita lontarkan namun sulit untuk dijelaskan. Tentu saja, menjelaskan delusi bukan hal yang mudah.

Pengertian


Delusi kerap kali dikaitkan dengan penyakit skizofrenia, namun sebenarnya delusi tidak hanya berkutat pada masalah itu saja. Secara sederhana, delusi merupakan sebuah keyakinan kuat atas sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan.

Delusi atau Waham adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam realitas.

Dalam ilmu psikiatri, delusi diartikan sebagai kepercayaan yang bersifat patologis (hasil dari penyakit atau proses sakit) dan terjadi walaupun terdapat bukti yang berkebalikan. Sebagai penyakit, delusi berbeda dari kepercayaan yang berdasar pada informasi yang tidak lengkap atau salah, dogma, kebodohan, memori yang buruk, ilusi, atau efek lain dari persepsi. Delusi menyudutkan seseorang untuk melakukan tindakan yang mengacaukan situasi.

Seseorang bertindak berdasarkan persepsi salah yang membuat kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali orang tersebut justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga menguatkan rasa takut. Meskipun ada bukti yang bertentangan, individu dengan delusi tidak bisa melepaskan keyakinan mereka. Delusi sering diperkuat oleh kesalahan interpretasi atas peristiwa.

Penyebab


Peneliti belum bisa memastikan secara tepat apa yang menjadi penyebab dari seseorang mengalami delusi. Namun sejauh ini terdapat beberapa kemungkinan yang dianggap menjadi penyebab dari kemunculan delusi. Faktor genetik, biologis, psikologis dan kondisi lingkungan berperan dalam hal ini.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat skizofrenia , mungkin akan mengalami kemungkinan lebih besar mengalami delusi. [1]

Selain itu struktur otak pun menjadi salah satu penyebab dari muncul kemungkinan delusi yang dialami seseorang. Ketidakseimbangan neurotransmiter (pembawa pesan kimiawi di otak) dapat meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan mengalami delusi.

Trauma dan stres juga dapat memicu delusi. Seseorang yang cenderung terisolasi tampaknya lebih rentan terhadap gangguan delusi.

Kondisi Terkait

Meski delusi selalu dikaitkan dengan skizofrenia, akan tetapi ada beberapa kondisi yang memiliki keterkaitan dengan delusi.

Delusi dapat berupa gejala masalah kesehatan mental atau gangguan otak. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin melibatkan delusi.

Delusional Disorder. Individu dengan gangguan delusi mengalami jenis delusi "tidak aneh" dan biasanya dapat bertindak secara normal dan tidak memiliki fungsi yang jelas terganggu.[2] Dengan perkiraan 0,2% populasi yang memenuhi kriteria, ini dianggap sebagai penyakit mental yang langka.

Brief Psychotic Disorder. Individu dengan gangguan psikotik singkat mengalami halusinasi, delusi, atau ucapan yang tidak teratur, yang dapat dipicu oleh peristiwa stres.[3] Gejala mereka bertahan selama satu bulan atau kurang dari itu.

Skizofrenia. Skizofrenia melibatkan "gejala positif," seperti halusinasi atau delusi. Ini juga melibatkan "gejala negatif," seperti kondisi flat yang memengaruhi, mengurangi perasaan senang dalam kehidupan sehari-hari, kesulitan memulai dan mempertahankan kegiatan, dan mengurangi waktu berbicara.[4]

Schizophreniform Disorder. Individu dengan gangguan skizofreniform mengalami gejala yang mirip dengan skizofrenia selama kurang dari enam bulan.

Schizoaffective Disorder. Gangguan schizoafektif melibatkan gejala skizofrenia serta masalah suasana hati, seperti depresi atau mania. [5]

 Delusional Symptoms in Partner of Individual With Delusional Disorder. Terkadang, seseorang dapat berbagi delusi. Ini paling umum pada individu yang tinggal bersama dan memiliki sedikit kontak dengan dunia luar.

Substance/Medication-Induced Psychotic Disorder. Keracunan obat atau alkohol dapat menyebabkan beberapa orang mengalami delusi.[6] Gejala biasanya singkat dan cenderung sembuh setelah obat dibersihkan. Psikosis yang dipicu oleh amfetamin, kokain, atau PCP dapat bertahan selama berminggu-minggu.

Mood disorders. Terkadang, individu dengan depresi atau gangguan bipolar dapat mengalami delusi.

Postpartum psychosis. Pergeseran hormon setelah melahirkan dapat memicu psikosis pascapartum pada beberapa wanita. Beberapa penelitian menunjukkan itu terkait dengan gangguan bipolar. [7]

Dementia. Sekitar sepertiga dari individu dengan demensia mengalami delusi.[8] Seringkali, delusi melibatkan paranoia, seperti berpikir anggota keluarga atau pengasuh mencuri sesuatu yang dimiliki.

Penyakit Parkinson. Prevalensi sangat bervariasi tetapi diperkirakan hingga 70% pasien dengan lanjut mengalami halusinasi dan delusi. [9]

Jenis-Jenis Delusi

Tiap delusi yang dialami orang berbeda-beda, setidaknya terdapat enam jenis delusi yang ada [10]:

Erotomanic 

Penderita dengan gangguan delusi jenis ini percaya bahwa dirinya dicintai atau disukai oleh orang tertentu. Biasanya orang yang dianggap menyukai atau mencintai penderita adalah orang yang terkenal atau penting. Contohnya adalah seorang pria yang percaya seorang aktris mencintainya dan berpikir dia berkomunikasi dengannya melalui gerakan isyarat tangan rahasia di acara TV-nya.


Grandiose (Delusi Keagungan)

Penderita dengan delusi ini umumnya merasa punya keberhagaan diri, kekuatan, atau identias, dan pengetahuan berlebih. Seseorang bisa percaya dia memiliki talenta, ketenaran, kekayaan, atau kekuatan yang luar biasa meskipun tidak ada bukti sama sekali. Contohnya, seorang wanita yang percaya dewa memberinya kekuatan untuk menyelamatkan alam semesta dan setiap hari dia menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

Pada kasus tertentu, penderita delusi keagungan percaya bahwa ia adalah orang yang terkenal atau merupakan pemimpin dari suatu sekte agama tertentu.

Delusi Paranoia (Paranoia/Persecutory delusion)

Seseorang dengan delusi penganiayaan percaya bahwa dia sedang dimata-matai, dibius, diikuti, difitnah, ditipu, atau entah bagaimana dianiaya. Penderita menjadi tidak memercayai orang sekitarnya dan merasa cemas serta takut. Terkadang penderita akan mengisolasi dirinya atau sering mengajukan komplain ke pihak berwajib.

Delusi Kecemburuan

Penderita delusi kecemburuan akan memercayai bahwa pasangannya selingkuh dan tidak jujur dengannya. Sebagai contoh, seorang pria percaya pasangannya bertemu kekasihnya setiap kali dia menggunakan kamar kecil di tempat umum — dia juga berpikir dia mengirim pesan rahasia kekasihnya melalui orang lain (seperti kasir di toko grosir).

Delusi Somatik

Seseorang percaya bahwa ia mengalami sensasi fisik atau disfungsi tubuh di bawah kulit, atau menderita kondisi medis umum atau cacat. Sebagai contoh, seorang pria percaya ada parasit yang hidup di dalam tubuhnya.

Delusi Campuran

Jenis delusi yang  dialami penderita bisa jadi tidak hanya satu jenis saja tetapi bercampur dengan jenis-jenis lainnya.

Begitulah penjelasan singkat tentang delusi, sedang untuk penangannya dapat menggunakan tenaga medis profesional, dapat menghubungi psikolog atau psikiater.


Referensi:

[1] Pepper EJ, Pathmanathan S, Mcilrae S, Rehman FU, Cardno AG. Associations between risk factors for schizophrenia and concordance in four monozygotic twin samplesAm J Med Genet B Neuropsychiatr Genet. 2018;177(5):503-510. doi:10.1002/ajmg.b.32640

[2] Cleveland Clinic. Delusional disorder. Updated January 23, 2018.

[3] U.S. National Library of Medicine, MedlinePlus. Brief psychotic disorder. Updated March 26, 2018.

[4] National Institute of Mental Health. Schizophrenia. Updated February 2016.

[5] U.S. National Library of Medicine, Genetics Home Reference. Schizoaffective disorder. Updated February 11, 2020.

[6] Knapp B, Tito E, Espiridion ED. Delusional parasitosis in a patient with alcohol-induced psychotic disorderCureus. 2019;11(3):e4344. doi:10.7759/cureus.4344

[7] Wesseloo R, Kamperman AM, Munk-Olsen T, Pop VJ, Kushner SA, Bergink V. Risk of postpartum relapse in bipolar disorder and postpartum psychosis: a systematic review and meta-analysisAm J Psychiatry. 2016;173(2):117-127. doi:10.1176/appi.ajp.2015.15010124

[8] Qian W, Fischer CE, Churchill NW, Kumar S, Rajji T, Schweizer TA. Delusions in Alzheimer disease are associated with decreased default mode network functional connectivityAm J Geriatr Psychiatry. 2019;27(10):1060-1068. doi:10.1016/j.jagp.2019.03.020

[9] Taddei RN, Cankaya S, Dhaliwal S, Chaudhuri KR. Management of psychosis in Parkinson's disease: emphasizing clinical subtypes and pathophysiological mechanisms of the conditionParkinsons Dis. 2017;2017:3256542. doi:10.1155/2017/3256542

[10] Cleveland Clinic. Delusional disorder. Updated January 23, 2018.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel